Kata orang, fase terindah dalam sebuah kehidupan adalah saat menyambung sebuah tali yang mereka sebut sebagai pernikahan. Menyatukan dua figur yang sudah pasti beda karakter dan mencari masing-masing persamaan untuk dijadikan alasan untuk memperkokoh sebuah rumah tangga. Katanya sih begitu.
Tapi tidak dengan sepasang manusia, pemuda dan pria yang sebenarnya hanya sebuah kebetulan yang mempertemukan mereka. Walaupun dengan sangat tegas si pria membantah bahwa dalam kehidupan itu (apalagi jodoh) tidak ada yang namanya kebetulan. Semuanya sudah di atur dalam sebuah alur kehidupan yang orang-orang mengagungkannya dengan nama Takdir Tuhan. Sedikit menilik lebih jauh bahwa sebenarnya pemuda dan pria ini tidak saling mengenal sebelumnya.
Yang pemuda ketahui adalah, saat ia sedang sibuk dengan naskah mentah yang akan ia serahkan pada pihak penerbit sebagai jembatan awal menggapai cita-cita sebagai novelis, si pria menggeret bangku perpustakaan dan duduk di sebelahnya. Menanyakan nama, umur, pekerjaan, juga status. Walau sedikit mencurigakan seolah ia seorang detektif (atau kalau si pemuda ingin berpikir sederhana, pria yang menghampirinya adalah seorang petugas sensus penduduk), tapi toh si pemuda tetap meladeni.
"Namaku Byun Baek Hyun, Byun adalah nama pemilik yayasan panti asuhan yang merawatku hingga lulus SMU. Usiaku 22 tahun sekarang, pekerjaanku tidak menentu, kadang menjadi pekerja part time di sebuah café, membantu tetanggaku berdagang bunga di tokonya, atau apapun yang penting menghasilkan uang yang bersih. Sekarang kufokuskan waktuku untuk menulis kalau saja aku berhasil menjadi seorang novelis. Status... status dalam keluarga... Aku tinggal dengan kerabat ibu panti yang tinggal di kota ini, dia adalah wanita yang cukup bermumur dengan 2 orang anak gadisnya yang masih belia, itupun kalau ini bisa disebut sebagai status dalam keluarga, selebihnya aku tidak tahu pasti karena aku yatim piatu sejak lahir. Status dalam berhubungan... heum... aku singel. Hanya saja aku sedang dekat dengan seorang pria yang melobiku ke perusahaan penerbit untuk mempublikasikan novel perdanaku."
Perkenalan yang tidak terlalu singkat tapi tidak terlalu jelas untuk dipatok sebagai harga mati bahwa si pria sudah sangat mengenalnya, sampai tanpa sungkan ia menggeser sebuah kotak dengan beludru merah sebagai pembungkus, juga pita sebagai penghias.
"Namaku Park Chan Yeol, usiaku 26 tahun. Aku seorang dokter. Anak tunggal dari keluarga Park yang kini sisa dua orang, aku dan ibuku. Aku cukup percaya diri bahwa hari ini pacarku akan menerima pinanganku untuk menjadikannya salah satu anggota keluarga Park hingga aku tanpa cacat menyiapkan segala macam pernak pernik pesta pernikahan yang dengan sombongnya kupatok minggu depan. Sayangnya, pacarku lebih memilih statusnya sebagai Mahasiswa yang mengejar strata 2 di Amerika 3 hari lagi daripada menjadi pendampingku di altar pernikahan. Intinya, aku adalah pria bujang yang siap menikah dan telah menyiapkan semuanya. Dan akan sangat malu jika saja mereka tahu bahwa aku telah ditolak oleh calon pendampingku."
Dengan alis keriting, dan itu temporer karena bukan turunan genetik, Baek Hyun membuka kotak yang tidak misterius itu. Nyatanya seperti dugaan, isinya logam mulia mengkilap dengan ukiran unik mengelilinginya. "Ini cincin," itu bukan pertanyaan, tapi nada ragunya mengisyaratkan kalau itu juga bukan pernyataan. Intinya... Baek Hyun bingung kenapa pria itu memperlihatkan cincin yang batal dipasangkan di jari manis pacarnya.
"Byun Baek Hyun... menikahlah denganku," begitu kalimat penyertanya yang keluar dari mulut segampang membuang permen karet yang telah bosan dikunyah.
Jujur... Itu adalah acara lamaran paling absurd yang pernah dialami Baek Hyun. Walau pada kenyataannya ini baru pertama kalinya ada yang melamarnya menjadi pendamping hidup. Laki-laki pula. Pasalnya, ini bukan perihal orientasi seks yang menyimpang, toh orang yang dekat dengannya juga adalah seorang pria. Dia keturunan China jika ada yang penasaran. Tapi kenapa pria satu ini tanpa ragu mengajaknya menikah? Apakah aura Baek Hyun sudah terlalu kuat mengundang pria berorientasi seks yang sama dengannya untuk datang menggodanya. Oh... ini cukup dramatis, mengingat Baek Hyun adalah seorang novelis pecandu kisah romansa. Kenapa itu dramatis... hei dia juga memimpikan berada di atas sebuah perahu mengarungi sungai di bawah kelamnya malam bertabur bintang, dengan sang pujaan yang rela mendayung mengiringi samudera bersama (walau nyata-nyata itu sungai), meletakkan dayung di sisi sampan, berlutut dengan sangat hati-hati agar mereka tidak berakhir dengan tercebur ke dalam air yang suhunya bisa saja membuat mereka menggigil. Si pria menyerahkan sekotak perhiasan yang berisi cincin dan bersuara dengan sangat mendayu. "Byun Baek Hyun terkasih, sudikah kau menjadi pendamping hidupku sehidup semati?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Get Married (ChanBaek)
Teen FictionWalau sedikit mencurigakan seolah ia seorang detektif (atau kalau si pemuda ingin berpikir sederhana, pria yang menghampirinya adalah seorang petugas sensus penduduk), tapi toh si pemuda tetap meladeni. "Namaku Byun Baek Hyun, Byun adalah nama pemil...