TSH 1

302 10 6
                                    

Sejuk adalah kata yang tepat menggambarkan keadaan saat ini. Dimana polusi belum menyertai udara, dimana orang-orang masih terlelap dalam mimpi indah mereka.

Embun masih terus bersemayam di antara dedaunan, bunga yang mekar menyejukkan mata tetapi tidak menyejukkan hati yang terlanjur beku ini.

Hati yang telah terluka karena terlanjur percaya, hati yang tak pernah dapat kepercayaan yang terlanjur kecewa dengan dunia.

Perkenalkan namaku Ariani anak ke dua dari tiga bersaudara. Kakakku bernama Yulis seorang lelaki tinggi dan berprestasi dalam bidang non-akedemik terutama basket, dia adalah anak kebanggaan di dalam keluargaku. Satu-satunya anak lelaki didalam keluarga ini.

Sedangkan adikku bernama Ayu, seperti namanya, ayu adalah perempuaan teladan bak putri keraton. Dia cantik, anggun, dan berprestasi dalam bidang akademik, sosok yang sempurna, bukan????

Hahahahaha, sedangkan diriku hanyalah anak buruk rupa. Lemah terhadap olahraga dan nilai akademik pun hanya pas-pasan tidak ada yang bisa dibanggakan dari diriku selain bahwa aku suka membaca dan pintar memasak.

Tapi hei, apa yang bisa dibanggakan dari orang yang hanya bisa membaca buku dalam berjam-jam dan orang yang pintar memasak? Bahkan semua orang pintar memasak, bukan?

Dan selamat datang di duniaku.

Dunia yang kelam sekelam langit malam....

Hati yang dingin, sedingin kutub utara.

Dunia yang 'tak selalu indah seperti di cerita dongen sang putri.

Dunia yang kejam sekajam ibu tiri Cinderella.

.................... ................... ................... ...................

Tok tok tok tok.

"Non Ari," panggil Bi Surti, pembantu rumah tangga keluargaku.

"Iyya Bi, aku sudah bangun kok," kataku berteriak dari dalam kamar.

Hari ini adalah semester baru dimana hari ini aku harus kembali lagi bersekolah di sekolah yang memuakkan itu. Sekolah yang seperti neraka itu.

Setelah itu aku segera turun dari kamarku dan menuju ke arah dapur untuk sarapan bersama.

Lebih tepatnya aku hanya numpang makan disana.

"Pagi," sapaku dengan senyum lebar. Cih bahkan aku harus tersenyum seperti itu di depan mereka, sungguh memuakkan setiap pagi harus memakai topeng ku bahwa aku bahagia walau mereka lebih sering tidak menganggapku ada.

Dan see, tidak ada satu pun di meja makan itu yang membalas senyumku, bahkan sapaan ku dianggap angin lalu saja, benar-benar membosankan.

Aku segera duduk di meja makan itu, sebenarnya aku sangat tidak ingin duduk semeja dengan mereka.

"Bagaimana dengan kuliah kamu, Lis?" tanya papa ke kakak Yulis.

"Baik kok Pa. Minggu depan aku ada tanding dengan kampus Bramijaya. Papa sama mama datang ya," ucap kak Yulis yang membuat senyum bangga timbul di bibir tua milik papa.

"Minggu depan ya?, mungkin papa bisa," jawab papa menyanggupinya.

"Kak, Aku tidak diajak? " kata ayu dengan suara manjanya.

"Kamu datang aja dek," kata kakak ku sambil tersenyum ke Ayu. Lah aku bahkan tidak dipeduliin sama mereka.

"Aku sudah selesai," kataku sambil berdiri dan ingin menjabat tangan kedua orang tuaku tapi apa yang kudapat? Mama ku segera berlalu ke dapur seperti menghindariku dan papa ku bahkan tidak menolah waktu aku mengambil tangannya yang ingin aku salami.

Sebenarnnya aku juga tidak ingin menyalimi mereka, tapi aku masih butuh uang mereka sampai aku lulus beberapa bulan lagi dan setelah itu aku akan pergi dari rumah terkutuk ini.

Ya, aku adalah siswi sma kelas 3 semester dua. Dalam beberapa bulan lagi aku akan pergi dari rumah ini.

Kalian bertanya kemana aku akan pergi?

Sebenarnya aku juga masih belum memikirkan kemana aku akan pergi, tapi setidaknya aku akan keluar dari rumah terkutuk itu dan memulai hidup baru tanpa ada yang mengenaliku.

~skip~

Saat aku tiba disekolah yang juga membosankan ini yang isinya hanya anak-anak munafik.

Aku berjalan menuju kelas ku yaitu ipa-3, aku sampai di depan kelasku yang ternyata sudah ramai dengan siswa siswi.  Semua mata tiba-tiba tertuju kepadaku. Banyak tatapan yang aku dapat dan bisa aku katakana bahwa itu adalah hal yang biasa karena tatapan-tatapan itu adalah sarapan pagi bagiku di sekolah.

Sebagai informasi, di sekolah aku tidak mempunyai yang namanya teman atau sahabat dan yah, aku juga tidak memerlukan mereka sebagai teman dan sahabat.

Mereka tidak ada yang ingin berteman dengan ku karena penampilan ku yang sangat menjijikan ini, bahkan aku juga sangat jijik dengan penampilan ku setiap harinya dimana baju kebesaran, rok terusan, rambut yang dikepang dan jangan lupa kacamata dengan lensa yang tebal, padahal aku sebenarnya tidak minus.

Mungkin karena penampilan ku ini, tidak ada yang ingin mengakuiku sebagai keluarga mereka. Bahkan saat penerimaan rapor yang sering datang kalau bukan bi Surti pasti pak Ujang yang datang mengambil raporku.

Tapi kalau Ayu atau kak Yulis pasti kedua orang tuaku langsung datang mengambil rapor mereka.

Saat aku berjalan menuju ke tempat duduk ku tiba-tiba ada kaki yang menjegal ku sehingga aku terjatuh dengan posisi yang paling tidak enak.

Pasti ini ulah Katty si cabe busuk, orang yang selama ini sering membully ku karena penampilan ku yang menjijikkan ini.

Dan semua orang yang melihat ku terjatuh hanya menertawakan ku tak ada satu pun yang ingin menolong ku dasar anjing kata ku dalam hati. Dan Katty adalah salah satu dari daftar hitam dalam hidupku, salah satu orang yang membuat masa SMA-ku semakin suram.

Saat ini aku hanya bisa berdiri dan terus melangkah menjauh menuju bangku ku berada yang terletak di pojok kanan paling belakang dan just info kalau aku itu nggak punya teman sebangku dan tak lama setelah itu guru pun datang.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~


Topeng Sang HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang