Bagian Satu

64 4 1
                                    

Bagaimana rasanya jika kalian tahu bahwa suami kalian mengkhianati kalian karena sebuah penyakit dan harta ? Pastilah menyakitkan. Begitulah yang dirasakan oleh Melinda. Mengetahui suaminya , Alan yang diam-diam menyimpan simpanan dan melarikan diri dengan alasan dia tidak sanggup menikah dengannya karena sebuah penyakit , membuat hati Melinda sakit seperti di cabik-cabik. Namun pagi ini, wanita itu kembali tegar. Sekarang dia sudah bisa meminum teh di serambi seperti biasanya. 

"Tolong bawa aku ke taman". Sang kepala pelayan menurut, kemudian mendorong pelan kursi roda Melinda menuju taman sesuai permintaannya.

Melinda mulai memejamkan matanya. Memikirkan apa yang bisa ia lakukan untuk membalas suaminya yang telah mengkhianatinya. Matanya terpancarkan dendam api yang membara. Nafasnya rakus saat mengingat pria bajingan itu mencoba mengambil hak sebagai wali darinya dengan menuduh bahwa dialah yang memintanya untuk bercerai. 

Sialan. Terkutuklah pria bajingan itu.

"Apa ada sesuatu yang mengganggumu, Madam?".

Melinda diam saja, pandangannya lurus ke depan seperti orang bodoh. Dia terlihat pucat , namun setidaknya lebih baik dari hari kemarin.

Kepala pelayan membawanya ke taman istana kemudian pergi meninggalkannya seorang diri setelah Melinda memberikannya perintah. Melinda menekan tombol maju di sisi lengan kursi rodanya lalu menghampiri bunga mawar yang begitu indah karena ditata menurut warna-warna pelangi. Dan wanita itu memetik bunga mawar dengan gunting khusus ditangannya.

"Maafkan aku, ayah. Seharusnya aku mengikuti kata-katamu dulu. Andai saja aku menyadari pria sialan itu hanya mengincar hartaku, aku takkan menikahinya ayah. Maafkan aku" bisiknya dengan air mata yang membasahi pipi mulusnya. Pernikahan tiga tahun yang memuakkan.

"Aku akan membalasnya, Ayah. Akan kupastikan pria itu takkan pernah berdiri dihadapanku dalam keadaan hidup" .

***

Berbeda dari suasana tenang yang terjadi di serambi istana keluarga Han, suara hingar bingar dari sebuah club dipagi hari membuat dahi polisi yang sedang menyamar kini mengernyit. Pasalnya mereka telah tertipu dan para penghuni telah melarikan diri setelah mengetahui polisi akan menyergap tempat ini dengan sistem penyamaran. Mereka yang berhasil lolos berpindah ke club yang lain. Sang pemilik Club tidak bisa dianggap enteng oleh polisi karena dia seorang mafia yang cerdik. Dan sekarang pria itu tengah tertawa dibalik kaca gelap sambil mengayunkan uang di tangannya.

"Tidakkah polisi itu terlalu bodoh?" tanyanya pada asistentnya. Sang asistent hanya tersenyum geli kemudian melirik jam di tangannya.

"Maaf Tuan, anda memiliki janji dengan Mr. Revan untuk membicarakan koin Persevla".

Dia menghela nafas. "Koin persevla ya?" ulangnya. pria itu menopang dagunya dengan jari-jarinya. Dan tiba-tiba sebuah ide muncul didalam benaknya.

"Ah tunda dulu itu. Aku ingin bermain-main hari ini". Sang asistent mendelik kaget. "Lagi,tuan?".

Sang majikan berkacak pinggang. "Ya, kenapa? Apa kau tidak suka?".

Pipi sang asistent memerah. "Tidak, Tuan Gavin. Lakukan apapun yang anda inginkan".

Pria yang dipanggil Gavin itu kini bertepuk tangan lalu berjalan mengelilingi asistentnya dengan decak kagum. "Ya, begitulah seharusnya" katanya.

Dengan aksi kekanak-kanakan Gavin mengambil jasnya lalu pergi meninggalkan asistentnya seorang diri. Sedangkan si Asistent tidak bisa berbuat banyak selain diam ditempat sambil mendumel dalam hati. Jika Gavin berkata "ingin bermain-main" maka akan ada lusiana didalamnya dan jika gavin bermain dengan lusiana, maka akan ada wanita didalam ranjangnya. Dan Lusiana berbakat dengan segala teknik yang ia punya untuk mendapatkan wanita lihai dalam hal memenuhi kepuasaan para clientnya. Dan Gavin akan membayar lusiana berapapun asal hasratnya terpuaskan dalam satu malam. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 01, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Marry Me, Madam! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang