1

8.4K 767 40
                                    

©Dhee Cassie presents

.
.
.

Yunjae's story
.
.
.

The Wedding
.
.
.

Chapter 1

.
.
.

All Jaejoong's POV

***************

Terjebak dalam sebuah pilihan yang tidak dapat kutolak, itulah posisiku sekarang. Terjebak dalam sebuah kehidupan yang tidak kupilih...

~*~*~*~*~*~*~*~

Hari ini adalah hari pernikahanku.

Bagi setiap orang, ini adalah moment yang paling ditunggu-tunggu dan paling membahagiakan di dalam hidupnya. Sebuah fase kehidupan yang akan mengubah hidup mereka menuju gerbang kehidupan yang baru bersama orang yang mereka cintai.

Namun yang aku rasakan sekarang bukanlah kebahagiaan itu, melainkan sebuah kepasrahan. Pernikahan ini hanya sebuah keharusan untuk memenuhi wasiat terakhir orang tuaku.

"Joongie..." panggil seseorang membuyarkan lamunanku. Kutatap namja yang memanggilku tersebut dari pantulan sosoknya melalui cermin meja rias di hadapanku. Dan kusunggingkan sebuah senyum padanya.

Sebuah senyum palsu...

"Hyung..." balasku pada Yoochun hyung, satu-satunya keluarga yang kini kumiliki.

"My lovely little brother akan menikah eoh?" ucap Yoochun hyung yang kini berdiri di belakangku. Kuputar posisi dudukku sehingga menghadap padanya.

"Hyung..." lirihku seraya memeluknya dan membenamkan wajahku di perutnya.

"Berbahagialah.." bisiknya melepaskan pelukanku dan berlutut di depanku. Yoochun hyung kemudian menangkup wajahku dengan kedua tangannya.

"Ini akan menjadi awal yang baru bagi hidupmu, aku tahu dia bukan orang yang kau pilih. Namun aku yakin dia akan menjagamu dengan baik." ucap Yoochun hyung dengan senyum khasnya.

"Aku akan berusaha, hyung." balasku berusaha tersenyum.

"Nah, sekarang sudah waktunya." beritahu Yoochun hyung yang kemudian berdiri dan mengulurkan tangan kanannya padaku.

Kuraih tangan itu dan bangkit. Yoochun hyung kemudian melingkarkan tanganku di lengannya. Kuraih flowers bouquet yang terletak di atas meja riasku, menghela napas panjang untuk mengumpulkan segenap kekuatanku sebelum aku berjalan mengikuti Yoochun hyung menuju tempat dimana aku akan mengucapkan janji sehidup sematiku.

~*~*~*~*~*~*~

Kulangkahkan kakiku memasuki sebuah gereja megah dengan Yoochun hyung di sampingku. Sedangkan di depanku dua orang gadis kecil berpakaian layaknya bidadari menebarkan kelopak bunga-bunga beraneka warna di sepanjang jalan yang kulalui. Di belakangku iringan gadis-gadis cantik bergaun merah muda berjalan dengan anggun, di tangan mereka masing-masing membawa flowers bouquet kecil.

Yang sedikit di luar dugaanku, disana ternyata begitu banyak fotografer, wartawan dan reporter yang sudah menanti kami di depan pintu masuk gereja.

Jepret!!!

Jepret!!

Jepret!!

Puluhan sinar blitz menghujaniku, kulirik Yoochun hyung yang membalas senyuman beberapa rekannya yang berdiri menyambut kedatangan kami. Dadaku terasa sesak, perutku mual dan kepalaku mulai pusing akibat sinar blitz yang terus menerus menghujam mataku.

Begitu memasuki gereja, ratusan tamu undangan menoleh kearahku. Aku sedikit terkesiap dengan pemandangan ini. Menjadi pusat perhatian seperti ini bukanlah sesuatu yang aku sukai. Kudengar alunan wedding march mengalun membahana di dalam ruangan besar itu.

Yoochun hyung membimbingku berjalan di virgin path yang terhampar diantara tempat duduk para tamu undangan.

Kuedarkan pandanganku kearah beberapa tamu yang hadir disana. Dapat kulihat beberapa sahabat dan teman-temanku.

Namun diantara tamu-tamu itu, seraut wajah memandangku dengan mata elangnya yang memerah karena menahan air mata.

Kutatap wajah itu sampai Yoochun hyung menghentikan langkah kami, karena kami kini telah berada tepat di depan altar.

"Joongie.." bisik Yoochun hyung membuatku kembali mengarahkan pandanganku kedepan.

Dan dapat kulihat sosok namja tinggi dengan tuxedo hitam yang elegan tengah berdiri di depan pastur. Inilah namja yang sebentar lagi akan menjadi suamiku.

'Suamiku' mengingat sebutan itu membuat hatiku terasa sangat sakit.

Yoochun hyung meraih tanganku yang melingkar di legannya dan menyerahkan tanganku pada namja di depanku.

Namja itu meraih tanganku dan membimbingku berdiri di sampingnya.

Wajahku yang tegang berbanding terbalik dengan wajah namja di sebelahku yang tampak sangat tenang.

"Hari ini, kita berkumpul di tempat suci ini sebagai saksi penyatuan dua jiwa yang diberkati dan dikasihi. Mengikat mereka dalam sebuah sumpah setia yang abadi." ucap pastur dengan suara penuh wibawa.

Aku semakin tegang, sehingga kulirik Yoochun hyung yang berdiri agak jauh di samping kananku. Dia tampak tersenyum dan mengangguk pelan seolah mengatakan 'Tenanglah, aku ada disini. Semua akan baik-baik saja.' seperti ucapannya padaku saat aku masih kecil setiap kali aku merasa takut atau saat aku terbangun di tengah malam karena mimpi buruk.

Dan kali ini, aku merasa aku tengah berada di tengah mimpi yang sangat buruk...

"Apakah anda, Jung Yunho. Bersedia menerima Kim Jaejoong sebagai pasangan anda dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Mencintai dan mengasihinya dalam keadaan apapun seumur hidupmu sampai maut memisahkan kalian?" tanya pastur pada namja di sebelahku.

"Ya, saya bersedia." jawab namja di sampingku dengan tenang dan mantap.

"Dan apakah anda, Kim Jaejoong. Bersedia menerima Jung Yunho sebagai pasangan anda dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Mencintai dan menghormatinya dalam keadaan suka maupun duka seumur hidupmu?" tanya pastur padaku.

Aku terdiam sesaat, hatiku lantang menjerit tidak, namun otakku berontak dan akhirnya...

"Yya...sa-saya bersedia.." ucapku terbata dan tersendat di setiap katanya.

Air mataku merebak dan tidak dapat kutahan lagi. Terbayang wajah namja tampan bermata elang yang tadi menatapku dengan tatapan terluka.

Aku tertunduk dalam, saat sebuah cincin putih bertahtakan permata di pasangkan di jari manisku. Dan tanganku bergetar hebat saat harus memasangkan pasangan cincin yang kupakai pada namja yang kini telah menjadi suamiku.

"Dengan kuasa Tuhan, mulai saat ini aku nyatakan kalian sebagai pasangan." ucap pastur diikuti gumaman lega dari para tamu di belakangku.

Kupejamkan mataku rapat-rapat saat namja di depanku melingkarkan tangan kanannya di pingganku sementara tangan kirinya menarik tengkukku dan kemudian menciumku. Hanya sebuah ciuman singkat, namun bagiku ini sangat menyakitkan.

Kuhapus air mataku, saat ciuman kami berakhir. Sesaat kemudian namja bernama Jung Yunho itu meraih tanganku dan membungkuk kearah para tamu, kuikuti apa yang dia lakukan.

Kulihat lagi kearah namja bermata elang tadi duduk. Namun tidak kudapati sosok itu disana. Dia sudah tidak ada lagi. Dia pergi...

Kembali kurasakan sakit yang teramat sangat di dadaku..

.
.
.

To be continued...

.
.
.


The WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang