"Duh, jidat berlian gue," Salya mengelus dahinya yang terkantuk sesuatu saat hendak turun dan mendekati pintu keluar.
Karel yang berada di belakangnya pun mencondongkan badannya sedikit ke depan, menyamakan tinggi badan Salya, "Sakit, ya? Coba sini gue kasih obat alami,"
Karel mendekatkan tubuhnya tiga jengkal lebih dekat lalu mengusap goresan luka di dahi Salya.
Salya menahan nafas selama beberapa detik, lalu mendongak untuk menatap manik mata Karel.
Bertepatan dengan itu, Karel yang sedang menunduk untuk melihat seberapa parah luka Salya, terkaget dengan apa yang baru saja terjadi.
Bibir Karel mengenai kening gadis di depannya tepat di samping luka goresan Salya.
Mereka saling menatap, keduanya menyelami mata masing-masing cukup lama.
Hingga terdengar seruan dari seseorang di belakang Karel,
"Woi mbak, mas, buruan turun, keburu saya telat kerja nih,"Dan mereka berdua pun tersadar akan satu hal,
Mereka masih berada di ambang pintu keluar dari angkutan umum yang baru saja mereka tumpangi beberapa menit lalu.
*****
Oke, part ini sama aja kayak prolog ya. Ini adalah story pertama yang gue tulis, jadi mohon maaf kalo ada beberapa tanda baca atau kata yang kuras pas. Gue masih berada pada fase amatir hiks. Jadi harap dimaklumi.
Jangan lupa vote + commentnya gue tunggu.Regards,
Deb.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dare of Us
Humor"Cinta gue ke lo itu itu ibarat pelari sama juri. Gue yang selalu berlari ngejar biar bisa ngelewatin garis finish di hati lo. Tapi lo cuma diem, neliti, tanpa kasih timbal balik apapun ke gue." -Karel [ warning: bahasa masih acak-acakan dan belum s...