Prolog

116 4 1
                                    

Aku terus menatap keluar dari balik jendela. Hanya tersisa gelap di sana. Jam dinding mulai menerguku, “Ini sudah tengah malam Nirwana. Kenapa kamu belum tidur juga?”. Aku benar-benar tidak bisa tidur. Dalam kamar ini terlalu sesak. Imajinasi menekanku dari setiap sudut. Tentang purnama yang hadir dengan sinar keemasannya. Dan tentang fajar yang setia menghangatkan. Aku tak tahu ini perasaan macam apa.

***

Nirwana POV

Namaku Nirwana. Hanya Nirwana, tidak ada lanjutannya. Kata Ayah dan Ibu, arti Nirwana saja sudah mewakili semua kebahagiaan yang ada di dunia. Bahkan lebih dari itu. Surga, tempat yang paling dirindukan semua orang untuk pulang. Dalam sebuah nama, terselip harapan dan doa. Aku berharap, suatu saat nanti akan ada seseorang yang benar-benar menjadikanku tempat paling nyamannya untuk pulang. Sampai ke mana pun dia pergi, di mana saja dia pernah singgah, dia akan tetap kembali kepadaku untuk pulang.

‘Cinta, hanya sebuah kata namun setiap orang dapat memaknainya berbeda. Harusnya cinta hadir bersama bunga-bunga, yang bisa membuat orang tersenyum-senyum sendiri seperti orang gila, yang membuat dunia terasa milik berdua. Sayangnya cinta memiliki sisi lain yang bertolak belakang dengan seharusnya. Cinta bisa hadir bersama pecahan kaca, yang menyebabkan luka nanar di hati pemiliknya, dari luka tercipta duka. Tapi setiap orang bisa menentukan sendiri akan hidup dengan cinta bunga-bunga atau cinta pecahan kaca.’ -Nirwana

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 02, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Fajar dan PurnamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang