Lembar 1 - Awal

86 5 1
                                    


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Dadaku memanas saat melihat sebuah foto terkirim ke ponsel milikku.

Gimana? Cocok, kan? 😼


Sial! Aku mengumpat melihat pesan yang dikirimnya. Aku mencoba menahan emosi yang bergemuruh dalam dadaku. Tanganku terkepal, mencoba berpikir positif.

Kalo pun cocok, emang dia mau sama Lo? 👎

Aku membalas pesan tersebut dengan senyum penuh kemenangan, seolah orang yang akan dikirimi pesan itu akan kicep.

Aku terdiam, bisa-bisanya aku kehilangan start. Aku mencoba berpikir mencari ide.

Sebuah ide cemerlang melintas di otakku.

Oke, aku akan mengajaknya jalan-jalan besok. Mumpung lagi pas minggu.

Aku tersenyum semringah membayangkan rencanaku besok yang kuharap berjalan lancar.

"Hihihihi," aku terkekeh senang.

We will see, loser!

Satu pesan kembali masuk melalui aplikasi chatting whatsapp ponselku.

Aku menggeram kesal saat membaca pesan itu. 'Ku biarkan, 'tak 'ku balas. Hal itu malah akan membuatnya merasa menang karena berhasil membuatku emosi.

Let's see, a coward! Aku menyeringai misterius.

***

Aku mematut diriku pada cermin besar yang terletak di dalam kamarku.

"Hmm, gue emang selalu ganteng," aku berkata percaya diri.

Aku mengacak asal rambutku dan memakai snapback dengan terbalik.Aku terus memuji diriku sendiri di dalam hati.

"Udah, ah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Udah, ah. Entar Prilly kelamaan nunggu."

Ya, aku jadi untuk jalan bersama Prilly. Ia mau saat 'ku whatsapp kemarin.

Aku keluar dari kamarku dan menuruni anak tangga menuju lantai bawah. Terlihat di sana orangtuaku sedang bercengkerama sambil menonton acara di televisi.

"Pagi, Mah, Pah!"

"Pagi, Li. Mau kemana, nih, pagi-pagi gini udah rapi, aja," sahut Mama.

"Hehehe, mau ketemu calon mantu, Mah," jawabku cengengesan.

"Calon man--"

"Udah, ya, Mah. Telat, nih. Ali berangkat dulu, assalamualaikum!!" aku langsung pamit. Tak lupa mencium tangan keduanya.

"Kebiasaan, deh. Yaudah sana, entar bidadarinya nunggu lama," goda Mama.

"Siap, Mah!!" aku langsung berlari menuju garasi rumahku.

Sampai di garasi, aku mengeluarkan mobil yang 'ku beli dari hasil kerjaku sendiri. Mobil yang tak terlalu mewah, tapi sangat mewah jika menurutku.

 Mobil yang tak terlalu mewah, tapi sangat mewah jika menurutku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku langsung menancap gas menuju rumah Prilly. 'Ku nyalakan musik dari tape mobilku.

Aku mulai bersenandung mengikuti nada dari lagu yang sedang diputar ini. Marry Your Daughter milik Brian Mcknight.

Semoga nanti bisa nyanyiin ini sama Papanya Prilly.

Aku memberhentikan mobilku saat tak sengaja melihat toko bunga. Kemudian tersenyum saat membayangkan Prilly yang berteriak senang saat 'ku belikan bunga.

Aku pun turun dan masuk ke dalam toko. Lalu memilih-milih bunga yang cocok untuk 'ku berikan pada Prilly nanti.

Kayak nya ini, semoga suka, deh.

"Mbak, bunga yang ini tolong dibungkusin, ya,"

"Iya, Mas. Sebentar,"

 Sebentar,"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ini, Mas. Jadinya Rp 152.600,-."

"Oke, Mbak. Makasih, ya,"

Aku mencium bunga yang 'ku beli itu, lalu berjalan menuju mobilku, dan 'ku letakkan di kursi sampingku.

Aku pun mulai melajukan mobilku membelah keramaian kota Jakarta pagi ini.

---

a/n: haiii, cerita pertamaku, nih. Maapkeun jika masih absurd :)

PHOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang