SHTTR 《1》

35 6 4
                                    

Author's POV

Hari ini adalah hari pertama siswa-siswi SMA Dharmawangsa mengikuti tahun ajaran baru. Semua anak tampak bersemangat memulai pelajaran -yang sesungguhnya bukan benar-benar belajar- terutama karena pembagian kelas baru.

Tapi lain halnya dengan Kanina.

Patah hati yang ia alami justru membuatnya makin tidak bersemangat sekolah, terutama jika bertemu Randy ataupun Gea.

Bisa dibilang kalo Kanina dan Gea itu beda. Iya, beda banget malah. Kanina itu cewe biasa-biasa aja yang gak sepopuler Gea. Gimana enggak, Gea termasuk dalam geng paling terkenal sampai ke luar sekolah. Ditambah, paras Gea yang cantik menambah banyak jajaran fansnya, membuatnya semakin populer.

"Gue denger ada anak baru,ya?"

"Guys! Guys! Gue punya berita hot! Kata informan gue bakal ada anak pindahan yang seangkatan sama kita!"

"Anak barunya cewek apa cowok tuh?"

Semua desas-desus tentang anak baru masuk ke telinga Kanina yang baru sampai di gerbang sekolah.

"Buset, anak-anak kagak bisa nahan gossip bentar aja yak? Baru juga masuk udah heboh ngegossip, di gerbang lagi," katanya sambil meneruskan langkahnya.

Sampai di koridor, ia belum bisa menemukan kedua sahabatnya, Friska dan Trisha.

"Gue ke tempat biasa aja kali ya? Paling mereka ntar nyamperin," katanya sesudah melihat daftar kelas yang menunjukan dirinya di kelas X1-3, sekelas dengan kedua sahabatnya.

Tempat biasa yang Kanina maksud adalah tempat tongkrongannya dengan sahabatnya. Tempat itu terletak di belakang ruang alat olahraga dan bentuknya seperti taman dengan beberapa bangku kayu.

Kanina duduk di bangku paling ujung, bangku yang terdekat dengan jalan menuju kelas. Ia mengeluarkan handphone dan earphone, berniat untuk mendengarkan lagu.

Ia bergumam pelan sesuai dengan irama lagu dan sedikit menggerakan badannya. Tanpa terasa, ia membuka matanya dan menangkap sosok yang jarang ia temui di tempat itu.

Manusia.

Iya, manusia! Bukan berarti Kanina lebih sering melihat hantu ketimbang manusia di tempat itu, tapi karna jarang sekali ada yang mengetahui tempat terpencil itu.

Seorang laki-laki yang tidak ia kenali namun memakai seragam sekolahan yang sama dengan dirinya, sedang sibuk memandangi Kanina dari ujung rambut sampai ujung kaki.

Ia sesekali menunduk, lalu kembali menatap Kanina. Hal itu terus dilakukannya sampai beberapa kali.

Ni orang kenapa sih ngeliatin gue sampe kaya gitu, batin Kanina.

Saat ia hendak berdiri karena takut terjadi apa-apa, si lelaki misterius ini membuka suara.

"Jangan pergi. Gue gak bakal ngapa-ngapain lo, lo cukup diem, jangan gerak."

Kanina yang terlanjur syok pun tidak menggerakan badannya sama sekali. Ia memilih untuk mengikuti permintaan lelaki tersebut.

TRIIIING--

Tak lama, bel masuk pun berbunyi dan Kanina langsung berlari ke kelasnya.

***

Kanina's POV

Aduh, kasian amat jantung gue udah olahraga pagi-pagi gini. Sumpah ini hari teraneh yang pernah gue jalanin selama hidup gue; pertama karna ketemu cowo aneh -tapi mukanya sih lumayan- yang terus-terusan ngeliatin gue; kedua karna dua manusia itu gak muncul di tempat biasa. Kesel.

Gue lari deh ke kelas, daripada ntar orang itu ngikutin gue terus gue diculik, dimasukin ke mobil gede gitu yang pake kaca gelap, terus akhir-akhirnya gue dimutilasi. Oke oke, gue kayaknya harus ngurangin nonton CSI dan hal-hal berbau pembunuhan dan detektif.

Pas gue sampe, dua temen gue udah ada di kelas dan nyengir ke arah gue.

"Lo berdua kampret ya. Gue tunggu di tempat biasa dan lo gak muncul. Gue meragukan kesetiaan kalian, guys"

"Jangan gitu dong, Nin! Kita berdua baru aja dateng, lari-lari demi menyelamatkan diri dari siksaan Pa Wahyu. Lo tau kan, udah berapa ratus kali gue sama anak ini kabur dari doi, jadi aja dia sensi ke kita, ya gak Fris?" kata Trisha.

"Iya Nin, si Trisha bener! Ini juga untung bisa kabur, kapan lagi bisa lolos dari kejaran Pa Wahyu kalo lagi jadi penjaga gerbang?" balas Friska gak kalah semangat.

"Iya, iya gue ngerti lah. Tapi karna lo pada ini gak ada ya, gue ketemu cowo aneh di tempat kita. Ngeliatin gue terus, apa gue keliatan kaya gembel gitu?"

"Lo emang gembel tiap hari kali."

Dih si Friska, baru masuk udah bikin darah gue naik. Tapi ya, sahabat kaya gini nih yang gue suka, nyablak dan apa adanya. Sahabat itu gak cuman ngedukung lo aja, tapi juga gak sungkan buat ngata-ngatain lo demi kebaikan lo sendiri.

"Friska becanda, Nin. Kanina jangan marah," lanjut Friska sambil memasang puppy-face yang lebih mirip kaya nahan-ngeden-face.

"AH! Lo udah cek kakinya belom?" tanya si Trisha sambil berputar mengelilingi gue yang dari tadi belum duduk.

"Napa emang sama kaki dia?"

"Siapa tau gak napak, siapa tau yang lo liat tuh setan, Nin!" balasnya sambil mendekatkan muka serius ke muka gue, kalo ada yang merhatiin mungkin gue disangka ciuman kali sama dia.

Plaakk!

Gue jitak pelan kepala tu anak. Gak kira-kira ngayalnya!

"Jangan nonton film horror terus ya. Kasian otak lu bayanginnya setan mulu. Tar lu ngaca yang keluar setan gimana?"

"Hehehehe, mo gue ajak selfie!" katanya sok-sok ngikutin meme yang lagi tenar.

Tiba-tiba si Hafi teriak, "Siap! Beri salam!"

Serentak gue dan temen-temen gue berdiri dan bilang, "Selamat pagi, Bu."

Ini emang udah ritual tiap pagi, sih. Sekolah gue nuntut murid buat respect sama semua guru, salah satunya ya dengan ngasih salam kayak gitu.

Percakapan gue kan jadi kepotong gara-gara Bu Tiwi masuk, padahal masih banyak yang mau gue omongin. Ah ntar aja kali ya pas istirahat. Tapi untung Bu Tiwi yang masuk jadi bisa dimaklumi, soalnya dia guru kesayangan semua anak.

"Pagi anak-anak, kalo kalian bisa tebak, kalian pasti udah tau kalo Ibu bakal jadi wali kelas kalian."

"YEEEEEYYYY!!" teriak semua siswa yang makin lama makin pelan.

"Nah, untuk mengawali kelas kita, kita akan melakukan perkenalan dalam kelompok. Sebelumnya, Ibu mau ngenalin anak baru," katanya sambil melambaikan tangan tanda menyuruh seseorang masuk.

Laki-laki yang ngeliatin gue tadi masuk dengan santai, disertai sentakan nafas para siswi karena cowo itu emang terlihat lebih ganteng dari di tempat tongkrongan.

"Hai. Nama gue Noel, Darien Noel Viltoriano. Salam kenal," katanya pelan, agak malu tapi tegas dan terkesan-- dingin.

Gue langsung noleh ke samping, ke arah Friska dan Trisha, "Ini cowo yang ngeliatin gue."

Friska kaget dan spontan ngomong, "WAH! Hoki lu bisa diliatin cogan kaya gitu!"

Gue diem. Emang sih ganteng, tapi misterius. Gue gak mau salah nilai orang kayak waktu gue salah nilai Randy.

Gara-gara hal ini, gue jadi lupa buat nyeritain masalah patah hati dan miniatur ke sahabat gue. Gapapa lah, gue tunda sampe pikiran dan perasaan gue lebih tenang, biar curhatnya nyambung.

***

10 Juli 2016

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 10, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SHATTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang