1

12 0 1
                                    

"Mampus gue telat. Anjir, udah ketiga kalinya"
Valeria Alison. Gadis cantik berusia 16 tahun yang baru saja ditinggal kerja orang tuanya sehingga terlambat untuk bangun pagi itupun segera menuju kamar mandi dan bersiap-siap untuk ke sekolah.
"Aduh. Mana mobil dipake bokap. Sial bener hari ini." Gerutu Val.
Gadis itupun berlari sambil berwas-was siapa tau ada kendaraan umum lewat atau tumpangan gratis.
Di lihatnya pangkalan ojek. Akhirnya ia pun memutuskan untuk naik ojek. Lumayan karena bisa ngebut biar nggak telat.
~~~
"Bang, SMA 8 yak. Buruan bang udah telat nih" perintah Val kepada abang ojek dengan tidak sabar.
Selama diperjalanan, Val cemas sekali. Pikiran dihukum selama berjam-jam menghantui pikirannya. "bang buruan!!"
"Ngebut dong bang!! Telat nih" kesal Val.
"Neng, pagi-pagi nyuruh orang buat kebut-kebutan nggak baik loh" kata si BangJek(abang ojek)
"Bodoamat" gerutu valeria.
~
Sesampainya di sekolah, Ia lupa ternyata hari ini adalah hari dimana semua guru rapat di ruang OSIS bersama semua anggota OSIS.
"Lho neng.. Itu kok masih ramai? Neng ngerjain saya ya ? Atau mau menguji skill pembalap tukang ojek?" Celetuk si BangJek.
"Hehe, lupa bang kalo hari ini free. Yaudah nih uangnya. Makasih dan maaf" cengir Val dengan tampang tak berdosa.
Tetapi bukannya pergi, tukang ojek itu membuka helm dan jaket. Dan oh my! Dia juga murid SMA!
Terdengar jeritan histeris para cilay alias ciwi ciwi alay yang melihat tukang ojek yang ternyata tampangnya bernilai 10 dari 10 itu.
"Ini kartu nama saya. Kalau butuh jemputan, tinggal telfon saya. Kalau gitu saya juga sekolah dulu. Udah telat 15 menit nih" ucap tukang ojek itu seraya memakai helm dan langsung ngebut sejadi-jadinya.
~~~
Val berjalan menuju kelas dengan bingung.
'Itu tadi tukang ojek udah sekolah kenapa malah nganterin gue? Mungkin buat uang jajan kali ya. Tapi... Ganteng juga sih. Ah apaan sih pikiran makin ngaco.' Batin Val.
"Oy! Ngelamun aja lo" kata Venna sambil menepuk pundak Val tiba-tiba.
"Yaampun ven! Lo tuh ngagetin banget sih!"
"Ya abisnya lo ngelamun gitu. Aha! Mikirin pacar baru lo tadi ya? Dapet yang ganteng banget! Kok lo ga bilang-bilang sih? Lo jahat banget sih jadi sahabat" cerocos Venna dengan nada ngambek yang dibuat-buat.
"Apaan sih ven. Bukan pacar gue. Ntar gue ceritain" kata Val sambil berjalan cepat meninggalkan Venna.
~~~
"Oh jadi gitu! Tapi lumayan loh Val. Lo kan pengen punya pacar cool gitu." Kata Venna setelah mendengar cerita Val tentang tukang ojek yang mengantarnya tadi pagi.
"Hmm" gumam Val sambil menulis dan tidak mendengarkan saran Venna sama sekali.
Sekarang, yang dipikirkan Val adalah tentang kak Veno, kakak Venna yang ditaksir Val tanpa sepengetahuan Venna Azahra sahabatnya itu.
Saat ini jam kosong, biasanya Veno sedang bermain basket bersama teman-temannya. Val pun beranjak pergi ke lapangan basket untuk melihat Veno.
Sebelum itu, dia membelikan botol aqua untuknya.
"Eh mau kemana lo? Ikut dong" teriak Venna sambil menyusul Val.

"Ngapain ke lapangan basket? Ada kakak gue males banget dah." Kata Venna sambil menatap tajam kakaknya yang kebetulan sedang melirik dirinya.
Vano berjalan menuju tempat Venna dan Val berada. Val makin canggung dan tak kuasa menahan dirinya untuk tenang. Vano berhadap-hadapan dengan Venna yang masih saja menatap tajam kakaknya itu. Vano pun mencubit hidung Venna sampai merah.
"Lo sama kakak sendiri biasa aja dong.. Eh halo Val cantik. Itu minum pasti buat gue kan?" Cerocos Vano dengan menatap Val yang sedari tadi canggung, ditambah salah tingkah karena dipanggil cantik. Sama orang yang ditaksirnya pula.
"ehh.. I-iya kak. Buat kak Vano aja." Jawab Val dengan nada yang dibuat se-rileks mungkin.

Begitulah Val.. Dia tidak pernah bisa tenang jika sedang di dekat orang yang ditaksir. Val sudah lama kenal dengan Vano. Sering main bertiga denan Venna, menonton atau kegiatan apapun yang menarik. Bahkan pernah berdua menikmati suasana taman. Tetapi Val tidak pernah bisa menjadi diri sendiri jika bersama Vano. Dia selalu minder dan jadi sangat berhati-hati jika bersama Vano. Takut , jika banyak membuat kesalahan, malah membuat Vano menjauh dari Val.
~~
Bel berdering dua kali. Tandanya jam pelajaran berganti. Val dan Venna pun segera menuju ke kelas.
Saat ini pelajaran Matematika sampai akhir pelajaran. Bagi kebanyak siswa, matematika adalah pelajaran yang sulit, mematikan, dan mending lari lapangan saja dibanding pelajaran itu. Tapi tidak bagi Val. Ia menyukainya.
Jam pelajaran pun selesai dan waktunya pulang.
Waktu terasa begitu cepat bagi Val. Ataukah ini efek karena dirinya suka matematika? Mungkin saja.
~~~
Saat Val sampai di gerbang, tiba-tiba saja seseorang sudah berada didepannya, dengan motornya.
Ya, tukang ojek tadi.

'Tunggu. Bukannya gue ga nelfon dia buat jemput? Ngapain dia kesini? Mau nyari untung kali biar tiap hari dibayar sama gue. Kampret amat ni ojek.'

"Hai. Saya tukang ojek yang tadi. Masih ingat kan? Nama saya Alvero Aditya. Panggil aja Alve. Kalau kamu siapa namanya?" Ucap Alve to the point.
"Oh. Gue Valeria Adison. Panggil aja Val. Bahasanya gak usah baku-baku banget kali Al." Kata Val tanpa melihat Alve.
"Saya sudah terbiasa seperti ini. Kan saya menghormati penumpang. Apalagi kamu, penumpang favorit saya." Ucap Alve tanpa sadar.
"Hahh? Lo bilang apa tadi? Penumpang favorit? Baru aja sekali udah dijadiin favorit. Btw lo sekolah dimana? trus ngapain lo jadi tukang ojek? Cari pendapatan? Malah bikin telat lah ga ada yang lain gitu kerjaannya?" Oceh Val panjang lebar . Biasanya ia tak seperti ini dengan orang yang baru ia kenal.

Alve tersenyum, lalu menjawab , "yaampun ternyata kamu bawel banget ya. Eh emang sih, dari pertama aja kamu udah ngeluarin sifat asli kamu yang bawel itu. Berarti saya beruntung ya , hehe."

"Iya lo beruntung. Gue kan cemas kalo telat. Ya wajarlah jadi bawel. Lo belum jawab pertanyaan gue."

"Oh iya. Saya SMA di deket sana tuh. Lurus terus belok kanan. Deket kan. Deket lah ini sudah jadi takdir saya kalau sekolahnya deketan sama kamu. Dan dipertemukan setelah sekian lamanya saya jomblo." Ucap Alve diselingi tertawa.

"Serah lo deh Al. Ayo anter gue pulang." Kata Val dengan tidak sabar.

Setelah sampai di depan rumah Val, dengan cepat Alve menarik pergelangan tangan Val.
"Apalagi sih?"
Dengan suara pelan, Alve bertanya kepada Val.
"Boleh saya lebih mengenal kamu?"
Val pun dilanda kebingungan. Diajak kenalan tukang ojek, masih SMA sih, alasan jadi tukang ojek saja belum diceritakan. Bagaimana kalau seragam SMA hanyalah kostum? Lalu setelah Val mengenal Alve lebih dekat, Alve menyulik Val bahkan .....menjual Val?
Oh tidak . Pikiran macam apa yang ada di otak Val!

"Gimana?" Suara Alve memecahkan kebingungan dan pikiran negatif di otak Val.
"Ya boleh" ia tidak tau mengapa kalimat itu terlontar begitu saja. Padahal pikiran ia yang tadi sudah macam-macam.

Duh ni mulut kenapa ngga ngikutin pikiran gue sih. Batin Val.

"Oke, besok saya jemput ya sekolahnya. Bangun pagi. Biar saya juga nggak telat. Besok saya ceritain juga tentang kenapa saya kerja sampingan jadi tukang ojek. Kalau kamu ada waktu juga,sih." Kata Alve dengan senyuman tulus.

Yaampun ganteng ternyataaaa. Ish apaan sih gue.

"Oke. Yaudah hati-hati." Ucap Val

Alve pun segera melaju dengan kecepatan normal karena hatinya sedang tersenyum entah mengapa. Mungkin karena cewek itu. Hmm, valeria alison. Lo berhasil nyuri hati gue dalam sehari.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 25, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jatuh Atau Cinta?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang