"Ketika lelah mulai hadir, apa yang seharusnya aku lakukan selain berhenti. Berhenti dari semua kepenatan, berhenti dari semua kesedihan, dan tentunya berhenti untuk mencintaimu"
Cinta menghembuskan nafasnya kasar, andai sekarang tidak ada ulangan mungkin dia tidak akan masuk sekolah dengan mata yang sembab seperti ini. Dilangkahkan kakinya melewati segerombolan siswa dan siswi yang bercerita dihalaman sekolah, kacamata putih dan headset yang bertengger manis di telinganya membuat penampilan gadis itu berbeda dari biasanya. Bahkan rambut yang biasanya dikucir sati, kini tergerai.
Kalau orang yang tidak terlalu mengenal Cinta, mereka merasa tidak ada yang aneh dari gadis itu. Tapi, beda halnya dengan seseorang yang sudah lama bersama gadis itu. Seseorang yang dengan langkah lebar menjajarkan langkahnya dan mengalungkan lehernya pada gadis itu, yang terlebih dahulu mengacak rambut Cinta.
"Rio kebiasaan deh, bisa nggak sih nyapanya normal aja" omel Cinta saat melihat siapa yang ada disampingnya. Bibirnya mengerucut sebal, tangannya sibuk merapikan rabutnya yang sudah tak beraturan. Tapi, jauh dalam hatinya dia sangat senang sikap Rio yang seperti itu. Dia merasa gadis yang paling dekat dengan Rio.
Rio tersenyum kecil mendengar omelan dari sahabatnya, tapi senyum itu langsung menghilang karena dia melihat sekilas mata Cinta yang sembab. Dengan cepat dia mengambil kaca mata putih itu
"Lo kenapa?" Rio menatap lekat ke arah manik mata Cinta. "Lo kenapa Cinta" tanyanya ulang.
Cinta menggeleng lemah, lalu merebut kacamatanya tapi sayang gagal karena Rio lebih dahulu mengangkat kacamatanya tinggi-tinggi.
"Gue nggak apa-apa." bohongnya "Sini balikin kacamatanya Rio" Cinta meloncat-loncat kecil mencoba meraih kacamata dan sialnya tetap tidak berhasil
"Gue nggak mau kembaliin nih kacamata" Rio meggoyangkan kacamata yang ada ditangannya "Sebelum lo jelasin, kenapa mata lo sembab kayak gitu" ujar Rio sambil menunjuk kearah mata Cinta dengan telunjuknya
Cinta menghela nafas, beberapa tahun dia kenal dengan cowok itu membuat dia hapal bagaimana wataknya. Dengan berani dia menatap Rio
"Gue kan udah bilang, gue nggak apa-apa. Kenapa lo ngeyel sih" sewotnya
"Karena gue tahu gimana lo Cinta" balas Rio tak kalah sewot, dan jawaban itu sukses membuat Cinta menyesal karena cowok itu terlalu mengenalnya dengan baik.
Rio menghela nafas dan menaruh tangannya dikepala Cinta sambil menurunkan sedikit tubuhnya, "Sekarang kasih tahu gue kenapa lo sebenernya. Lo bukan tipe cewek yang cengeng, dan kalau lo nangis berarti itu hal yang benar-benar membuat lo sakit hati" jelasnya panjang lebar.
Cinta yang merasa sudah terpojok memejamkan matanya sejenak, menghirup dan membuang nafas perlahan. Kalau gue bilang ini gara-gara lo gimana? Gara-gara perasaan gue yang berubah menjadi cinta gimana? Ujarnya tentunya yang hanya bisa diucapkan dalam hati.
"Lo nggak""Rio" panggilan itu membuat ucapan Cinta terpotong, gadis itu merasakan dadanya mulai sesak padahal hanya mendengar panggilan yang diutarakan untuk Rio.
Rio menoleh lalu memberikan senyuman terbaiknya untuk gadis itu, Alya. Cinta yang melihat itu tersenyum getir, bahkan senyuman itu berbeda dengan senyuman yang diberikan untuknya
"Gue ke kelas deh, daripada jadi obat nyamuk" ujarnya lalu melangkah meninggalkan Rio dan Alya yang baru saja berada disisi sahabatnya itu.
Rio mencekal tangan Cinta "Lo kenapa sih? Siapa juga yang bilang lo jadi obat nyamuk" tukasnya langsung. Dia tidak suka mendengar kalimat itu dari sahabatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Goodbye My Love
Short StoryRio tahu segalanya tentang Cinta, tapi hanya satu yaeng Rio tidak tahu bagaimana perasaan sebenarnya Cinta terhadapnya. Cinta tahu segalanya tentang Rio, dia tak pernah menyembunyikan apapun dari Rio kecuali satu yaitu perasaannya yang sebenarnya...