Pagi hari yang cerah ditemani oleh nyanyian burung dan senyuman bunga. Waktu dimana ditemukannya para siswa dan siswi berjalan diatas trotoar menuju halte bis untuk sampai ke tempat mereka menimba ilmu, para ibu rumahtangga yang diboncengi suaminya menuju pasar untuk berbelanja, para orang tua yang menggandeng buah hatinya menuju arah taman hiburan, serta riuh suara klakson mobil dan deru kendaraan
Namun, hanya satu yang tampak gelap saat ini. Pemuda mungil yang diam berjongkok disamping sebuah halte yang cukup untuk menyembunyikan tubuh mungilnya, mengabaikan tatapan iba dari para pejalan kaki yang melewatinya. Tak jarang atau bahkan sering beberapa di antara mereka -pejalan kaki- memberikan sejumlah uang di hadapan pemuda tersebut dan berkali-kali pula ia berteriak bahwa ia bukanlah seorang 'pengemis' atau 'tunawisma'. Parasnya ayu, tidak menunjukkan sisi kelakian sedikitpun, tubuhnya mungil dan mungkin sedikit 'pendek', rambutnya berwarna soft grey yang sepadan dengan kulit putih susu nya, ia mengenakan kemeja putih kebesaran dan celana jeans hitam yang melekat sempurna di kaki jenjangnya. Tak ada yang berani beranggapan bahwa ia memiliki kejiwaan yang miring dengan paras ayunya tersebut.
"Apa-apaan ini. Aku bukan pengemis. Aku hanya sedang tersesat" gerutu pemuda mungil tersebut. Tangan kanannya merogoh saku celananya untuk mengambil benda persegi panjang yang dinamai 'ponsel'. Di case ponselnya terdapat tulisan dengan aksara tegak bersambung yang diimbuhi tulisan Hangul yang bertuliskan "Byun Baekhyun" yang di perkirakan adalah nama pemuda tersebut. "Lee ahjusshi~ bisakah kau menjemputku?" Ujarnya pada orang di sebrang sana. Baekhyun bangkit dari posisi jongkoknya, ia akui jika kakinya mendadak mati rasa dalam beberapa detik. Ia berjalan menyebrangi jalanan, masih dalam mode panggilan telpon-nya. "Apa? Hei! Aku ini majikanmu, dan kau hanya asisten beserta supir pribadiku" Baekhyun menghentikan langkahnya, kedua tangannya berkacak pinggang.
"Lee ahjuss-"
Ucapannya terhenti, tubuhnya terhuyung kedepan akibat seseorang baru saja menabraknya dari belakang, ponselnya yang berada di tangannya terlempar dan jatuh mendarat dengan kasar diatas permukaan aspal yang keras.
"H-heol!" Tubuhnya terbawa kedepan, mengikuti langkah pria tinggi yang baru saja menabraknya beberapa detik yang lalu.
Nampaknya, pengait gelang yang dipakainnya itu tersangkut pada lengan kemeja pria tinggi itu.
"Hei, berhenti. Akkh!" Baekhyun berteriak, baru saja kakinya menabrak sebuah pembatas parkiran. Namun pria tersebut sama sekali tidak menggubris teriakan Baekhyun yang melengking tadi.
Baekhyun berdecak, ditengoknya telinga pria tersebut dan berhasil menemukan bahwa si pria itu tengah menggantukan headset-nya pada telinga yoda-nya. Baekhyun menghela nafasnya kasar, kemudian terkekeh pada dirinya sendiri karena harus mengikuti pria tadi.
"Manusia tidak berperikemanusiaan. Aku bukan peliharaanmu bodoh, bahkan ponselku kau jatuhkan" umpatnya sembari menendang kerikil kecil yang sayangnya meleset dari sasaran.
Langkah kakinya yang pendek cukup sulit untuk disamakan dengan langkah panjang pria tinggi tadi. Salahkan kaki-nya ya pendek itu. Mau tak mau, ia harus beberapa kali berjalan terseok atau terkadang kakinya menabrak sesuatu yang dapat membuat kakinya berubah warna, bahkan membuatnya mendesis menahan tangis. Dan saat itu pula ia menyadari bahwa ia baru saja memasuki sebuah hotel dan berdiri di depan lift. Kesempatan itu tidak di sia-siakan oleh Baekhyun, namun dewi fortuna sedang tidak berpihak padanya. Pria tersebut kembali berjalan memasuki lift.
"Shit!"
Percaya atau tidak, yang tadi itu Baekhyun. Ia mengumpat karna pengait gelangnya semakin tersangkut di lengan kemeja pria tinggi itu. Belum lagi, cobaan kembali menerpa dirinya. Gerombolan rombongan memasuki lift, membuatnya terhimpit di balik punggung lebar pria tinggi itu. Baekhyun mengangkat kepalanya, mencoba untuk mengintip kemana tujuan lift selanjutnya.
"Itu lantai 5. Penthouse?" Bisiknya atau lebih tepatnya bertanya pada diri sendiri. Belum selesai ia meluruskan pandangannya kembali, dirinya kembali tertarik keluar dari lift. Ya, pria itu meninggalkan lift bersama tatapan heran menggelikan dari para penumpang lift. Dan, tebakan Baekhyun benar.
Baekhyun mengernyitkan pandangannya, menatap menelusuri tubuh pria tersebut dari ujung rambut hingga ujung kaki. "Ia hanya menggunakan kemeja, celana jeans, dan sepatu kets. Bahkan ia menyampirkan tas olahraga di bahunya. Kukira ia akan tinggal di sebuah apartement yang lusuh dan berantakan" lihat, ia baru saja menilai pria tinggi itu hanya dengan sekali tatap, dengan penilaian yang negative.
Pria tinggi itu mengangkat tangan kirinya untuk melepas headset yang ada di sebelah kanan masih dengan pandangan yang lurus, yang juga tentunya membuat tangan Baekhyun ikut tertarik ke atas. Sementara tangan kanannya menempelkan kartu hotelnya pada sensor dan memasukkan dijit kode. Kemudian membuka pintu dan melangkah masuk, terpaksa Baekhyun pun ikut masuk kedalam penthouse pria tinggi itu.
Tuk
Langkah pria tinggi tersebut terhenti, dahinya mengernyit, merasakan sesuatu berdiri dibelakangnya.
Dalam hitungan detik, tubuhnya berbalik ke arah Baekhyun. Kedua mata Baekhyun membola.
"Nuguya?" Matanya menatap dingin kearah Baekhyun beserta suara bass berat yang datar.
Aoxen
Heya! This is my second fanfiction. Still with Chanbaek. You know, I'm a kind of hard Shipper of yaoi. This inspiration suddenly come in my brain, and I try to write it all. I think it's not bad at all, even there are many typos there. My wish is, all of you love and enjoy it.
Love Aoxen
KAMU SEDANG MEMBACA
YLoouvre - Your Love [Chanbaek]
FanfictionBaca dan coba pecahkanlah misterinya. Aku akan memberimu sebuah hadiah yang hanya akan aku berikan untukmu. Walau dia sudah menjadi yang pertama memilikinya. Dan yang ini, untukmu dan hanya untukmu Aoxen