Satu

3.6K 209 8
                                    

Laki-laki itu merebahkan dirinya begitu saja di lantai atap gedung ini. Rambut hijau pupusnya tertiup angin kekanan dan kekiri. Dia baru saja keluar dari dormnya karena terlalu berisik dan membuatnya tidak bisa tidur, ya.. dia baru saja memejamkan matanya sebelum matahari terbit dan suara berisik saat teman-temannya bangun membuat kepalanya sedikit pusing.

"Suga." Suara itu membuatnya ingin mengumpat.

"Bisakah hyung tidak mengangguku?" Suga berbicara tanpa membuka matanya sedikit pun

"Makanlah dulu, lalu lanjutkan tidurmu." Laki-laki bercelemek ini Jin, member tertua dari grupnya.

Suga bangkit dari tidurnya dan mengambil sepiring nasi goreng kimchi yang Jin buatkan. Jin duduk disamping Suga yang sedang memakan nasi goreng kimchi buatannya.

"Harusnya kau tidur layaknya manusia. Jangan menjadi makhluk nocturnal." Jin memandang lurus tanpa menatap Suga. Tatapan Suga menurut Jin sangat menakutkan.

"Biar saja, dengan begitu aku bisa menulis banyak lagu untuk bangtan." Suga menyelesaikan makannya. Dia menaruh piring kosong didepannya.

"Bukan karena gadis itu kan?" Tanya Jin sangat hati-hati. Suga terdiam beberapa saat.

"Cuci piringku Hyung, aku masih mengantuk. Ah.. terima kasih nasi gorengmu selalu enak." Suga tidak menjawab pertanyaan Jin.

Suga kemudian merebahkan badannya dan memunggungi Jin. Jin menghela nafas.

"Tidak ada hal yang lebih membuatku bahagia selain kita semua bahagia." Kata Jin pelan tapi, Suga mendengarnya.

***

Popularitas, uang dan kehidupan mewah bukanlah hal yang bisa sepenuhnya membuatmu bahagia, kebahagiaan adalah hal yang tidak bisa dibeli dengan uang sebanyak apapun kau memilikinya.

Suga juga sadar akan hal itu, setiap hari dia melakukan aktivitasnya. Latihan, show dan menulis lagu. Tapi, hatinya tetap terasa kosong, tetap hampa.

Dia hidup menjadi orang lain bahkan dia sudah menikmati perannya sebagai orang lain. Sejujurnya dia lelah, dia merasa hampa.

"Apa kau baik-baik saja?" Jin tiba-tiba muncul didepan pintu ruangan Suga. "Boleh aku masuk?" Tanya Jin yang masih berdiri di ambang pintu.

"Masuklah Hyung." ucap Suga mengizinkan Jin masuk ke studio kecil miliknya. Tempat Suga menghabiskan sebagian malamnya.

"Kantung matamu sekarang lebih hitam, harusnya kau tidur." Jin duduk di sofa merah maroon yang tepat berada disamping kursi Suga.

"Aku masih terlihat tampan." Ucap Suga cuek.

"Aku lebih tampan darimu." kata Jin percaya diri, spontan Suga menoleh dan melepas headphone yang baru saja dia pakai.

"Aku tidak tahu bahwa kau sepercaya diri itu Hyung." Suga kini berpindah tempat.

"Abaikanlah, itu tidak penting." Kemudian Jin berdiri.

"Jadi Kau menemuiku hanya untuk hal yang tidak penting seperti ini?" Tanya Suga tidak percaya. "Buang-buang waktu saja Hyung." Lalu Suga kembali duduk dikursinya.

Jin terdiam beberapa saat. " Aku rasa ini akan cukup membantumu Suga." Lalu jin meletakkan sebuah kertas di meja.

"Aku akan pergi tidur, jadi cepatlah tidur." Kata Jin lalu keluar dari ruangan Suga.

Suga memutar kursinya. Dia menatap kertas itu dari tempatnya. Hanya diam dan bertanya dalam hatinya "Mengambilnya atau Membuangnya."

***

Suga ingat hari dimana mereka melakukan show pertamanya setelah debut, waktu itu hanya beberapa Army yang menonton mereka diantara banyaknya fans dari fandom lain yang memenuhi studio. Saat itu Army bisa dihitung dengan jari.

Ada satu Army yang begitu dia ingat membawa papan bertuliskan namanya. Hanya dia satu-satunya yang membawa papan dengan namanya. Suga merasa bersyukur karena ada yang menyukainya.

Suga mengambil kertas yang Jin letakkan di meja, sebuah nomor telepon. Lalu, Suga menekan deretan nomor itu dihandphonenya. Dia ragu, lalu menghapus deretan nomor itu. Beberapa kali dia mengetikkan nomor itu lalu menghapusnya. Dia benar-benar ragu.

Suga meremas kertas itu lalu, membuangnya. Entah mengapa hatinya membuncah marah. "Sepertinya Kau sudah bodoh Suga, tak usah mengharapkan dia. Dia saja meninggalkanmu." Suga berkata pada dirinya sendiri.

***
"Hyung, pintu kamar mandi rusak. Bisakah kau memperbaikinya?" Suga menoleh ketika sebuah suara yang dia kenal menginterupsi. Suara si maknae Jungkook.

"Rusak lagi?" Tanya Suga tidak percaya. "Aku baru memperbaikinya 3 hari yang lalu, sudah aku bilang jangan menutupnya dengan kasar. " ucap Suga sambil berjalan menuju kamar mandi. Dia mengecek kerusakannya. Dibelakang Jungkook hanya diam sambil mengikuti Suga.

"Kooki, ambilkan aku obeng tolong." Ucap Suga sambil berjongkok.

"Ini." Jimin sudah muncul membawa obeng yang Suga minta.

"Apa kau yang merusaknya Hyung?" Tanya Jungkook pelan. Jimin memberikan kode agar Jungkook diam. Tapi, Suga bisa mendengarnya

"Hyung, kemarin waktu aku ke mini market. Aku bertemu gadis itu." Suga menghentikan aktifitasnya mendengar pernyataan Jimin

"Bitna maksudmu Hyung?" Jungkook menutup mulutnya, ah.. Jungkook lupa kalau nama itu tidak boleh disebutkan didepan Suga.

Suga tetap terdiam, menyelesaikan aktifitas memperbaiki pintu kamar mandi.

"Jeong Jungkook--." Jimin menggeram pelan.

"Aku mau mengerjakan PR ku dulu Hyung." Jungkook melarikan diri.

"Aku akan ke studio Hyung, lat-latihan." Jimin mundur perlahan. Jimin dan Jungkook melarikan diri. Meninggalkan Suga sendiri.

Suga terdiam menahan rasa marahnya. Nama gadis itu lagi. "Apa kau tidak bosan menghantui hidupku. Bitna?" Suga terduduk didepan kamar mandi.

***

To be continued..

Note : ini fanfiction pertama saya, mencoba genre baru nggak apakan? Haha..

Kalo ada yang pernah baca cerita ini dan merasa cerita ini sama dengan yang di BAND app itu memang saya. Akun Id BAND saya Naa10969

Selamat membaca..

SAVE ME Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang