Promise”
Teruntuk Comate. Jangan lupa di coment dan di bagikan yak.
_________________
”Apa pun yang kan terjadi, ingat kita pernah berada di sini. Jangan pernah lupakan kita, semua suka duka cerita bersama, simpanlah di hati.”-Patrick Effendy
Perjalanan karier mereka sudah sampai di titik terpuncak. Dimana perjuangan selama kurang lebih enam tahun telah mereka lalui dengan penuh suka dan duka.
Tepat hari ini Patrick menuliskan sebuah permohonan. Permohonan yang Patrick yakin akan mengundang kesedihan serta tanda tanya di benak seluruh penggemar ketiga anak lelaki yang selama ini mewarnai kehidupannya. Sama-sama berjuang. Dan saling menguatkan. Hingga apa yang kini ia ciptakan dapat di terima banyak orang.
Coboy junior—sudah tidak ada. Patrick tak membiarkan bakat anak bangsa itu terputuskan begitu saja saat salah satu teman mereka memutuskan hengkang. Dan akhirnya Patrick mewujutkan sesuatu yang baru, dengan nama yang kini besar di ingatan masyaratkat. Tak hanya indonesia. Tapi di luar indonesia pun menerima kehadiran mereka.
CJRisCJR. Ya, CJR adalah yang terbaru dan yang paling berarti. Kurang lebih dua tahun, Patrick memeluk mereka dan membimbing mereka menjadi idola untuk semua orang. Dan semua terbukti dari kesetiaan para penggemar yang selalu mendukung karier CJR sampai derik ini. Dibayar dengan ucapan terimakasih pun tak akan cukup. Banyak sekali tangis dan tawa yang Comate berikan untuk CJR. Namun, apakah akan tetap begitu setelah empat tahun berlalu?
Patrick bangga. Mereka berprestasi. Memiliki tekat kuat untuk meraih cita-cita yang mereka impikan. Dan kebanggaannya pada mereka membuat Patrick memutuskan untuk tak menghentikan mereka.
”Mereka semua janji akan nunggu kalian selama empat tahun. Itu lebih baik, bukan?”
Diam. Patrick menatap nanar mereka bertiga. Iqbaal, Aldi dan Kiki sedaei tadi belum mengucapkan sepatah kata pun.
”Gimana kalau setelah empat tahun nanti ternyata aku masih tetap nggak bisa gabung?”
Iqbaal angkat bicara membuat seluruh perhatian tertuju pada diri Iqbaal. Aldi menggeleng dengan wajag murung. Kiki memutuskan untuk tetap diam. Sementara Patrick mulai mencoba untuk menanggapi.
”Why?”
Iqbaal menarik napas sejenak. ”Ayah sama Bunda selalu mengharapkan agar aku bisa berprestasi. Dan dengan adanya kesempatan untuk belajar selama dua tahun di luar negri aku rasa belum cukup untuk aku nebus perjuangan ayah sama bunda selama ini. Setelah dua tahun, aku pasti lulus sekolah. Dan setelah aku kuliah. Apa masih ada waktu untuk aku gabung di CJR?”
Aldi menepuk bahu Iqbaal. ”Baal, gue tau lo pengen banget bisa bahagiain orang tua lo. Tapi kita punya tanggung jawab untuk bahagiain Comate. Lo pikir selama ini kita bisa terkenal karena apa? itu semua karena Comate,”
Tanpa Aldi bertahu pun Iqbaal tahu bahwa peran Comate sangat besar dalam hidupnya. Namun, apa yang menjadi impian kedua orang tuanya harus ia wujutkan.
”Gue tau Al. Dan gue nggak lupa sama semua itu, tapi lebih baik sekarang kita berpikir tentang masa depan, setelah empat tahun nanti tentunya usia kita bertambah. Bukan remaja lagi. Apa lo berpikir comate akan tetap ada di belakang kita? neriakin nama kita dengan gayanya yang sekarang? engga-kan!”
Perkataan Iqbaal sukses mengundang keheningan. Hampir lima menit hening merajai, sampai akhirnya Kiki angat bicara.
”Bukan masalah comate ada atau engga. Ini masalah janji baal. Lo ingat kan impian kita untuk terus bareng-bareng? dan seharusnya lo nggak mengkhianati janji itu. Apa pun yang terjadi nanti, CJR harus tetap ada untuk Comate.”
Terserah. Iqbaal kini meraih jaketnya yang tergeletak di meja, secepat kilat Iqbaal beranjak pergi meninggalkan ruangan yang selama ini terasa nyaman untuknya. Entah apa yang Iqbaal pikirkan, namun hati Iqbaal mengatakan untuk tidak memulai semuanya lagi. Iqbaal ingin fokus pada pendidikannya. Hanya itu.
*
Malam ini Iqbaal ingin sendiri. Iqbaal ingin mempertimbangkan keputusannya untuk berhenti. Disisi lain Iqbaal tidak bisa meminggalkan semuanya.Part 1