"Kamu nggak sayang sama aku?" Alex mulai nada bicaranya yang dilebih-lebihkan. Lelaki itu memanyunkan bibirnya."Najis amit amit. Jauh-jauh lo dari gue!!!" seketika Fany menepis tangan Alex yang merangkulnya. "Kalau gak, gue teriak ya?! Minggir atau gue teriak kalau lo punya kelainan seksual!" ancam gadis itu.
"Teriak aja, beb. Nanti juga kita ke guru BK bareng-bareng kan?" Alex menoel dagu Fany.
"Ewww. Males gue mah, sorry ya selera gue gak serendah penampilan lo, bye!!"
Kejadian ini terus berulang dan berawal ketika itu. Ketika Fany menyelamatkan Alex.
Flashback on~
Sebuah mobil melaju kencang----cukup kencang untuk membunuh seseorang----mobil tersebut berkali-kali tengah mengklakson seorang lelaki yang menyeberang dengan headshet di telinganya dan matanya tertuju pada handphone di tangannya. Seorang gadis manis berseragam sama dengan lelaki tersebut yang tidak lain adalah Fany, menyadari ketidakberesan itu. Dengan sigap dan spontan tanpa ia sadari, hatinya tergerak. Fany mendorong lelaki berumur setengah tahun lebih tua darinya hingga lelaki itu---Alex---tersungkur ke trotoar. Mobilnya melaju cepat. Dan ajaibnya mereka tidak terluka sama sekali, hanya saja Alex tertimpa oleh tubuh mungil Fany dan sikunya tergores, tidak berdarah. Sedangkan Fany, ia hanya mengalami shock beberapa menit. Matanya mengerjap beberapa kali. Ia bahkan tidak tau apa yang baru saja ia lakukan.
"Apa yang bisa gue lakuin buat ngebales kebaikan lo?" Alex mengayunkan tangannya di depan wajah Fany yang masih shock. "Mungkin jadi apa gitu?" gumam Alex masih dapat didengar Fany.
"A-apa? Pacar?" <- ia tidak sadar
"Oke, itu nggak masalah. Lo cantik juga,"
"Hah? Ma-maksud lo?"
"Nama lo?" Alex melihat bet bertuliskan rangkaian nama yang jarang alias 'tidak murahan' di baju seragam gadis itu. "Fany Karlicia?" Lelaki itu mengangkat alisnya, Fany mengangguk shock. Alex mengulurkan tangannya pada Fany yang masih lesehan di pinggir trotoar. Gadis itu menerima uluran tangan Alex dan tersenyum. "Gue Alex Xander,"
"Makasih. Ngomong-ngomong, tadi gue ngapain? Kok gue jadi linglung gini ya?" Fany memijat pelipisnya.
"Harusnya gue yang bilang makasih. Makasih karena lo, udah nyelamatin gue. Gue hampir mati. BTW rok lo, agak kotor. Biar gue bersihin?"
"Tunggu deh, gue nyelamatin lo? Wah, gue pahlawan dong?" gadis itu tersenyum bodoh kikuk, menggaruk pelipisnya yang tidak gatal, ia berpikir. Senyumnya langsung luntur mengingat cowok itu berkata mau membersihkan roknya. "Eh? Trus lo mau apa tadi? Gak gak! Dasar cowok gimes! Gila dan mesum! Nyari kesempatan dalam kesempitan. Hush hush sana.." Fany menepis tangan Alex yang hendak meraih rok batiknya tersebut. Ia membungkukkan tubuh mungil tersebut untuk mengambil tas punggungnya yang tergeletak naas di pinggir jalan. Tali tasnya---yang untuk menggendong tas putus sebelah, itu pasti karena ia membawa banyak buku hari ini, ditambah guncangan tadi, dan memang saatnya si tas untuk pensiun. "Liat 'kan tas gue putus! Sana lu jauh-jauh dari gue! Sial mulu deket lo! Hampir aja gue mati sia-sia cuma gara-gara nyelamatin nyawa lo yang gak berharga bahkan dengan secuil upil," Fany merapikan rambutnya dan mengambil masker mobokurobo kesayangannya yang juga tergeletak di aspal trotoar.
YOU ARE READING
Fakers In Love
Teen Fiction"When fakers fake love, but they in love for real. And the faker was me." -Fany "Yeah, then stop being fakers, cause i love you too.....for real." -Alex "I'm not faking of anything, i love you from 9 years ago." -Adam