Level 1

68 12 1
                                    

Kalian tahu?
Aku memulai hari ini dengan tidak terlalu baik. Pagi ini aku bangun telat sehingga harus buru-buru dan akhirnya tidak sempat sarapan. Lalu sialnya lagi, saat sedang perjalanan menuju SMA, aku terpaksa menolong seorang nenek yang sedang menyebrang jalan dan itu sangat menghabiskan waktu. Jadi, jangan heran kalau melihatku sedang dihukum di luar kelas sambil memegang ember berisi air dikedua tanganku. Hah... benar-benar hari yang sial.

Kulirik jam tanganku, akhirnya bel istirahat. Kulihat seluruh anak keluar kelas untuk istirahat dan aku dengan segera masuk ke dalam kelas. Kulihat teman baikku menatapku dengan pandangan heran.
"Tumben kau telat, kenapa?" tanyanya
"Kau takkan percaya jika kuceritakan" ucapku lemas

Oke, aku lupa memperkenalkan diri.
Namaku Ariana Venatuse dan orang yang sedang berbicara denganku ini adalah sahabatku atau teman temanku satu-satunya. Namanya Amia Alma.

Mungkin kalian heran dengan kata 'teman satu-satunya' yang kuucapkan atau mungkin tidak, yang jelas aku akan bercerita sedikit tentang kehidupanku.
Aku adalah anak yang sangat beruntung dan tidak beruntung sekaligus. Aku adalah anak dari pengusaha otomotif yang terkenal. Namun karena itu juga aku tidak punya teman, karena semua menganggapku sombong karena orangtuaku yang terkenal.
Namun berbeda dengan Mia, bahkan ia yang mendekatiku duluan. Mia adalah orang yang kupercaya setelah kedua orangtuaku.

"Baiklah, bagaimana kalau kita ke kantin?" Tanya Mia padaku
"Kau pergi sendiri ya, aku sedang tidak mood berada di keramaian" Ucapku malas
"Baiklah, tapi melihatmu terlambat biar kutebak, kau belum sarapan kan?" Curiga Mia
"Sial, aku baru ingat" Ucapku lemas dan menatap dalam Mia
"Oke, aku tahu tatapan itu. Baiklah, aku akan membelikan sarapan untukmu" Ucap Mia sambil berjalan keluar kelas menuju kantin.

Aku lalu mengeluarkan hp dan mulai membuka game yang baru saja kudownload semalam dan mulai memainkannya.
Oh ya, aku ini seorang gamer hebat lho... banyak game yang kumenangkan walau aku juga pernah kalah. Tak ada yang tak pernah gagal kan? Game yang paling kusuka adalah game jenis FPS terutama jika itu game online. Dan lagi, aku telat bangun hari ini karena bermain game. Sebenarnya aku tak niat bermain game malam itu, namun ada seseorang yang menantangku dan tentu saja aku menerimanya. Yah walau sulit akulah pemenangnya.

"Ana, aku membelikanmu roti dan susu" Mia datang dan meletakkan roti dan susu di atas mejaku.
"Hem.. terima kasih" Ucapku lalu membuka bungkus rotiku sambil masih bermain game.
"Sekarang aku tahu mengapa kamu terlambat" Ucap Mia sambil geleng-geleng kepala.
"Tapi tak biasanya kamu bermain malam" Lanjut Mia
"Iya, ada yang menantangku dan tentu saja aku..." Ucapanku terputus
"Menerimanya, dan merasa tertantang, lalu mengalahkannya apapun caranya" Kata Mia sambil memutarkan bola matanya
"Mia, aku lupa memberitahumu bahwa orang yang menantangku itu chat padaku dan mengatakan sesuatu yang aneh" Kataku
"Apa yang dikatakannya?" Mia penasaran
"Kau hebat sekali, aku jadi ingin menantangmu bermain game denganku. Game yang sebenarnya" Jawabku sambil merendahkan suaraku
"Lalu apa yang kau katakan?" Tanya Mia
"Aku jawab bahwa aku akan memenangkan game itu" Ucapku percaya diri
"Tapi aku tak pernah ditatantang seperti itu" Kata Mia

Mia juga adalah seorang gamer jadi kami adalah pasangan yang cocok. Banyak game online berkelompok yang kami menangkan. Bahkan kami sempat mendapat gelar 'queen of the game' karena score kami yang mengalahkan pemain lain terutama kami ini adalah perempuan. Namun gelar itu direbut seorang laki-laki dan hebatnya ia bisa memenangkan game berkelompok seorang diri tanpa partner.

"Mia, siang ini kita main yuk. Kita harus kalahkan lelaki itu!" Ucapku dengan mata berapi-api
"Oh... ayolah dia terlalu hebat. Padahal dia hanya sendiri. Aku sendiri geram melihatnya" Ucap Mia sambil meng
epalkan tangannya
"Maka dari itu kita harus mengalahkannya!" Kataku lagi
"Oke ini yang terakhir, lalu aku menyerah" Ucap Mia sambil menghela napas

Teng...Teng...Teng...
Lonceng masuk berbunyi. Mia segera beranjak dari tempatku dan kembali ke tempatnya. Lalu pelajaran berlanjut sampai lonceng pulang.

"Oke Mia! Cepat pulang lalu kalahkan dia!" Kataku menarik tangannya pulang
"Iya, iya sakit nih tanganku" Ucap Mia berusaha melepaskan tanganya

Rumah kami memang dekat bahkan hanya berbeda 3 rumah. Kami tinggal di perumahan yang sama dan di komplek yang sama jadi, kalau mau bilang sesuatu gampang kan.

"Mia, mainnya di rumahku ya" Ucapku sambil memelas
"Tapi aku belum izin ke mamaku Ana" Jawab Mia
"Kan bisa dihubungi dari telepon" Ucapku membujuk Mia
"Tap..." Ucapan Mia terputus oleh rengekanku
"Ayolah Mia... please... ya? ya?" Ucapku memelas lagi
"Oke, oke" Jawab Mia
"Yeeeey" Aku bersorak
Karena jika main berdekatan, kan lebih mudah mainnya. Kalau begini kemungkinan besar kami bisa menang lalu mengambil lagi gelar 'queen of the game'

Kami sampai di depan rumahku lalu masuk dan langsung berjalan ke kamarku. Aku langsung menghidupkan dua komputer yang ada di kamarku dan membuka game monster hunter. Game inilah yang akan kami mainkan untuk mengalahkannya. Aku login dengan akunku lalu Mia juga login dengan komputer di sebelahku. Muncul kata Welcome Back di komputerku lalu aku menekan tombol Continue dan menghubungkan akunku dengan milik Mia lalu mulai bermain.

The Real Game Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang