A Believe (SeoHan Version)

208 22 9
                                    

"Percaya...hanya itu."

...

Seohyun masih tersenyum samar. Diantara deret pepohonan ek dimusim dengan dominan merah hingga kecokelatan dia berdiri. Menatap lamat udara hampa dengan sekelabat gambaran kenangan, impian serta... keinginan...

'Apa yang sedang kau lakukan disana? Disini, musim baru saja berganti. Menjadi lebih dingin... tapi... Aku lupa akan hal itu dan berkeliling dengan mantel tipis. Bodoh, bukan? Tapi jangan berani menertawakanku disana atau percaya aku akan bisa menggapaimu,bertemu denganmu lagi dan menuntut balas karena menertawaiku!'

...Dalam rentet kalimat yang hanya mampu terucap dalam hati. Gadis bermarga Seo itu belum cukup berani untuk mengungkapkan apapun yang benar benar dia rasakan dengan lisannya. Dengan suara lantangnya—sang pria pernah berkata dia berbakat untuk jadi orator demonstrasi.

Dia tak cukup ikhlas untuk menyiakan satu demi satu kata yang merefleksikan suara hatinya itu pada angin lembut dimusim tersebut. Setidaknya, sampai ada dia... si pemilik telinga, mata dan sekeping hati pelengkap yang mewakili semua gambaran yang berkelabat dikepalanya.

Orang yang benar-benar dia harapkan...

Gadis itu mungkin betah untuk sedikit berlama disana. Membiarkan sejenak tubuhnya untuk berinteraksi dengan keadaan lingkungan, dengan suasana musim kemerahan ditahun ini. Senyum yang begitu tipis tadi, semakin tak nampak diwajahnya. Angin tidak serta merta merengut itu. Bukan sang angin penyebabnya. Memang, embus angin—yang kadang begitu lembut bahkan samar— seringkali mampu memisahkan sang daun dengan ranting. Mampu menyapu serta membawa helai daun yang telah gugur entah kemana.

Tapi... angin sekuat apapun, takkan pernah punya daya untuk membawa senyum yang terpatri di wajah manusia kemanapun.

Pun dengan Seohyun. Senyum yang semakin samar itu tertahan sejenak,sebelum kemudian benar-benar lenyap dan terganti dengan suara hela napas. Mata gadis itu memejam, kembali terbuka dan memejam lagi.

Hatinya kembali berkata-kata...

'Luhan... Bagi aku kekuatanmu... Datanglah dihadapan ku sekali lagi agar... Aku percaya...'

.

.

.

Desember, 2014

"Kau menyontek pekerjaan rumahku lagi?!"

Seohyun memberengut,protes kepada Luhan karena kebiasaan namja satu ini. Pun telah menjadi rutin seorang Luhan mengambil diam-diam catatan pekerjaan rumah Seohyun di laci meja gadis itu, tetap saja baginya itu adalah satu hal yang harus senantiasa dia peringatkan. Tindakan Luhan itu bukanlah hal terpuji.

"Heih...kau pelit Seo!"

"Astaga! Kerjakan sendiri pekerjaan rumahmu,bocah rusa!"

"Aku malas"

"Yak!"

Pertengkaran tak terhindarkan lagi. Meski dikenal sering tak akur,sering berdebat namun tak banyak yang tahu bahwa Seo Joo Hyun menyukai Luhan. Dan hampir tak ada yang mengetahui bahwa Luhan pun menyukainya,namun tak ingin memilikinya—tepatnya keadaan tak memberinya izin untuk memiliki seohyun—

Yang Luhan tahu,selain Tuhan... Hanya Park Chanyeol yang mengetahi alasannya. Hanya Park Chanyeol yang berusaha menyembunyikan semua hal yang Luhan ingin untuk tidak diketahui siapapun. Dan hanya Park Chanyeol... Orang yang sungguh-sungguh dia percaya untuk masalah yang satu ini.

"Geumanhaja, Seo Joo Hyun. Suara melengkingmu itu mengganggu"

Sebuah suara tiba-tiba terdengar,menghentikan sejenak pertengkaran itu. Seohyun menoleh, namun sebuah buku mendarat tepat dikepalanya, membuatnya tak dapat melihat wajah dari orang yang berdiri dihadapannya.

A Believe (SeoHan Ver)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang