Di ujung sana, ku lihat matahari di atas kepala begitu terik memancarkan panasnya. Namun, tiba-tiba terdengar gemuruh sangat menggelegar. "Cerah begini kok ada petir, aneh! Apakah akan terjadi hal buruk? Ah, aku tak peduli." Ujarku.
Setelah tiba di caffe, aku pun mencari bangku kosong yang berada di pojok. Caffe ini terlihat sepi, hanya ada pelayan dan suara denting alunan yang tak ber-ritme.
Kulihat jam dinding menunjukkan pukul 5 sore. Sudah lama aku menunggunya tetapi ia tak kunjung hadir. Apakah terjadi sesuatu dengannya? Ah, semoga tidak.
Lihat, Dia yang kutunggu-tunggu pun akhirnya datang. "Kamu kemana aja? Aku sudah menunggumu 5 jam di caffe ini." Ujarku.
Tiba-tiba, derrr! Gerimis riuh, petir bersautan, awan kelam. Sungguh mencekam! Suasana menjadi hening, sepi, sunyi. "Maafkan aku, terimakasih sudah mau menungguku. Aku hanya ingin mengatakan sesuatu. Ku harap kau bisa menerima." Ujar Caca. Dalam hatiku, ada perasaan yang berkecamuk menjadi satu.
"Kau mau mengatakan apa ke padaku?" Ujarku. Caca pun menarik napas, "Kita tak bisa menjalin hubungan ini lagi." Ujar Caca. Deggg! Ketakutan ku kini mulai terjadi, hal buruk itu. "Maafkan aku, aku sudah mengecewakanmu. Aku tak bisa bersamamu lagi. Aku jatuh cinta kepada orang lain. Aku terlanjur sayang" ujar Caca.
Aku pun hanya bisa terdiam dan memandangnya, serasa mulutku ini tak bisa berkata-kata. "Maafkan aku, selamat tinggal!" Ujar Caca, ia pun pergi meninggalkanku. Aku jatuh terkulai tak berdaya, harapan ku selama ini yang sudah ku tanam sejak dulu, kini harus sirna begitu saja. Arggh! Mengapa ini harus terjadi?
Aku ini salah apa? Kenapa ia pergi meninggalkanku? Apakah aku tak bisa membahagiakannya? Aku....., arghh! Aku sungguh terluka.
Ku seduh kopi hitam pekat, ku pandang senja merah merona, ku hirup aroma angin berhembus, dan ku resapi setiap goresan luka yang kau beri.