part 1

50 2 1
                                    





Hoshh hoshh...

Arinda mengatur nafasnya yang memburu. Bahkan kini jantungnya ikut berdetak sangat cepat dan tidak beraturan. Mencoba menormalkan kembali dengan tarikan nafas melalui mulutnya. Tarik nafas - hembuskan, kalimat itu terus berputar dalam otaknya. Kemudian Arinda menghentikan aktifitasnya saat dirasa ritme nafasnya sudah kembali normal juga dengan detak jantungnya yang kian mengimbangi deru nafasnya.

Arinda menyandarkan tubuhnya pada dinding toilet. Kali ini Arinda menghela nafasnya pelan. Sebelah tangannya terangkat merogoh saku baju seragam sekolah yang dikenakannya. Dikeluarkannya benda pipih tersebut dari dalam sana. Menghidupkannya hingga menampilkan tampilan menu. Tangannya sibuk menggeser dan mengetuk pelan layar handphone yang kini sudah melekat pada kedua tangannya. Usapan tangannya berhenti saat mata Arinda melihat item galeri. Diketuknya item galeri tersebut hingga menampilkan beberapa file foto. Dipilihnya satu dari sekian banyak foto disana. Kemudian layar handphone Arinda menampilkan tiga cowok yang sedang duduk di kantin dangan ditemani tiga mangkuk kosong yang tadinya berisikan bakso, serta es jeruk yang hanya tinggal separuhnya saja.
Decakan keluar dari bibir tipis Arinda. Hampir aja ketauan. Keluhnya.

Flashback

Bel istirahat kedua berbunyi. Satu persatu murid SMA Bakti Jaya mulai keluar dari kelasnya masing-masing.

Memang, tidak banyak dari Murid SMA Bakti Jaya ini keluar dari kelasnya. Keluar juga paling hanya di area yang tidak jauh dari kelas masing masing. Anak cewek biasanya lebih suka duduk ngumpul dipojokan kelas. Membicarakan seseorang atau bahasa kekinian dari; nge-gosip, itu sudah biasa menjadi rutinitas mereka. Apalagi hal yang menjadi bahan gosip mereka ini, menyangkut artis dari drama drama Korea. So Joongki dari drama Descendant of the sun misalnya, yang pemain utamanya ini sedang digilai para kaum hawa. Dan memang kali ini mereka sedang heboh membahasnya. Mereka ini bisa berhisteris ria melebihi kumpulan ibu ibu arisan. Hal itu membuat geram dari segelintir kaum Adam yang masih duduk anteng disana dengan buku yang masih setia di hadapannya. Konsentrasi belajarnya jadi buyar entah kemana gegara mendengar teriakan teriakan melengking dari cewek dipojok sana. Sebagiannya lagi, mereka berkumpul di depan kelas, duduk di bangku yang memang disediakan. Sesekali menggoda siswi antar kelas yang lewat di depannya. Iseng memang.

Letak kantin yang berada di pojok Selatan sebelah kanan perpus juga menjadi salah satu alasan mereka. Terlalu jauh. Mereka lebih memilih istirahat pertama dibanding kedua, yang memang dimana kebanyakan dari mereka belum pada sarapan dirumah.

Berbeda dengan Fernando dan kedua temannya, Erfan dan Edo. Dimana mereka sedang duduk di barisan ketiga pojok kanan kantin. Mereka ini sudah terbiasa nongkrong dijam istirahat kedua di sini. Seperti saat ini, menikmati semangkuk bakso dan es jeruk di hadapan masing masing. Dibanding dengan yang murid lainnya, justu ketiganya memilih waktu istirahat kedua dibanding yang pertama. Selain karena malas melihat banyaknya siswa yang berbondong bondong memenuhi meja kantin, mereka juga enggan berteriak berebut makanan yang dipesan.

Erfan menggeser mangkuk yang kini hanya menyisakan kuah baksonya kedepan.
Pandangannya mengamati segelintir siswa yang juga berada di sekitar kantin. Kepalanya menoleh ke arah Edo yang baru saja menggeser mangkuk baksonya yang sudah ludes tanpa sisa kedepan.
Temannya ini emang selalu seperti itu. Kalau makan gak pernah ada sisa. Doyan atau enggak pasti habis. Mubadzir katanya. Beda dengan Erfan dan Fernando. Mereka selalu menyisakan makanan yang di anggapnya tidak enak. Seperti Erfan yang tidak terlalu suka dengan kuah bakso. Walaupun sudah di pesan supaya kuahnya tidak terlalu banyak, tapi tetap saja Erfan enggan menghabiskannya. Beda Erfan, beda lagi sama Fernando. Fernando ini tidak terlalu suka dengan seledri.
Tapi dia lebih tidak suka kalau di porsi baksonya tidak dikasih seledri. Bau yang keluar dari asap kuah bakso yang mengepul kurang sedap, katanya. Juga katanya, rasa dari kuah baksonya jadi kurang enak. Aneh memang, tapi itulah Fernando. Di antara ketiganya, Fernando ini paling irit. Irit ngomong maksudnya. Sifatnya yang dingin dan tak tersentuh membuat kebanyakaan teman cowok sekelasnya rada enggan untuk menjadikannya taman. Bukan maksud mengartikannya menjadi musuh. Tapi, teman cowok Fernando kebanyakan itu suka yang berbau humor. Coba saja kalo Fernando yang dingin di satukan dengan temannya yang humoris itu. Bakalan Absurd pastinya. Disaat teman temannya ketawa, masa iya Fernando cuma masang muka datar. Kan gak enak. - -

"Piring sama garpu-sendok gak sekalian di abisin, Do?.". Edo mendengus.

Erfan ini, sudah biasa menyindir Edo seperti ini. Edo juga sudah biasa mendapati sindiran seperti itu. Jadi tidak perlu di ambil hati.

"Biarin. Daripada mubadzir.".
Erfan tergelak mendengar kalimat itu. Telinganya sudah kebal dengan kalimat yang satu itu.

"Ehh Fern, jam tiga nge-gym yuk! Udah lama kali kita gak nge-gym, iya gak Do?!".

Edo berdehem,mengiyakan.

Fernando meletakan garpu dan sendoknya, lalu mendorong mangkuk bakso kedepan. Matanya melihat mangkuk yang hanya tersisa daun seledri dan sedikit mie juga kuahnya disana. Kemudian tangannya terulur mengambil gelas berisi es jeruk yang masih tinggal setengah, mengaduknya pelan dengan sedotan yang tersedia.
Dahinya berkerut menunjukan bahwa dia sedang berpikir. Mengingat ingat jikalau ada janji atau tidak.

Kepalanya mengangguk singkat.

"Ok"

Senyum Erfan muncul seketika. Mereka ini memang sudah jarang pergi bertiga, sekedar nge-gym, nongkrong di warung dan sebagainya.

"Gitu dong.." Erfan mengarahkan pandangannya kedepan, berharap ada cewek cantik didepannya. Erfan ini paling suka iseng kalo udah ada cewek cantik lewat didepannya. Sesekali menyesap es jeruknya. Pandangan mata Erfan terhenti pada pintu kantin. Menyipitkan mata saat melihat sinar blitz itu mengarah pada tempat duduknya. Erfan berdiri, tangannya terulur menunjuk ke arah pintu.

"Wooiii..."

Sontak semua orang yang ada di sekitar kantin menutup telinga mereka masing-masing saat Erfan berteriak dengan sangat kencangnya.

Flashback off
-----------------**-------------**---------------

Arinda menyimpan cepat handphonenya dalam saku bajunya. Tubuhnya berbalik siap berlari saat mendengar Erfan berteriakan dengan kencangnya serta menunjuk kearah Arinda.
"Anjir, kenapa mesti liat sih" gerutunya disamping dirinya sedang berlari.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 06, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Fernando Dan ArindaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang