One day.

14 0 0
                                    

Sinar matahari menyelinap melewati jendela kamar seorang gadis berumur 15thn. Gadis itu terbangun dari tidurnya karena suara bising yang berasal dari alarm nya. Ia pun mematikan alarm itu dengan cepat.

"Hoaammm"
Gadis itu menguap dan merentangkan tangannya. Merengangkan otot ototnya. Tak lama, ia berteriak "MORNING MONDAY!"

Semua orang pasti membenci hari senin. Tetapi gadis ini berbeda. Ia sangat menyukai hari senin. Entah kenapa alasannya.

Ia langsung memasuki kamar mandinya. Dan menjalankan ritual pagi nya.

Tak lama, ia sudah rapih dengan seragam SMA nya. Ia keluar dari kamarnya dan berjalan menuju ruang makan.

'Ayah sama ibu pasti udah nunggu' gumamnya seraya menuruni satu persatu anak tangga.

Benar saja tebakannya. Di meja makan sudah ada ibu dan ayah nya serta saudara kembarnya.

"Morning all!" Sapa gadis itu.

"Morning my honey" jawab ayahnya. Gadis itu pun menghampiri ayahnya dan mencium pipi ayahnya.

"Kayaknya aku telat lagi ya?" Tanya gadis itu.

"Emang biasanya juga telat" ucap saudara nya itu (Dhira) dengan nada sarkastik. Gadis itu hanya tersenyum tipis.

"Maaf" ucapnya seraya menundukan kepalanya.

"Dirtha.. sampe kapan kamu berdiri disitu? Ayo makan. Nanti kamu bisa telat" ucap ibunya. Ia pun menuruti perintah ibunya.

Seketika suasana pun hening. Hanya ada suara dentingan yang berasal dari sendok dan garpu.

"Dhira berangkat sama Dirtha ya" ucap ayahnya yang sedang mengelap mulutnya dengan tissue pertanda ia sudah selesai dengan sarapannya.

Dirtha menatap saudara kembarnya itu.

"Gamau" ucap Dhira tanpa mengalihkan pandangannya dari sarapannya yang belum habis.

Ada rasa sedikit kecewa pada diri Dirtha.

"Loh kenapa?" Kali ini ibunya yang angkat bicara.

"Dirtha berangkat sama pak Oman aja. Percuma kan dia digaji tapi ga ngapa-ngapain?" Ucap Dhira.

"Pak Oman, supir kita lagi pulang kampung. Anaknya sakit." Jelas ayahnya. Dhira mendengus kesal.

"Pokoknya Dhira ga mau, yah" tegasnya. Dan segera bangkit dari duduknya. Ia pun meninggalkan meja makan itu. Dirtha hanya menatap punggung kakaknya yang menjauh.

Ayahnya menatap Dirtha. "Yaudah Tata sama ayah aja ya?" Tanya ayahnya kepada putri bungsunya itu. Ya, Tata adalah nama panggilan Dirtha. Sedangkan Dhira, sering dipanggil Rara.

Dirtha tersenyum "Gausah yah. Aku bisa berangkat naik busway kok." Ucapnya lalu meneguk segelas susu yang berada di depannya.

"Yakin gapapa?" Tanya ayahnya sekali lagi. "Kamu bisa telat loh"

"Iya gapapa. Justru kalo ayah nganter aku dulu, ayah bisa telat. Udah ya Dirtha berangkat dulu." Ucapnya seraya berpamitan kepada kedua orang tuanya.

"Hati hati ya ta" ujar ibunya dengan senyuman.

"Iya bu. Assalamualaikum"

"Wa'alaikumssalam" balas ayah dan ibunya.

Dirtha pun jalan menuju gerbang komplek. Karena ia tidak mau telat, ia mempercepat langkahnya. Hanya butuh waktu 10 menit untuk sampai di halte.

Tak lama, ia sudah menaiki busway. Dirtha menatap jam tangannya.

'Masih ada waktu 20 menit lagi' gumamnya. Ia menatap ke jendela bus. Untunglah dia bisa naik busway, karena jalur kendaraan pribadi sangat macet.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 03, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My FaultTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang