Prolog - Love You Like A Love Song

199 0 1
                                    

__IT'S BEEN SAID AND DONE. EVERY BEAUTIFUL THOUGHT'S BEEN ALREADY SUNG. AND I GUESS RIGHT NOW HERE'S ANOTHER ONE --- Selena Gomez

Seperti yang kita tahu, telah banyak cerita cinta yang dibukukan menjadi novel dan dibaca oleh orang-orang. Walau begitu, banyak orang sepertinya juga tidak bosan menceritakan kisah cinta mereka.

Sama halnya aku Erin Subrata, mahasiswi tingkat akhir di salah satu Universitas swasta lumayan ternama. Kata orang, wajahku tergolong lumayan, hanya saja tubuhku kurang tinggi cuma 156 cm. Ciri khasku adalah rambut panjang lurus kira-kira sepunggung dengan poni rata, sering kali kuikat model ekor kuda.

Dibesarkan oleh ayah yang merupakan single parent sejak ibuku meninggal 15 tahun lalu - membuat semua tingkah lakuku yang asli adalah copy paste darinya alias kelaki-lakian. Walau begitu pesona wanita juga melekat erat pada diriku sehingga kebanyakan orang yang hanya melihat sepintas dari penampilan luar - mengiraku adalah gadis feminim yang anggun.

Pedoman hidupku adalah ayah dan aku sangat menyayanginya - no 1 dalam hidupku selain Tuhan tentunya. Dari semua ucapan ayahku, yang paling kuiingat adalah quote-nya Lao Tzu yakni The journey of a thousand miles begins with a single step - and loving someone deeply give you courage. Walau begitu tak pernah disangka ternyata dalam hidupku ini, aku juga memiliki keberanian untuk memulai satu langkah pertamaku dalam cinta.

Kali ini aku Erin, memutuskan seperti penulis cerita romantis lainnya - aku akan menulis perjalanan cintaku sendiri. Untuk itu aku akan mempersembahkan kisahku dan Dody. Tapi sebelum menorehkan tinta apapun, rasanya aku perlu memastikan terlebih dulu status hubunganku dengan 'dia'.

Saking senangnya jika membahas perihal Dody, aku benar-benar melupakan bahwa kami saat ini masih teman. Aku sendiri yang bertepuk sebelah tangan dengan Dody - adalah cowok baik, pintar, menyenangkan, mukanya perpaduan manis, tampan dan keren. Rasanya tidak ada kekurangan kalo saja dia tidak sedikit aneh - yang bagiku masih masuk kategori dapat ditoleransi. Dody merupakan orang no 2 yang paling aku sayang selain ayah di dunia ini.

Jika ada yang bertanya apa perasaan 'ini' melelahkan, aku pasti akan mengiyakan cepat. Entah sejak kapan muncul ketertarikan lebih terhadap Dody - adik kelasku yang lebih muda satu tahun dariku, dan ketika aku sadar aku sudah sangat menyukainya. Bagiku dia adalah seorang sahabat curhat, teman berbagi, adik, sekaligus kakak. Boleh dibilang dia telah menjadi separuh nafasku, dan saat ini aku sudah tidak mampu menipu diri lagi - aku benar-benar berharap cintaku ini akan berbalas.

Pertemuan kami yang pertama dimulai saat SMP, ketika aku menjadi seniornya di eskul bahasa mandarin dan sejak itulah kami membentuk trio - aku, Dody dan Rina. Semua hal berjalan menyenangkan, bertiga untuk selamanya - begitu pikirku. Hanya saja 3 tahun yang lalu sejak ia mulai pacaran perlahan Rina mulai menjauh, menyisahkan aku dan Dody menjadi lebih akrab. Mengingat banyak waktu yang kami habiskan berdua, akhirnya baru dua tahun belakangan ini aku tersadar akan getaran-getaran aneh yang bermunculan setiap kali bersamanya.

Seperti kebanyakan orang yang jatuh cinta, aku menjadi lebih perhatian jika ada pembicaraan menyangkut dirinya. Semakin dekat dengan seseorang ternyata membuatmu tidak sadar akan semua kelebihannya - Dodi tidak hanya pintar dalam pelajaran, nilai olahraganya juga tergolong baik, dia juga merupakan sosok yang supel dalam bergaul. Paling tidak itu pendapat semua teman kampus kami.

Sementara sosokku yang pendek, tidak begitu pintar, dan suka menindas membuatku benar-benar merasa tidak pantas dengannya. Aku rasa, mencintai tidak harus memiliki, cukup berkhayal saja. Pertama-tama dengan mencuri lihat, lantas me-rewindnya balik untuk dimimpikan lagi malamnya.

Bukan 'Wet Dream' loh tapi aku lebih suka menyebutnya dengan istilah 'Ladies Night' - malam dimana aku bisa bermimpi tentang Dody sepuasnya dan tidak ada yang tau mengenai rahasia ini tentunya. Semua harusnya berjalan baik-baik saja.

Namun nasehat Rina dan segala omelannya membuatku menjadi lebih serakah. Waktu tidak mungkin menunggu, membuat banyak hal yang tidak diinginkan akan segera terjadi. Kenyataan menarikku kembali - dua semester terakhir sebelum wisuda tentu bukan saatnya lagi membuang-buang waktu berharga ini. Diburu deadline, bagiku 'It is now or never'.

Jika aku tidak mengatakannya sekarang - pastinya aku akan menyesalinya. Setelah graduation maka timing dan tempat kami akan susah untuk dipersatukan kembali. Jarak satu tahun umur ini memaksaku untuk mengambil keputusan bahwa ini saatnya mengakhiri TTM kami.

Aku single begitupun dia jadi kenapa kami tidak memulai untuk berpacaran. Tetapi tidak ada tanda-tanda dari Dody, sehingga Rina menyarankan aku untuk menembak terlebih dahulu. Katanya, jelas-jelas aku menginginkan status yang lebih secure jadi buang rasa canggungmu dan ungkapkan dengan baik pada Dody. Sisanya serahkan pada Tuhan.

New Love StoryWhere stories live. Discover now