si gadis impian

51K 1.9K 53
                                    

Si Gadis impian

Saya bukan gay!

Saya pria normal!

Saya pria yang masih normal!

Masih suka memimpikan seorang wanita!

Kata itu terus berputar dikepala Narend bagai mantra yang tidak mau pergi sejak ia menutup mata sampai kini saat ia tengah duduk berdampingan dengan seorang wanita cantik dan seksi yang ia temui di club semalam. Wanita itu mengenakan pakaian yang err... seksi dengan panjang hampir 10 cm diatas lutut dan kerah baju yang amat rendah hingga memperlihatkan belahan dadanya.

"Brengsek..!!Kenapa dengan saya. Apa mata saya tidak melihat itu, heh?! Dia mengumbar tubuhnya." Teriak Narend dalam hati. Ia tadinya berharap langsung melotot dan meneteskan air liurnya tepat didepan pemandangan itu tapi..tak ada reaksi sama sekali dari tubuhnnya.

Apa sekarang aku harus mengaku kalau saya mulai berubah haluan?

Tidak saya ini normal! Ini seperti kata Oma kemarin kalau belum menemukan " the right one" saja. Tenang Narend, tarik nafas panjang dan hembuskan dan lihat sekali lagi pada pemandangan indah didepanmu.

Narend menatap pemandangan itu lebih lama. Mungkin untuk orang yang normal, apa yang dilakukan Narend termasuk kategori kurang ajar tapi sepertinya wanita itu tak keberatan malah sekarang ia menyandarkan tubuhnya dengan mesra pada tubuh Narend, bergelayut manja.

Nihil.

Narend sama sekali tak merasakan apapun. Ia kini malah merasa jiijik pada wanita yang duduk disampingnya ini. Wanita yang entah siapa namanya.

Narend langsung menepis tangan wanita yang kini mulai menggerayangi tubuhnya dan meninggalkannya begitu saja.

*

Andira butuh sesuatu yang baru!

Dan dia harus berbelanja.

Dengan penuh semangat gadis itu mengecek saldo di rekening pribadinya dan tersenyum saat saldonya dirasa lebih. Dengan moda transportasi online gadis itu berangkat seorang diri ke Mall terbesar yang ada di kotanya itu lalu memasuki gerai pakaian ternama.

Memilah beberapa gaun dan baju- baju koleksi terbaru.

Setelah hampir tiga jam, ada sekitar 2 paper bag penuh yang berhasil dia dapatkan.

" Saatnya ke Salon!" ucapnya semangat. Memang kalau ingin mendapatkan sesuatu yang lebih kita harus rela merogoh kocek lebih dalam. Dan Andira tidak keberatan kalau uangnya nantinya habis kalau pada akhirnya Enrico jatuh ke pelukannya.

Anggap saja Andira sekarang sedang berinvestasi.

Segala macam perawatan tubuh dia jalani sampai tidak terasa hari hampir petang. Tapi tak apalah yang penting sekarang dia lebih terlihat fresh dan wangi.

Bersenandung kecil, kakinya dengan ringan melangkah keluar area salon dengan menenteng semua belanjaannya.

Bruk!

" Aduh!" pekik kaget gadis itu saat disenggol seseorang dari belakang hingga paperbagnya jatuh. Dengan cemberut gadis itu memunguti isinya yang berantakan dilantai.

" Maafkan saya!" pria itu mengamati sang gadis.

" Tidak masalah!" jawab Andira sekenannya tanpa menoleh.

" Narendra. Come on!"

" Just a moment!"

" Oh My!" pekik tertahan wanita yang ada bersamanya kemudian menarik Narend dengan paksa.

" Shit!" pekik Narend tertahan karena ditarik paksa oleh wanita yang mirip ondel- ondel Kemang ini. Ingatkan dia untuk memotong gaji Bayu karena mengenalkan wanita ini padanya!

Sedangkan Andira sendiri, memunguti pakaiannya dengan tangan bergetar. Suara pria tadi, kenapa sungguh berbeda.

Segera ia enyahkan pikirannya itu. Ingat fokusnya sekarang itu Enrico. Titik!

*

" Mas!" manja suara itu dengan menyerukkan wajahnya pada dada bidang Narend yang shirtless.

" Apa, Sayang? Mau lagi?" alis tebal itu naik turun menggoda. Seringai kepuasan tergambar jelas diwajah Narendra yang hampir tiga puluh menit yang lalu mendesah berdua dengan wanita dihadapannya ini.

" Apa coba!" pekiknya dengan menghadiahi pria disampingnya dengan cubitan pedas.

" Sakit!" manja Narend dengan menangkap tangan halus itu dan mencium telapak tangannya.

" Mas, mau punya anak berapa?"

" Kalau bisa sih yang banyak. Supaya rumah ramai. Kenapa? Jangan bilang kalau kamu.."

" Aku hamil."

" Disini ada baby kita?" Narend langsung menegakkan tubuhnya dan memandang perut datar sang wanita yang terpampang jelas dimatanya.

" Iya, dua bulan! Suprise,kan?!"

" Iya." Senyum lebar terpatri dari bibir menawan itu.

" Terima kasih telah bersedia mengandung buah hatiku." Ucapnya engan mengecup dahi sang wanita.

" Buah hati kita." Ralat sang wanita dengan seulas senyum yang bagi Narend adalah anugerah terindah yang pernah dia dapatkan.

" Apa tidak masalah dengan si kecil, soal yang kita lakukan tadi?" raut cemas terpatri jelas di wajah tampan itu.

" Dia kuat. Seperti Ayahnya!" bisik sang wanita dengan membisik mesra ditelinga Narend.

" Jadi sekali lagi boleh?" godanya. Anggukan kecil itu membuat seringai buas Narend muncul di permukaan. Tangannya yang nakal mulai menyusuri lekukan tubuh sang istri hingga desahan halus mulai menggema kembali.

" Baby, kamu tahu bagian tubuh mana yang paling membuatku candu?"

" Apa?" desahnya.

" Ini. Seperti buah apel saat pertama kali aku melihatnya. Tapi ternyata melon." Kekehnya mesum.

" Dasar mesum!"

Shit!

Mimpi apa dia tadi. Berkat mimpi itu juga Narend tidak bisa tidur!

Pikirannya hanya tertuju pada gadis yang dia tabrak di Mall tadi. Dan sialnya tubuhnya bereaksi dengan lancang hanya dengan melihat siluet buah apel yang tak sengata tertangkap matanya saat gadis itu membungkuk.

Buah apel katanya? Bukannya dimimpimu tadi kamu bilang buah melon?!

Bahkan gilanya lagi! Wajahnya saja Narend tidak tahu seperti apa!

" Ya ampun!" pekiknya.

Dia butuh mandi air dingin!

Dan secepatnya Bayu harus mendapatkan informasi wanita itu sebelum dia benar- benar jadi gila sendiri!

Finding love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang