That Summer [그 해 여름]

501 49 9
                                    


In between the cracks of sunlight

In between the flowing white clouds

In between the blowing wind, you shine

Jiyeon tertawa lebar ketika tubuhnya melayang ke udara dalam ayunan. Gadis itu merasa segalanya terasa lebih ringan, bahkan ia sama sekali melupakan beban dalam hatinya yang tidak seharusnya ia tanggung. Sesekali gadis itu menoleh kebelakang ayunannya, menatap laki-laki tinggi yang juga tersenyum lebar padanya sedang mendorong ayunannya kuat-kuat. Diam-diam gadis itu bersyukur, laki-laki yang dua tahun lebih tua darinya itu masih setia menemaninya. Dalam senyumnya gadis itu mengagumi betapa bersinarnya laki-laki yang sedang bersamanya kini. Bahkan tak banyak waktu yang bisa ia habiskan dengan laki-laki itu seperti hari ini, entah apa yang membuat laki-laki itu menepati janjinya. Baginya laki-laki tinggi itu seperti sinar matahari, awan-awan putih yang mengambang dan angin yang menerbangkan anak rambutnya di musim panas. Bagi Jiyeon, Lee Sungyeol adalah musim panasnya.

"Ya! Ya! Lee Sungyeol berhenti!" gadis itu mulai ketakutan ketika dorongan kuat Sungyeol membuatnya melambung lebih tinggi.

Bukannya menuruti, laki-laki dengan nama Lee Sungyeol itu justru mendorongnya lebih kuat. Park Jiyeon menutup matanya rapat-rapat saking takutnya. Jemari gadis itu mencengkeram erat pegangan ayunan tanpa ampun.

"Eommaaaaaaaa," gadis itu tak tahan lagi, tiap kali rasa takutnya muncul nama itu selalu muncul dalam teriakannya.

Sungyeol membeku. Jika nama itu disebut, Sungyeol adalah orang yang paling merasa bersalah atas kesedihan Jiyeon. Dengan gerakan cepat laki-laki itu menangkap ayunan Jiyeon, membuatnya jatuh terhuyung ketika ayunan itu menghantam dadanya. Lee Sungyeol memegangi dadanya kemudian jatuh menelungkup. Park Jiyeon dengan wajah pucatnya langsung melompat turun dari ayunan dan mendekati Sungyeol yang sama sekali tak bergerak.

Riding down the time, even tomorrow

Thickly spreading, every single day

Filled with longing, again to me

"Sungyeol oppa, Sungyeol oppa, kau tidak apa-apa?" dengan tangan bergetar dan wajah pucat gadis itu berusaha membangunkan Sungyeol dan membalikkan tubuh laki-laki itu. Bukannya berhasil, tubuh gadis itu justru terjatuh tepat diatas tubuh Sungyeol, rupanya tangan laki-laki itu lebih cepat menarik tubuh ramping si gadis. Dengan senyum yang terpampang di wajahnya, Sungyeol memeluk gadis itu ditempatnya terjatuh tadi.

"Ya! Byuntae!" Jiyeon berusaha menarik tubuhnya, tapi tenaganya kalah kuat dengan Sungyeol. Dalam posisi yang sama akhirnya Jiyeon mengalah. Tak ada gunanya melawan laki-laki itu, sebab jelas ia akan kalah.

"Kau tidak merindukanku?" tanyanya dengan mata terpejam dan senyum gum-nya yang mengembang.

Jiyeon meleleh, gadis itu paling suka melihat Lee Sungyeol tersenyum, apalagi dengan gusi yang terlihat seperti ini, membuat gadis itu akan gila saking senangnya.

"Aku merindukanmu, kemarin, hari ini, besok, dan seterusnya." Gadis itu berujar malu-malu.

Sungyeol membuka matanya, tak ingin melewatkan rona merah di pipi gadisnya.

"Tapi, oppa. Bisakah kita tidak berposisi seperti ini? Akan sangat aneh jika ada orang yang melihat kita."

Sungyeol setuju, laki-laki itu melepaskan pelukannya dan memapah Jiyeon bangkit dari posisinya. Mereka berdua akhirnya duduk di ayunan.

"Aku merindukanmu, Jiyeon-ah."

Dengan senyum tipis yang mengembang di wajahnya Jiyeon menatap Sungyeol yang juga menatapnya sambil tersenyum.

That SummerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang