"Hye Ra, kemari sebentar"
Gadis yang berambut hitam panjang dan memakai celemek putih itupun kemudian berlari kecil menghampiri laki-laki yang bertubuh jangkung yang baru saja memanggilnya.
"Apa kau mengenal gadis itu?", tanya Myung Ho - begitulah namanya - sambil menunjuk ke arah gadis yang tengah duduk di sudut kafe sambil menatap luar jendela.
"Oh, dia nona Jung. Aku tidak mengenalnya, tapi aku tau. Sudah dua hari ini dia datang tapi tidak memesan apapun", jawab Hye Ra sambil ikut memandang.
"Kenapa kau tidak mengusirnya?"
"Kau ini, dia adalah pelanggan tetap kita. Mana mungkin aku mengusirnya, lagipula kita tidak berhak mengusirnya. Bos juga bilang seperti itu, asal tidak membuat keributan saja".
Myung Ho hanya mengangguk beberapa kali mendengar penjelasan sahabatnya. Tangannya kini mulai bekerja lagi, menghilangkan pandangan dari nona Jung yang membuatnya sedikit menaruh perasaan berbeda pada gadis berambut blonde itu.
"Bagaimana hubunganmu dengan Hwa Mi?", tanya Hye Ra sambil mengelap beberapa gelas kristal mewah didepannya.
"Kami memilih untuk mengakhiri semuanya. Kami sudah tidak mempunyai satu prinsip dan tujuan. Dia ingin segera menikah, sedangkan aku masih ingin menuntaskan sekolah", ucapnya dengan tetap bekerja.
Hye Ra terdiam sesaat, berpikir apakah dia telah melukai perasaan sahabatnya yang telah begitu banyak menaruh perhatian padanya. Bukan tanpa alasan, ia pernah berjanji akan memberikan sepatu couple apabila hubungan mereka dapat bertahan selama 10 bulan.
"Sudah tidak usah dipikirkan. Aku tau kau mempunyai niat baik dan kau begitu perhatian. Tapi memang kami tidak bisa bersama lagi meskipun kami berusaha mempertahankannya"
Myung Ho mendekat pada Hye Ra dan memeluk tubuh mungilnya masuk ke dalam pelukannya. Tangannya mengusap lembut puncak kepala Hye Ra, sedangkan yang menerima hanya diam saja dengan butiran butiran air mata keluar dari mata lentiknya dan jatuh tanpa mengeluarkan suara.*******
"Hyung, apa kau melihat ikat pinggangku?"
"Semalam aku sudah menyuruhmu menyimpannya kan?"
"Iya aku lupa..."
Pemuda berambut cokelat itu bernama Jungkook, Jeon Jungkook lengkapnya. Dia adalah maknae dari sekelompok geng terkenal di Seoul Art School. Wajahnya sangat imut, sehingga para hyungnya memanggilnya "Bunny".
"Kook, sarapan", teriak Seok Jin, member tertua geng memangginya dari bawah.
"Iya hyung sebentar. Aduh Tuhan, dimana ikat pinggang kesayanganku...", kesahnya sambil membongkar isi lemarinya hingga berserakan kembali
"Sarapan dulu, Kook. Kau pasti menemukannya nanti", kata J-Hope, salah satu hyungnya yang sudah berdiri di pintu kamarnya.
"Aku tidak bisa pergi sekolah tanpa itu, hyung".
"Turun dan makan, aku punya ikat pinggang lagi di kamar", katanya dengan sedikit tekanan.
Jungkook tertunduk lesu mendengar hyungnya. Ia pergi ke bawah dengan raut wajah yang sangat kusut.
"Ada apa?", tanya Jimin saat ia sudah sampai dibawah.
"Aduh golden maknae kita tampaknya mengeluarkan tanduk dari kepalanya bung", celoteh Namjoon, sang leader.
"Jangan meledekku"
Seok Jin hanya tersenyum sambil menggeleng pelan melihat tingkah laku adik kesayangannya itu. Ia sudah sangat paham dengan perilaku para member yang sering membuatnya harus sedikit bersabar untuk menghadapinya. Mereka sudah berkomitmen untuk tinggal dalam satu dorm yang diisi oleh 7 member. Tau kan bagaimana susahnya mengatur mereka? Tapi itulah kenyataan yang harus ia hadapi sebagai member tertua di grupnya.
"Ayo pergi, kita akan ketinggalan bis nanti", kata Seok Jin sambil menumpuk piring kotor dan membawanya ke dapur. Semua member sudah berdiri dari tempat duduk masing masing, kecuali Jungkook.
"Hyung...", ucapnya
"Ya, Kook?", jawab Suga sambil membenarkan dasinya.
"Ikat pinggangku...".
Jungkook hampir menangis. Wajahnya sudah memerah dan matanya berkaca kaca.
"Kook, kau itu laki-laki. Kau tidak akan menangis hanya karena kau kehilangan ikat pinggang kan?"
"Tapi kan itu pemberian ibuku...", jawabnya tak mau kalah.
"Ini...", sebuah tangan lentik menyodorkan ikat pinggang kepada Jungkook dengan aksen klasik di depannya.
Jungkook mendongak, melihat Seok Jin ada dibelakangnya sambil tersenyum.
"Berdiri dan cepat pakai. Kita harus pergi sekarang...", katanya.
"Hyung? Bagaimana kau..."
"Kau meninggalkannya di kamar mandi. Makanya, jangan terlalu sering main game", omel Namjoon saat itu.
"Kook, cepat"
"Eh? I-iya iya. Terima kasih hyung. Dabest lah pokoknya..."*******
TBC...
KAMU SEDANG MEMBACA
마지막 고백 ( LAST CONFESSION )
FanfictionCerita ini hanyalah fiksi belaka. Apabila ada yang aneh dalam diri Anda setelah membaca fiksi ini, datanglah ke dokter dekat pengkolan BigHit^^