Kriiing...
Sesosok laki-laki berkemeja putih dengan sweater hitam tanpa lengan dan bertubuh jangkung, berjalan masuk ke sebuah toko kerajinan antik di tengah kota. Mata elangnya mencari cari sesuatu yang mungkin bisa menarik perhatiannya, tetapi bukan lukisan Mona Lisa. Jari tangan lentiknya mengelus sebuah keramik gajah kecil yang berada tepat di ujung etalase toko. Ditariknya sebuah garis senyuman kecil dari sudut bibirnya yang tipis sehingga lesung pipinya nampak jelas terlihat.
"Apa kau tengah mencari sesuatu?", tanya seorang pelayan wanita tua dari balik punggungnya.
"Ah ne, aku mencari sesuatu yang spesial di sini. Apakah kau memilikinya?".
"Sesuatu yang spesial? Seperti apa?"
"Sesuatu yang tidak dimiliki orang lain, dan aku berharap orang yang menerimanya akan selalu mengingatnya", jawabnya dengan kembali mengelilingi sekitar etalase.
"Sesuatu yang spesial? Aku tidak yakin aku memilikinya, tapi beberapa waktu yang lalu aku membuat sebuah cincin perunggu. Itu hanyalah..."
"Boleh aku melihatnya"?
"Ne?"
"Mungkin saja aku tertarik dengan itu, bisakah kau mengambilkannya untukku?", pintanya deng sopan.
"B-baiklah, akan aku ambilkan".
Pelayan itu pergi ke belakang toko untuk mengambil cincin yang ia buat kemarin, dan pemuda itu dengan asyiknya mulai menyentuh semua hasil kerajinan dan senyumannya selalu terpasang disana. Ia mendongak ke atas, dan mendapati sebuah lukisan anak kecil terpasang di sebuah pigura emas dengan manik manik kecil di sekitarnya. Anak kecil itu tersenyum lepas sembari memegang sebuah bucket bunga mawar ungu di depan dadanya.
"Jung Hye Ri namanya..."
"Ne?"
"Dia adalah anak yang sangat manis dan baik. Suamiku melukisnya saat umurnya 7 tahun. Saat itu seharusnya rambutnya sudah panjang, tapi ia merengek agar aku memotongnya. Setelah ku pikir pikir, dia lebih cantik dengan rambut pendek"
"Dia...putrimu?"
Wanita itu mengangguk, dan menyerahkan kotak cincin merah maroon dengan sebuah cincin perunggu yang mengkilap berada di dalamnya. Matanya memandang Jinyoung - nama pemuda itu - dengan tatapan penuh harapan.
"Ini tidak seperti yang kau harapkan, tapi setidaknya ini adalah sesuatu yang kau cari. Orang yang menerimanya, juga ku harap menyukainya".
Jinyoung tidak membukanya karena ia sudah bisa membayangkan betapa bagusnya cincin yang ia terima dari seorang wanita tua yang juga seorang ibu.
"Izinkan aku untuk datang beberapa hari ke depan. Aku sangat menyukai tempat ini, dan Ahjumma sudah memberiku sebuah hadiah di luar ekspektasi dan harapanku. Hmm...berapa yang harus ku bayar", tanyanya sembari menyimpan kotak cincin di saku celana sebelah kirinya.
"Kedatanganmu kesini sudah cukup untukku. Kau juga memperhatikan anakku dengan baik. Aku akan menerimamu dengan baik kapan saja kalau kau datang ke sini", ucapnya dengan penuh kebahagiaan.
Jinyoung tersenyum, dan menatap lukisan Hye Ri kembali dan berharap ia bisa bertemu dengannya kelak
*************
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
마지막 고백 ( LAST CONFESSION )
FanfictionCerita ini hanyalah fiksi belaka. Apabila ada yang aneh dalam diri Anda setelah membaca fiksi ini, datanglah ke dokter dekat pengkolan BigHit^^