Prolog

78 7 5
                                    

Semua berjalan baik-baik saja, tanpa ada sebuah hambatan berarti. Kita bersama. Mengambil foto dengan wajah terkonyol. Mencomot makanan satu sama lain. Tertawa terbahak-bahak hingga sesak. Mengucap kata kasar yang malah hanya seperti lelucon tak masuk akal.

Ingatanku terdampar pada satu masa ketika diluar sana hujan deras. Disebuah kamar kecil yang berantakan, tak tahu mana baju bersih dan baju kotor. Aku duduk dilantai dingin, dengan kakiku yang berada diatas kasur lusuh. Kira-kira sekitar 7 sentimeter tingginya dari lantai. Cukup rendah bukan?

"Heh jelek! Singkirkan kakimu sialan" tanganmu meraih pergelangan kakiku lalu menghempaskannya kesembarang arah sambil merebahkan tubuhmu dikasurmu yang kecil.

Aku berjengit. Apa yang tadi kau katakan? "Hei apa tadi kau katakan? Aku jelek? Apa kau memiliki masalah dengan mata juling mu itu?"

Kau mendengus "Sudahlah" katamu seraya mengibas udara di depan wajahmu dengan tangan kanan. "Selain jelek kau juga sangat bodoh. Bagaimana kau berfikir mataku juling? Kau sendiri yang berkata kau sangat suka dengan mataku beberapa bulan yang lalu" senyum menyebalkan itu terbit, aku hanya dapat memutar mata malas dan mendengus.

"Apa kau bercanda? Jangan bermimpi. Sudahlah, aku lapar. Ingin makan dan menyingkirlah dari hadapanku. Kau seperti sampah. Sungguh sangat menganggu" kakiku terjulur menyepak pipi tirusmu. Dan kau tertawa, tidak merasa tersinggung sama sekali.

Dan entah apa yang lucu, tawa mu menular padaku. Kita tertawa hingga kehabisan nafas dan sakit perut, kau tak henti-hentinya menyebut binatang dan berkata "Hentikan ini, aku tak sanggup untuk melanjutkan tawaku, tapi aku tak bisa berhenti, hentikan!" Ucapmu disela-sela tawa deraimu.

Hingga akhirnya kita tertidur dengan posisi yang masih sama. Nasi bungkus ku pun tak tersentuh, hanya kantongnya saja yang sempat ku sentuh. Itu karena kau sialan, bagaimana bisa aku makan jika kita terus tertawa dengan hal yang kita sendiri tidak tahu?

Ah sudahlah. Secuil kenangan itu hanya membuat goresan luka semakin terasa. Tapi apa kau tau, aku benar-benar merindukan kita. Jadi izinkan aku tuk mengupas sedikit tentang kita.

▶▶▶▶

The first story . Please to give the comments and vote. To support the spirit of the continuation of this story . Thank you

Shawn's Wife

My FeelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang