Pendekar Gila (Tamat)

7.9K 75 5
                                    

Hang-ciu sebuah kota yang terletak di tepi utara hilir sungai Cian-tong, di sebelah selatannya bersandar gunung Bu Di sebelah barat menghadap See-ouw. 

Gunung dan airnya sudah tersohor di seluruh Tionggoan dengan pemandangan yang indah, obyek-obyek wisata dan peninggalan sejarah. 

10 pemandangan terindah di See-ouw sudah ternama di seluruh dunia.

Malah "pagoda Lui-hong" dalam cerita legenda "Ular Putih" yang oleh hwesio Fat-hai dipakai untuk menggencet siluman ular itu juga berada di luar pintu Ceng-po di Hang-ciu ini.
Dari "pagoda Lui-hong" ke barat daya ada bukit Lam-kau. Vihara Ho-pok, gua Yan-sia.

9 sungai dengan 18 belokan merupakan obyek yang indah-indah.

Ke utara ada bukit Hui-lai, bukit Pak-kau, Hong-liu juga ada vihara Leng-im yang tersohor dalam sejarah dipakai oleh biksu Ci-tian untuk memotong rambut menjadi penganut Budha.
Didalam See-ouw ada bendungan Su-kong. Di selatan dari gunung Lam-peng. Utara menyatu dengan kelenteng Gak-hui. Kedua sisi bendungan penuh dengan pohon Tho dan Liu, melintang tanpa putus-putus diantara asap dan air.

Di zaman Lam-ce, ada seorang wanita tuna susila yang bernama Su Siau-siau, yang kepandaiannya melebihi wanita umumnya. 

Keayuannya tiada bandingannya, pernah ada sajak yang berbunyi :"Su Siau-iau dari Hang-ciu, kata orang paling genit."

Ada lagi yang berkata :"Kalau mau bermesraan, carilah Su Siau-siau dari keluarga Su yang berada dalam kerindangan pohon Yang."

Dari kuburan Su Siau-siau ke barat, tidak jauh terdapat kuburan "Gak-hui", seorang panglima perang yang termashur. Di zaman dinasti Song. Yang di punggungnya di tato oleh ibunya dengan tulisan 'tulus membela negara'. Dia berhasil mengalahkan tentara Kim di kota kecamatan Cu-sian, terakhir dicelakai oleh penghianat keji Cin-kui.

Lembayung mulai menghilang. Kegelapan malam segera tiba, ini saatnya setiap rumah menyalakan lampu-lampu. Di jalan umum sebelah barat kota Hang-ciu, sedang berjalan seseorang yang berwajah kotor dan kusam.

Orang ini umurnya kira-kira 30-40 tahunan, dia mengenakan sebuah baju panjang yang penuh kotoran tanah Mungkin baju ini tadinya berwarna putih, dan sekarang sudah menjadi tidak putih lagi, kuning pun tidak kuning. Di bagian dadanya terdapat segumpalan warna hitam pekat
Segumpalan warna hitam pekat ini sepertinya bekas minyak atau kecap sejenisnya. Tetapi jika dilihat dengan teliti dari dekat. Ternyata itu merupakan segumpal bercak darah Mungkin karena sudah terlalu lama, dan bercampur tanah dan debu sehingga warnanya berubah menjadi hitam pekat. Orang ini berambut acak-acakan. Mengenakan sepasang sepatu dari kain butut yang sudah bolong, didepannya menjulur jari-jari kakinya dan dibelakang terlihat tumitnya.
Kedua matanya kaku dan memudar, kelopak matanya cekung, mukanya coreng moreng, pucat dan lesu sekali, begitu muram dan bimbang. Sambil berjalan dia tampak melamun entah sedang berpikir apa, juga tampak seperti sedang mengingat-ingat sesuatu...
Dari bentuk wajah orang yang dua matanya kaku dan memudar, besar kemungkinan orang ini adalah seorang yang idiot atau orang yang tertekan sehingga lupa ingatan, alias orang gila.
Entah orang ini termasuk yang disebutkan didepan atau yang dibelakang, tidak ada seorang pun yang bisa menjawab
Siapakah dia?... mengapa dia bisa terjerumus hingga menjadi begini rupa?...
Orang ini bukan orang yang sama sekali tidak dikenal, di daerah Kanglam, dia termasuk seorang tokoh yang tersohor, dia seorang pendekar besar yang ilmu silatnya amat tinggi lagi kaya raya. Orang di dunia persilatan memanggil dia Pui Se-cin atau si "Ilusi bayangan pedang"
Kalau dia adalah seorang tokoh terkenal, mengapa sekarang rupa dan keadaannya menjadi begitu?
Banyak orang di dunia persilatan yang tahu keadaannya. Tetapi mereka sebenarnya hanya tahu kulitnya saja.

Ini sebuah rumah makan besar bernama "Cap-ceng-lau" diambil dari nama 10 pemandangan See-ouw.

"Capceng-lau" di kota Hang-ciu termasuk rumah makan yang terbesar. Dekorasinya mewah, harga makanannya dan araknya pun mahal. Tentu saja tamu yang keluar masuk rumah makan ini selain saudagar, pejabat, pedagang lokal dan pendekar di dunia persilatan. Pedagang
kecil dan rakyat biasa sama sekali tidak mungkin mau menghamburkan uang banyak untuk masuk ke tempat ini.
Pui Se-cin si "Ilusi bayangan pedang" sedang berjalan di depan "Cap-ceng-lau" tiba-tiba dia berhenti, dengan sorot
mata yang bengong dia memandang ke dalam rumah makan itu, kemudian mengangkat kakinya berjalan masuk ke dalam rumah makan!
Dua orang pelayan yang sedang sibuk melayani tamu-tamu melihat Pui Se-cin masuk, mukanya segera terbayang sedikit kecemasan. Salah seorang pelayan dengan cepat mendekat ke meja kasir. Seorang lagi segera meminta maaf pada tamu yang sedang dilayani, secepatnya menghampiri Pui Se-cin, dengan muka dipaksa tersenyum dia membungkukkan tubuh dan berkata: "Tuan Pui, silahkan masuk."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 27, 2016 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Pendekar GilaWhere stories live. Discover now