T I G A

130K 9.4K 627
                                    

𝚂𝚎𝚕𝚊𝚖𝚊𝚝 𝚖𝚎𝚖𝚋𝚊𝚌𝚊...

𝚂𝚎𝚕𝚊𝚖𝚊𝚝 𝚖𝚎𝚖𝚋𝚊𝚌𝚊

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*

Hahh....

Embusan napas panjang terus ia keluarkan, berharap beban yang bersarang dalam pikirannya hilang dalam sekejap. Sudah hampir seharian tidak kembali ke apartemen, tapi malah menginap di rumah seseorang yang tidak dikenal. Kejadian seperti ini selalu terulang lagi, seakan sudah menjadi rutinitasnya. Mabuk, bersenang-senang semalaman dengan wanita-wanita seksi, kemudian berakhir di ranjang dengan keadaan telanjang. Otaknya mulai terisi dengan hal-hal yang berdatangan secara acak. Tentang keluarga, gaya hidup, pertemanan, bahkan seorang gadis asing yang terus mengusik. Iya, Taehyung mendadak jadi sering memikirkan Dongjin. Agak aneh memang. Wajah gadis pujaan hati Jimin itu jadi sering muncul membayanginya. Ia bingung, bagaimana bisa sahabatnya menyukai wanita seperti Dongjin? Ya... dia memang sedikit berbeda, maksudnya Dongjin itu masih sangat polos. Tidak seperti teman-teman di sekolah yang pernah "bermain" dengannya. Apa hanya karena itu Jimin jatuh hati? Entahlah. Taehyung pusing sendiri.

Dengan tubuh yang hanya berselimut, Taehyung bangkit perlahan dari rebahnya. Duduk, punggung disandarkan pada dashboard ranjang. Kedua tangan meremas rambut yang agak berantakan. Di sampingnya, ada seorang wanita yang masih terlelap. Bisa diduga, bahwa semalam mereka baru saja melakukan "sesuatu" yang dapat menghibur diri saat kesepian. Sementara ini, menghabiskan malam dengan wanita-wanita ini, adalah salah satu cara untuk mengisi kesunyian yang dipendam Choi Taehyung selama beberapa tahun terakhir. Namun dari semua wanita yang sempat bersamanya, tak seorang pun dianggap serius untuk dijadikan kekasih. Jangankan memikirkan pasangan, merasakan cinta saja tidak pernah. Bukan dia tak normal, hanya belum ada cinta lain yang tumbuh selain untuk orang yang melahirkannya. Tapi ibu yang dulu selalu ada untuknya, telah meninggalkan dia sejak berumur 12 tahun. Kanker otak ditambah komplikasi jantung yang membuat beliau tidak bisa menemani Taehyung lebih lama lagi. Sejak saat itu, Taehyung kurang diperhatikan, hingga memupuk keberandalan dalam pola berpikir pun gaya hidupnya.

Tapi jauh sebelum ibunya meninggal, sejak kecil ia sering mendapati ayahnya bersama wanita lain. Seakan tak peduli dengan keluarganya, pria egois itu selalu menyakiti sang ibu. Taehyung tidak bisa melakukan perlawanan apa pun, jadi hal yang bisa dilakukan hanya menangis, mengutuki perilaku sang ayah. Ia terlalu dalam membenci, hingga menganggap si bajingan itu sudah mati. Karenanya hanya ada dua orang yang berharga bagi Taehyung, ibu dan seorang sahabat yang sampai kini masih terus bersamanya dalam suka maupun duka. Dia adalah Jimin, satu-satunya orang yang tersisa—menurut Taehyung—hingga detik ini. Mereka sudah bertemu dan bersahabat sejak masih kecil.

Semenjak kekacauan selalu mengiringi pertumbuhannya, sifat Taehyung berubah sangat drastis. Sadar ia merasa tingkah lakunya menyerupai sosok pria yang dibenci dan tumbuh menjadi lelaki brengsek layaknya "orang itu", membuat Taehyung turut membenci dirinya sendiri. Tenggelam dalam gelapnya dunia malam untuk menghempas frustasi, pun rasa sepi yang tak pernah mau menjauh. Juga untuk menghukum diri—dengan merusak tubuhnya.

𝙻𝙾𝙾𝙺 𝙰𝚃 𝙼𝙴 (𝚂𝚄𝙳𝙰𝙷 𝙳𝙸𝙱𝚄𝙺𝚄𝙺𝙰𝙽)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang