Mungkin Sugito merupakan salah satu anak yang tidak seberuntung anak lainnya. Baginya indahnya dunia,cantik & tampannya pria dan wanita,pesona pelangi penuh warna. Semua itu terlihat sama saja. Hanya warna hitam kelam yang menyelimuti. Kamu pasti tau jawabannya,bukan?Yaa dia hanya seorang bocah dengan usia 10 tahun yang tidak bisa menikmati terangnya dunia dan bahkan wajah keluarganya saja tidak pernah di pandanginya. Sugito hanya seorang bocah penjual balon keliling buta yang mengandalkan kejujuran dari pembelinya. Memang seharusnya anak seusianya harus bersekolah, tapi apa daya? Dia tidak punya biaya untuk bersekolah.Sugito hanya tinggal bersama Ibu,adik dan neneknya digubuk yang hanya beralaskan tanah. Gubuk itu reot dan hampir rubuh jika diterpa angin. Saat ini ibunya,Kisem, bisa dibilang mengalami "DEPRESI" setelah ditinggalkan oleh ayah Sugito. Ayahnya pergi entah kemana tanpa sebab yang jelas. Nenek Sugito,Mbah Mariyem, hanya bekerja sebagai pencari kayu bakar bersama adik Sugito yang berusia 4 tahun. Memang penghasilan mereka tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sehari hari. Terkadang mereka hanya makan nasi aking dengan garam dan kecap untuk bertahan hidup. Patutku akui,mereka masih bisa bertahan hidup walaupun sengsara.
Ayam mulai berkokok itu pertanda pagi telah tiba,Di ambilnya sebuah tongkat kecil disamping tempat tidurnya dan tak lupa kacamata hitam.Tongkat itu adalah teman setia Sugito yang selalu menemani kemana pun dia pergi.Pagi itu, Sugito harus bergegas ke rumah pak Andy untuk mengambil balon yang akan dia jual. Pak Andy merupakan penjual balon keliling,dia menjajalkan balonnya dengan mengayuh sepeda ontelnya. Dia orang yang baik dan dermawan. Dia mau meberikan sebagian balonnya kepadanya untuk di jual.
"Mbah,sugito mau pergi ke rumah Pak Andy. Ibu dimana,mbah?" Teriak Sugito berjalan keluar kamar sambil mengetuk tongkatnya ke tanah.
"Tunggu sebentar le" Sahut Mbah Mariyem yang terdengar dari kamar Kisem.
Mbah Mariyem menggandeng Kisem ke depan rumah. Sugito ingin berpamitan dengan ibunya sambil berharap saat dia sedang berjualan,ibunya tidak kumat lagi. Biasanya ibunya akan mengamuk dengan membanting semua barang barang yang ada disekitarnya.
"Bu,Sugito pamit ya?Mau kerumah pak Andy. Jualan balon" Ucap Sugito sambil mencium tangan lembut ibunya.
"Hi.. hihi...hi" Kisem hanya tertawa sambil menggaruk garuk kepala.
"Ibu jangan ngamuk ngamuk lagi ya?kalo sugito lagi jualan" Ucap Sugito dengan penuh harapan
Sugito pun mencium pipi ibunya sambil berharap mendapatkan restu dari nya. Dia juga tidak lupa berpamitan dengan neneknya. Di ciumnya tangan Mbah Mariyem yang sudah keriput.
"Sugito,berangkat dulu yaa mbah,bu" Ucapnya sambil berjalan pelan keluar rumah
Jalan setapak,licin dan penuh bebatuan di lewati. Tanpa alas kaki,dia menyusuri jalan itu menuju rumah Pak Andy. Mungkin bagi orang yang tak terbiasa itu akan terasa sakit berjalan diatas bebatuan dan kerikil yang tajam. Tapi apa daya?Dia tidak punya uang sepersen pun untuk membeli alas kaki,untuk bisa makan saja Alhamdulillah kalo tidak makan yaaa terpaksa harus mengikat perut. Selama dalam perjalanan,Sugito mendengar suara anak anak kecil yang saling saut menyaut. Awalnya terdengar samar samar tapi semakin banyak langkah kakinya. Suara itu semakin jelas. Yaa suara suara negatif menggema ditelinganya.
"Awas ada orang buta yang punya ibu gila" Suara salah satu anak yang mengejek Sugito.
"Sugito Butaa.. Sugito Butaa.. " Teriak mereka serentak mengejeknya.
Sugito tak menghiraukan mereka.Dia tetap berjalan dengan langkah yang agak cepat. Dia tidak peduli kata mereka.
"Toh mereka tidak bisa biayai hidupku kenapa aku harus malu?mereka seakan tidak pernah merasakan jadinya orang "TERHINA" di desa ini. Aku harus sabar menghadapi itu semua" Benak Sugito berkata.
"Ya Allah,memang apa salah aku?kenapa mereka menghina ciptaan-Mu yaa Allah?Bukankah di hadapan-Mu semua manusia itu sama?" Hatinya berkata kata sambil di husap air matanya dengan kaos.
Saat perjalanan ke rumah Pak Andy. Tiba tiba ada seseorang yang menepuk punda Sugito. Hatinya bergetar,tangannya gemetar,Dia hanya diam berdiri. Memikirkan siapa orang itu?
"Siapa itu?" Gumamnya dalam hati
Dia takut kalo itu orang jahat yang akan menculiknya.
"Mau kemana le?" Terdengar suara berat lelaki.
Yaaa.. Sugito memang mengenal suara khas lelaki itu yang tiada bukan adalah Pak Andy.
"Ini pak,Aku mau ke rumah bapak. Mau ambil balon" Balas Sugito dengan senyuman kecil yang terpancar dari wajah mungilnya
"Oalah iyo toh.. Ayok sekalian bapak mau pulang. Sini tak bapak pegangin tongkatmu itu" Ucapnnya sambil mengambil tongkat dari tangan Sugito.
Pak Andy menggandeng tangan Sugito menelusuri jalan kecil menuju rumahnya. Sugito merasa senang bisa mengenal pak Andy,Pak Andy bagaikan utusan Tuhan yang siap membantunya.
"Mungkin saat ini aku tidak bisa membalas kebaikannya tapi aku yakin aku akan membalas jasa Pak Andy kelak." Pikiran itu selalu melintas di kepala Sugito
Setibanya dirumah Pak Andy. Dia disuruh masuk ke dalam rumahnya. Dia duduk atas karpet yang digelar Pak Andy.
"Duduk dulu le. Bapak mau ke dapur sebentar" Perintah Pak Andy kepada Sugito.
"Iya pak" Sugito pun duduk di atas karpet yang telah di gelarnya.
Sambil menunggu Pak Andy,dia berdzikir di dalam hati sambil berharap semoga dagangan nya akan laku. Tiba tiba suara langkah kaki terdengar menghampirinya dan juga terdengar suara benturan piring.
"Ayok le sarapan dulu. Kamu belum sarapan kan pasti" Kata Pak Andy
Dia menyuruh Sugito untuk sarapan terlebih dahulu. Hari ini,Sugito makan pake nasi,ikan dan tempe.Sejenak dia teringat keluarganya. Dia meminta secarik kertas kepada Pak Andy dan Pak Andy memberikannya. Di sisihkannya tempe dan ikan yang diberikan pak Andy untuk keluarga Sugito.
"Kok kamu makan nasi doang" Ucap Pak Andy
"Iya pak gapapa,ini tempe sama ikannya buat ibu,adik dan nenek ku" Balas Sugto sambil memasukan tempe dan ikan ke dalam kertas.
"Gausah,itu tempe dan ikan kamu makan saja ntar bapak berikan kamu lauh buat keluargamu" Ucap Pak Andy.
Kalimat itu membuat hati Sugito lega dan tentunya merasa senang.
Bersambung ...
YOU ARE READING
EYES
Non-Fiction50 % Based on True Story ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Kisah perjuangan seorang Bocah Buta yang penuh inspirasi dan penuh harapan. Dia hanya...