Dia mengemas barangnya dalam tas ransel. Hanya beberapa potong, persiapan menginap dua hari. Seperti rencananya dia akan berangkat besok dengan kereta paling pagi. Udaranya pasti segar.
Tapi semuanya tidak berakhir seperti itu. Tiba - tiba laki - laki yang mengaku pacarnya itu datang. Melihatnya berkemas lalu pulang. Malamnya dia mengirim pesan mereka akan berangkat bersama menggunakan mobilnya. Tentu ini diluar rencana. Laki - laki itu bersikeras menjadi supirnya dalam perjalanan besok. Katanya dia mendapat libur tahunan.
Jadi hari ini dia sudah duduk manis dalam perjalanan ke Busan. Dengan supir cinta disampinya tentu saja. Ah. Lumayan juga dia tidak perlu membayar tiket kereta ataupun pegal menyetir.
"Kita berhenti makan dulu. Aku belum sarapan."
Tidak masalah. Dia mendapat teman seperjalanan menyenangkan sekaligus hemat bahan bakar. Ia hanya perlu membeli jatah makanan dobel.
"Terakhir kali bertemu Nyonya Kim, tiga tahun lalu saat kalian belum pindah. Sekarang seperti apa ya?"
Kim memasang seat- belt nya, "Tentu saja bertambah tua, apalagi?"
Dafyn terkekeh, "Wajahnya lebih muda dari usianya."
"Ibuku memang cantik."
Lalu mereka bercanda seperti biasa. Dafyn mengatakan beberapa lelucon dan mereka tertawa bersama. Sampai akhirnya ponselnya berbunyi saat tengah memasuki jalan tol.
Kim melihatnya bicara serius, dia bahkan memelankan suaranya. Mungkin agar tidak terdengar, pikirnya.
Jadi ia memutuskan menyumpal telinga dengan earphone. Memberi privasi.Perjalanan mereka berakhir kurang dari tiga puluh menit lagi sebenarnya. Tapi Darent mengajaknya mengambil beberapa map yang ia butuhkan untuk tokonya. Rencananya ia akan membuka toko di Seoul. Jadi saat laki laki itu masuk ke dalam sebuah Caffe dia duduk saja di dalam mobil. Saat seorang gadis muda berdandan di kaca sebelahnya pun dia hanya memandangi dengan mulut terkatup menahan tawanya.
Ahh, dia bosan menunggu. Sudah dua puluh menit lebih dia duduk diam dimobil. Sekarang kakinya mulai bergerak - gerak asal menahan gjala alam. Kebelet pipis.
Sepuluh menit kemudian dia berjalan ke Caffe. Ini harus segera dituntaskan. Ia butuh toilet secepatnya.
- -Rumah neneknya masih sama. Sejuk hawanya segar dan memiliki aroma yang menenangkan. Ugh, ia jadi malas kembali ke Seoul. Disini lebih segar.
Mom dan Daddy akan tiba sore nanti. Nenek masak banyak sekali untuk mereka. Dan Kim yakin mereka akan menghabiskan semua santapan ini hingga untuk sarapan besok.
"Nenek aku jalan - jalan di kebun anggur ya?"
"Jangan sampai tersesat. Sebelum gelap kau harus sudah kembali."
Ahh nenek memang kesayanganku. Setelah mengganti kaos hitam dengan sweater turtle neck panjang Kim mengambil sandal dan berjalan jalan kesamping rumah. Ada banyak pohon - pohon disana. Tapi yang bisa diidentifikasinya hanya akasia. Pohon itu tinggi menjulang dan rantingnya pun sedikit mulai gugur.
Bulan februari memang masih dingin. Namun salju sudah tidak turun dan mulai mencair menyambut awal muaim gugur.Rumah nenek dari samping benar - benar bagus. Seandainya dia tidak sendiri dia pasti akan minta tolong difotokan. Lalu ia berjalan semakin kebelakang dang berjalan melewati pagar belakang. Banyak anggur - anggur muda. Namun tentu saja belum siap panen. Jadi dia hanya berjalan dan sesekali memotonya.
"Jadi kau meninggalkanku untuk melihat anggur."
Laki - laki itu bersandar di ujung pagar dengan dua tangan bersedekap di dada, tersenyum.
Kim hanya menoleh sekilas lalu melanjutkan jalan - jalannya tanpa menjawab sekalipun.
O-oh sepertinya gadis itu marah lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Season
RandomTentang hidupnya yang bertemu laki - laki luar biasa. Sayangnya dia bukan hanya miliknya saja. Nyaris semua wanita jatuh cinta padanya Karena dia tersenyum. Karena dia berjalan disisinya. Karena itu aku tahu aku memilikinya