Panggil Dia, Ai

2.5K 64 10
                                    

tiba-tiba kepikiran buat cerita tentang cewek berjilbab dengan kemasan berbeda. semoga suka yah :)

Aisyah Muslimah melewati koridor sekolah masih dengan santainya padahal jam menunjukkan pukul 07.00 WIB, dan jam masuk sekolah 06.30 WIB, namun gadis berkerudung ini masih saja tak perduli dengan suasana sekolah yang sepi karena penghuninya yang lagi ada di kelas masing-masing. Paling, hanya beberapa siswa yang melalang buana menghindari guru dikelas dengan izin ke toilet padahal larinya ke kantin.

          Ai—Begitu ia disapa—masuk kedalam ruang kelas XII IPA 1 yang ada di samping kiri tangga lantai dua, ia masuk ke dalam kelas tanpa memperdulikan tatapan teman-temannya yang mengarah padanya dengan heran. Ai mengacuhkan tatapan itu dan duduk di samping sahabatnya Shiera yang tengah menyalin catatan matematika dari papan tulis.

          “Gurunya ke toilet lagi?” Tanya Ai yang mulai mengeluarkan buku tulis plus pulpennya. Shiera mengangguk kecil. Seperti biasa, guru matematika yang ngakunya killer itu selalu memberikan catatan terlebih dahulu dan pertemuan selanjutnya baru acara bahas membahas catatan plus tugas segudang.

          “Ai, nanti siang nongkrong yuk. Cabut aja dari rapat OSIS.” Kiena yang duduk di depan Ai memutar tubuhnya, menatap wajah sahabatnya itu.

          “Ki, kalau ngajak Ai yang bener kek! Jangan diajakin nongkrong mulu, lagian kegiatan OSIS ini juga penting tahu!” Shiera menimpali. Shiera paling alim diantara keduanya, sementara Kiena bisa dibilang ‘setan’ yang selalu membujuk Ai ke hal-hal yang buruk. Dan kalau Ai udah keluar batas Shiera-lah yang akan turun tangan langsung buat negur Kiena, dan pada akhirnya Kiena mendapat ceramah super panjang dari Shiera.

          “Ra, rapat mah nggak penting. Cuma ngebahas itu-itu doang, lagian bosen kali. Mumpung UN masih jauh juga, mending nongkrong dulu yuk.” Ai mulai terhasut dengan Kiena, dan ia akan menghasut Shiera meskipun ia tahu hasilnya nihil.

          “OGAH! Udah sana kalian aja yang pergi, gue nggak mau tahu kalau ada apa-apa sama kalian, jangan minta bantuan sama gue lagi.” Shiera ngambek dan mulai mencatat lagi.

          “Ada Ben juga loh.” Kiena membenarkan ikat rambutnya, diantara mereka bertiga hanya Kiena yang tak mengenakan kerudung.

          Shiera mengangkat kepalanya, binar itu mulai muncul di mata Shiera namun pada akhirnya pudar juga digantikan dengan tatapan tajam yang merupakan sebuah penolakan. “Kalau ada Ben, berarti ada Rasya juga yah?” Ai mulai menerka-nerka. Kiena mengangkat bahunya acuh dan kemudian kembali menghadap papan tulis.

***

          Ai dan Kiena memasuki Bober Cafe, mereka mengambil tempat dihalaman belakang cafe, dimana para siswa Bober yang super gaul dan super bandel berkumpul. Mata Ai menatap pria yang tengah menghisap rokoknya dan disamping pria itu terdapat gadis dengan rok abu-abu super mini tengah bergelayut manja di lengan pria tersebut.

          “Samperin kalau berani. Jangan cume mendem doang.” Tegur Kiena yang duduk di dekat kaca yang memperlihatkan kedalam Cafe, ia mengambil satu batang rokok yang baru saja dikeluarkannya dari bungkusnya dan melempar dengan sembarangan diatas meja.

          “Kalau nggak ada cewek itu gue juga berani.” Ai meraih bungkus rokok yang ada di atas meja yang dilempar Kiena tadi, meraih satu batang dan mengapitnya diantara kedua bibirnya. Memberikan api yang baru saja dinyalakan dari pemantik pada ujung rokok tersebut.

          “Lo kenapa nggak buka jilbab aja kalau kelakuan lo brandal kaya gitu.” Senyum sinis tercetak dengan manis di bibir gadis yang tadi bersama dengan Rasya. Ai menaikkan sebelah alisnya.

          “Lo ngomong sama gue?” Ai ganti mengampit rokoknya dengan kedua jemari di tangan kanannya.

          “Menurut lo? Siapa disini yang pakai jilbab tapi nggak bisa jaga sikap?” tanya gadis itu lagi.

          “Mella,” Ai bangkit dari duduknya, mensejajarkan tingginya dengan tinggi gadis yang disebutnya sebagai Mella. “Sebaik-baiknya cewek adalah dia yang mengenakan jilbab. Urusan dia ngrokok atau ngelakuin hal jelek apapun yang terpenting adalah cewek itu nutupin auratnya. Emang kaya lo, udah kelakuan bejat, aurat juga nggak di tutup. Kesian banget sih!” Tambah Ai membuat mata Mella menatap kesal dan ditambah dengan tawa kecil dari Kiena.

          “Sama aja bohong kalau lo pakai kerudung tapi kelakuan lo kaya cewek murahan!” Mella melangkah pergi sebelum Ai membalas kata-katanya. Ai tak perduli, ia kembali duduk dan menghisap rokoknya lagi.

          “Gila lo, nggak nyangka berani sama Mella. Eh tapi gue yakin kalau ada Shiera pasti dia bakal ngomong ‘sebaik-baiknya cewek yang bisa jaga aurat sama jaga sikapnya. Duh, punya temen kok nggak ada yang beres, yang satu ancur parah yang satu jilbaban tapi kelakuannya kaya gini.’” Kiena menirukan gaya bicara Shiera saat tengah pusing memiliki dua sahabat yang tak beres itu. Dan sontak keduanya tertawa mengingat hal itu.

 ------------------

di tunggu kritik sama sarannya, oh ya sama bintangnya juga yah teman-teman. terimakasih :*

Panggil Dia, AiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang