Gantung

251 2 0
                                    

Dodo Remi

Siaaaaaaal!!! Mana tangganya!!

“Heh! Fina kembaliin tangganya? Adik kelas kurang ajar ya ente!” si Fina ngambek gara-gara balon tadi. Dia ngambil tangga yang ane pake buat naik ke atas pohon, dan dia pergi ke kelas. Kelas dia dekat dengan parkiran, jadi ane bisa ngeliat dia ketawa-ketawa dengan teman-temannya. Sial!

“Ane gabisa turuuun woy!!” tinggi banget, ane membatin. Jerry dan Maya lewat. “heh bung, ambilin tangganya, ane gabisa turun. Adik lo sialan banget.” Bukannya nolongin, pasangan baru itu malah ngetawain ane.

“hahahaha ga mau. Lo apain adik gue? Kasian deh” ejek Jerry, lalu mereka ninggalin ane sendirian. Ane ngelirik ke bawah ‘haruskah ane loncat? Ya Tuhaaaan, tinggi banget.’ ‘Mamaaaaaaa’ teriak ane

Fina Angelica                                       

“hahahaha jangan berani sama Aku.. rasain tuh” Aku meneriakinya. Aku puas banget hari ini ngerjain Mas Dodo. Eh Dodol aja deh. Dia udah ketakutan gitu, udah teriak nyebut-nyebut mamanya, agak kasian juga ya. Aku balik lagi ke parkiran, dan ngambil tangganya yang Aku jatuhin di bawah tanah dengan posisi telungkup, Aku senderkan lagi tangganya ke pohon, si Dodol langsung turun dengan kondisi badan gemetaran.

“sialan ente, bahlul!” Dodol nyewot.

“biariiiiiiiin” Dodol mau jitak Aku, Aku langsung kabur lari kencang akan Masuk lagi ke dalam kelas. Dodol mengejarku. Tapi ditengah perjalanan mau ke kelas. Aku nabrak seseorang. Buku-buku yang dia bawa jatuh berserakan.

“Maaf Ka maaf” Aku takut dia marah. Aku gabisa liat muka dia, dia langsung menunduk membereskan buku-bukunya. Kulitnya putih bersih, memakai kacamata dengan bingkai hitam, rambutnya hitam bersih.  Aku langsung menunduk untuk membantunya. Dia melihat ke arahku.

“Fina?”

“Fandy?” hah? Playboy jelek yang bikin aku galau semalaman. Dia tumben banget bawa buku banyak-banyak. Dia kan hanya bisanya nampang saja di sekolah, mana mau dia belajar padahal sebentar lagi UN.

“iya gue. Kenapa?”

“iya ini juga Fina, kenapa ya?” aku mengikutinya. Toh dia juga yg menyebut namaku duluan. Mulai semalam tadi, aku tidak ingin dekat dengan dia lagi. Aku tidak mau berharap lagi ke dia. Cuku waktu itu saja, tidak mau lagi. Aku mulai bersikap biasa ke dia.

“eh, kaget aja ternyata kamu yang lari.”

“aku juga kaget ternyata kamu yang bawa buku-buku ini, tumben.”

“iya aku sedang di hukum pak Teguh karena tidak ikut pengayaan 3kali.” Memang Fandy jarang sekali ikut pengayaan pagi pada beberapa pelajaran. Untungnya hari ini adalah hari sabtu, tidak ada pengayaan.

“oh” aku menaruh sisa buku-buku di atas tumpukan buku yang sudah Fandy pegang.

“iya” aku merasa, kalau Fandy tahu aku berubah. Tapi yasudah, biarkan saja.

“aku ke kelas. Sorry buru-buru” aku tidak ingin mendengar apapun lagi dari dia. Aku langsung saja masuk ke dalam kelas. Aku menundukkan kepalaku di atas meja, aku menangis. Ini hal yang paling benar yang harus aku lakukan. Kepastian? Aku sudah muak untuk menunggunya. 1 tahun bayangkan?? Sejak aku masuk SMA, dia yang mendekatiku tapi dia juga yang membuangku begitu saja. Mungkin kata “membuang” terdengar begitu kejam, tapi apa lagi yang harus aku katakan? aaaarrgh!! Sudahlah! Dia sudah aku coret dari daftar cowo yang pernah mendekatiku. Dalam tangisan, aku tertidur. Dan lagu Kegagalan Cinta dari Rhoma Irama terdengar jelas dari luar sekolah.

“Kau yang mulai kau yang mengakhiri Kau yang berjanji kau yang mengingkari”

Cerita GantungWhere stories live. Discover now