" Nah, begitulah sejarah cerita dai hari perayaan Moon Curse," jelas seorang pemuda berumur empat belas tahun dengan pakaian mewah kerajaan. Alexander Loxford, putra mahkota kerajaan Oculta. Sosom dengan rambut biru tua kehitaman, bola mata berwarna hitam pekat, serta kulit putih dan senyum menawan yang dapat memikat siapapun untuk mengikuti kemauannya.
"Oh tak kusangka jika ceritanya seseram itu. Tapi, kenapa ulang tahunku bertepatan dengan hari perayaan Moon Curse ya?" tanya seorang anak perempuan kecil berumur dua belas tahun -adik Alexander- Clara loxford. Clara merupakan anak yang ceria dan bersemangat dengan rambut pirang keriting gantungnya yang dikuncir dua masing-masing sepanjang punggungnya dan juga bola mata bulat berwarna karamel membuatnya semakin manis.
"Yah tiada yang tahu hal seperti itu akan terjadi. Lagipula Tuhanlah yang telah menetapkan itu semua bukan? Mungkin Tuhan memiliki rencana tersendiri terhadapmu," jelas Alexander kepada adiknya.
Clara tersenyum dan menganggukan kepalanya mengerti terhadap penjelasan kakaknya itu, "Baiklah, aku mengerti kakak. Mungkin saja Tuhan mempunyai rencana besar terhadapku ya?" tanggap Clara senang dengan mata berbinar memikirkan tentang apa rencana Tuhan terhadapnya.
Alexander hanya tersenyum menanggapi perkataan adiknya, lalu berdiri dan mengulurkan satu tangannya kepada Clara, "Ayo! Kau harus segera bersiap-siap untuk hari perayaan dan ulangtahun mu nanti malam."
Clara menyambut uluran tangan kakaknya dan ikut berdiri, "Hmm ayo. Ibu pasti sudah menunggu," jawab Clara yang kemudian berlari ke tempat ibunya a.k.a permaisuri, sedangkan Alexander hanya mengikutinya sambil menggelengkan kepala melihat kelakuan adiknya.
*****
Clara berlari-lari sekuat tenaga di sepanjang koridor istana yang sudah terlalap api yang membakar hampir seluruh bagian istana. Ia tidak mengerti dengan apa yang terjadi, tadi ia sedang bersiap-siap dikamarnya dengan tenang sampai ia mencium bau asap yang menyengat. Betapa terkejutnya ia saat mengetahui dinding kamarnya telah terbakar. Menyadari hal itu, Clara langsung keluar dan terkejut saat melihat seluruh bagian istana sudah terbakar, ia pun langsung berlari untuk mencari orangtua dan kakaknya.
"Ibu! Ayah! Kakak! Dimana kalian? Kakak tolong! tolong aku!" Clara terus saja berlari dan berlari tanpa tujuan untuk melindungi dirinya dan mencari keberadaan keluarganya.
Dalam kepanikan yang menguasai dirinya, tiba-tiba ia mendengar suara yang seakan memanggilnya, 'Cepat, Cepat buka segel ini. Jangan biarkan dia pergi. Buka, cepat buka'
"Siapa? Siapa itu? Dimana kau?" tanya Clara bingung dengan suara yang menggema di dalam kepalanya.
'Tanah, ruang bawah tanah. Cepat, bangunkan kembali tuan putri, aktifkan segel ini. Cepat kejar dia' tambah suara itu
Menurut, Clara pun mengikuti perintah dari suara itu ke ruangan bawah tanah. Clara belum pernah kesana sebelumnya karena ruangan itu memang terjaga dan tidak dapat didatangi oleh siapapun. Tidak ada yang mengetahui apa yang tersembunyi di dalam ruangan bawah tanah. Clara berlari menuruni satu-satunya tangga yang menuju ruang bawah tanah. Obor langsung menyala menerangi setiapkali Clara melangkahkan kakinya semakin turun kedalam. Clara berhenti di depan pintu besar yang terukir dengan ukiran tradisional yang terdapat pada dinding kerajaan Oculta. Baru kali ini ia melihat dengan jelas kedetailan ukiran tersebut. Jika dilihat ukiran tersebut terlihat seperti tulisan-tulisan kuno yang tidak dapat dimengertinya. Melihat waktunya yang terbatas, sekuat tenaga Clara pun mendorong pintu tersebut.
"BLAK!!!!" Clara membuka pintu itu dengan kencang. Ia menutup kedua matanya saat merasakan cahaya yang sangat terang masuk kedalam indera penglihatannya. Kedua bola mata Clara membesar tak percaya ketika ia melihat apa yang ada di hadapannya sekarang.
Ruangan itu besar dengan banyak peralatan canggih yang tidak dimengerti olehnya. Banyak bunyi-bunyi aneh yang memenuhi suara tersebut. Di tengah ruangan ia dapat melihat dua buah tabung besar yang terisi dengan cairan berwarna hijau didalamnya. Ia melihat seorang gadis seumuran dengan kakaknya dan seorang pemuda berada didalamnya. Clara berjalan mendekati kedua sosok tersebut. Ia tidak dapat mengalihkan pandangannya dari kedua sosok tersebut. Saat ia hendak menyentuh salah satu tabung tersebut, sang pemuda yang berada didalamnya membuka mata dan memperlihatkan mata berwarna abu-abu kebiruan yang memandangnya lekat. Tangan pemuda tersebut bergerak menunjuk salah satu benda yang berada di dalam ruangan. Clara berjalan mendekati pemuda tersebut.
"Apa? Apa yang kau ingin aku lakukan?" pemuda tersebut tidak menjawab dan menengokkan kepalanya ke arah benda yang ditunjuknya.
"Apakah kau ingin aku melihat benda itu?" pemuda itu mengangguk. Clara pun berjalan ke arah benda yang ditunjukkan pemuda tersebut.
Ia dapat melihat banyak tombol aneh didalamnya dan melihat tombol besar diantaranya yang menyala merah dengan tulisan "Warning". Tanpa ragu ia pun menekan tombol tersebut dan terdengar suara sirine nyaring yang terdengar di seluruh ruangan. Ia melihat tabung pemuda yang tadi terbuka dan pemuda yang dilihatnya tadi keluar sembari mengenakan jubah hitam yang menutupi seluruh tubuhnya. Clara terpesona dengan sosok dihadapannya.
"Terimakasih." Ucapnya. Pemuda itu pun berjalan kedepan tabung yang satunya dan merapalkan mantra yang tidak dapat dipahaminya. Cahaya kehijauan dapat terlihat memancar keluar dari tabung tersebut. Tidak lama, tabung itu terbuka dan mengeluarkan gadis dengan rambut hitam navy panjang tersebut yang entah tidak terlihat asing olehnya. Pemuda tersebut langsung berjalan kehadapan gadis tersebut dan dengan sigap menangkap tubuh gadis tersebut agar tidak terjatuh.
"Noir..." lirihnya, pemuda tadi, Noir langsung menyampirkan jubah hitam yang sama dengan yang dipakainya kepada gadis tersebut.
"Hamba disini tuan putri." Gadis yang dipanggil tuan putri tersebut terdiam dan mengedarkan pandangannya pada ruangan tempatnya berada hingga tatapannya jatuh pada Clara yang berdiri diam memperhatikan mereka berdua.
"Kau.." menyadari tatapan gadis tersebut yang mengarah kepadanya, Clara langsung bersikap siap dan memperkenalkan dirinya.
"Ah, H-halo nama ku Clara Loxford" Clara merasakan jantungnya berdegup keras merasakan tatapan yang diberikan gadis tersebut.
Gadis dengan rambut navy itu menatapnya datar dan menganggukkan kepalanya.
"Lunar.." lirihnya, Clara yang merasa gadis tersebut mengatakan sesuatu menatapnya intens.
"Namaku Lunar, dan dia Noir" tunjuk Lunar pada pemuda yang lebih dahulu ditolong oleh Clara.
Tiba-tiba saja, api maenyeruak masuk menghancurkan pintu menuju ruangan tersebut. Clara menatap ngeri ruangan yang sekarang sudah dipenuhi oleh api mengelilingi mereka bertiga.
"Ba-bagaimana ini? Kita tidak dapat keluar dari sini." Clara mendekat ke arah Lunar dan Noir menjauhi api yang mulai mendekti mereka bertiga.
"Kita harus segera pergi dari sini Nona."
Lunar menanggukkan kepalanya dan mengangkat tangannya ke atas.
"Baiklah kita pergi." Cahaya pun melahap mereka bersamaan dengan api yang menyambar mereka bertiga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lunar The Beginning
FantasySi Kembar yang membawa kekacauan Mereka yang hidup abadi masalalu yang datang ke masa depan kegelapan dan cahaya yang bertentangan saudara yang saling memburu satu sama lain kisah cinta antara tuan-abdi-putri sebuah fiksi masa depan yang berjalan se...