Bagian 1

4.6K 44 0
                                    

Bulan tiga tanggal dua puluh tujuh, hari baik.
Hari ini cocok untuk melakukan pekerjaan apapun!

Bu Ki berbaring diatas pembaringan.

Setelah menempuh perjalanan sejauh tiga ratus li tanpa berhenti, begitu turun dari kudanya, ia langsung masuk kamar dan menjatuhkan diri di atas pembaringan.

Yaa, pembaringan yang empuk, lembut dan harum....
Pembaringan ini milik Hiang hiang, seorang gadis, seorang gadis yang halus, lembut dan harum...
Setiap kali bertemu dengan Bu Ki, sekulum senyuman yang lebih manis dari gula akan menghiasi bibirnya.

Cahaya matahari mencorong masuk lewat celah jendela, hari ini udara cerah, angin berhembus lewat membawa bau harum bunga yang semerbak.

Agak termangu Bu Ki memandang langit nan biru di luar jendela, akhirnya ia menghembuskan napas panjang seraya bergumam:
"Ooo....hari ini memang hari baik!"
Hiang hiang tidak tertawa, ia menyambung dengan nada hambar:
"Aaa, betul! Hari ini memang hari baik, hari baik untuk membunuh orang...!"
"Kau ingin membunuh orang?" Bu Ki memegang dagunya dan mengangkat wajahnya.
"Yaa, aku ingin membunuh orang"
"Siapa yang ingin kau bunuh?"
"Kau!"

Bu Ki tidak dibuat terkejut, dia malah tertawa, tertawa lebar dengan penuh kehangatan.
"Sebenarnya aku sungguh sungguh ingin membunuhmu" kata Hiang hiang sambil menggigit bibir.
"Tapi setelah kupikir kembali, apalagi setelah kau datang menjengukku...niat itu terpaksa kuurungkan"
"Kau tahu kalau aku akan datang?"
"Tentu saja. Hari ini kan hari baik Tio Koncu. Hari baik untuk melangsungkan perkawinan"

Matanya yang jeli mulai berkaca kaca, lanjutnya:
""Akupun tahu hari ini Tio koncu datang hanya ingin memberitahukan kepadaku, bahwa sejak hari ini hubungan kita putus sampai disini, walaupun lain waktu masihn sempat bertemu, kita harus saling menganggap saing, kita tak boleh saling menyapa lagi"

Bu Ki tak dapat menyangkal, diapun sedikit merasa sedih.
"Aku membawa sebuah hadiah untukmu" bisiknya.
Sambil mengeluarkan seuntai mutiara, ia menambahkan:
"Aku pernah penyanggupi permintaanmu, dan sampai sekarang aku belum melupakannya"
Seuntai mutiara yang bening dan bercahaya tajam, seperti butiran air mata seorang gadis suci.
Hiang hiang menerima hadiah itu, embelainya penuh kasih sayang, lalu bergumam:
"Aku tahu, suatu ketika kau pasti membawakan benda ini untukku, sebab kau adalah seorang laki laki yang pegang janji, selalu dan sepanjang masa"

Air mata tak sampai meleleh keluar, tapi tangannya sudah gemetar keras, seluruh tubuhnya hampir saja ikut menggetar keras...
Tiba tiba ia melompat bangun, mencampakkan untaian mutiara tersebut ke wajah Bu Ki, lalu berteriak penuh emosi:
"Kau anggap aku sudi menerima uintaian mutiara busuk ini? Kau anggap aku sudi menerima telur busuk kecil macam kau?"

Untung mutiara tersebut tak sampai mengena di wajah Bu Ki benda itu melayang keluar dari jendela dan jatuh ke halaman depan sana.

Bu Ki kembali tertawa.
"Masih mendingan kalau cuma telur busuk kecil" katanya,
"sebab sedikit banyak toh ada kebaikannya juga!"
"Kebaikan apa? Katakan!" Hiang hiang mencak mencak semakin marah.
"Jelek jelek toh telur busuk kecil lebih mendingan daripada telur busuk tua, apalagi dibandingkan telur busuk mampus!"

Dia ingin membuat Hiang hiang tertawa, ingin menyaksikan gadis itu terpingkal karena geli.
Memang, diantara mereka tiada ikatan ataupun hubungan menurut hukum, tapi perpisahan memang cukup memedihkan hati siapapun...
Ia selalu berharap, dikala perpisahan itu terjadi, mereka masih dapat tertawa atau paling tidak tersenyum sedikit saja.

Tapi Hiang hiang tidak tertawa, atau tepatnya sebelum senyuman sempat menghiasi bibirnya, untaian mutiara yang terlempar keluar jendela itu telah melayang kembali.
"Craat...!" sebatang anak panah sepanjang tiga depa enam inci menyambar masuk ke ruangan dan memantek mutiara itu di ats tiang.
Batang anak panah itu berwarna perak, bulu peraknya masih bergerak keras ketika sebatang panah yang lebih pendek kembali menyambar masuk dan membelah anak panay yang pertama menjadi dua bagian.

Harimau Kemala Putih (Khu Lung)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang