IFY ALYSSA P.O.V.
"Jika dia sudah muak denganmu. Hubungi aku"
Satu pesan yang cukup mengagetkanku.
"Kenapa aku harus menghubungimu?"
Balasku yang kemudian kutekan tombol send agar gelombang angin membawa pesan ini sampai pada ponselnya.
"Karena aku akan merebutmu kembali dan membuatnya menyesal telah menyia-nyiakan gadis istimewa sepertimu."
Isi pesan yang kuterima, balasan darinya.
"Seistimewa apa memangnya aku ini?"
Senyum simpul menghiasi bibirku.
"Seistimewa apa? Tentu saja tidak ada satupun di dunia ini yang bisa ku gunakan untuk membandingkannya denganmu. Jadi, sudah mengerti belum, kau ini seistimewa apa?"
Aku tersenyum, simpul. Ku timang-timang benda persegi panjang itu, sambil sesekali melirik deretan abjad yang tertera.
"Dan dia sangatlah bodoh karena telah meninggalkanmu. Belum tau saja dia, perempuan macam apa yang tengah di tinggalkannya saat ini."
Belum sempat ku balas, satu pesan kuterima lagi.
"Macam apa memang? Hahahahah."
Balasku.
"Macam apa yaa? Macam gula mungkin. Ah tapi gula bahkan tak bisa menyaingi senyum manis yang kau miliki. Hahahahaaha."
Aku kembali tersenyum.
"Jangan ngegombalin pe......."
Belum sempat ku balas, satu pesan telah ku terima lagi.
"Pasti pesan yang mau kamu kirim berisi ' jangan ngegombalin penulis cerita romance, gak mempan! Hahahhaha, aku sudah menghafalnya Alyssa. Sangat menghafalnya ! "
Ku hapus kembali pesan yang belum selesai ku ketik tadi.
"Hahahahahaha, jadi sengefans itu kah kamu padaku? Sampai hafal satu persatu tentangku, Tuan Mario Haling?!"
Balasku.
"Kupikir penulis sepertimu seharusnya cukup pintar membedakan bagaimana cara kerja kagum dan cinta."
Ku kerutkan dahiku. "Jadi, dia pikir aku ini bodoh! Bagaimana bisa Tuhan menciptakan laki-laki frontal macam Mario! Tak ada kode-kodean sedikitpun!" umpatku dalam hati.
"Jadi kamu menganggapku bodoh? -__- "
Kesalku padanya. Kutekan tombol send dengan perasaan marah.
"Bukan bodoh, hanya saja konyol ! Kau membiarkan diri disakiti berkali-kali. Memaafkan penghianat ulung seperti Debo itu!"
Aku geram, ku cengkeram erat benda persegi panjang di genggamanku.
"Aku mencintainya! Dan kau sama sekali tak memiliki hak untuk menghakimi hubunganku dengannya."
Balasku, yang kemudian ku lempar handphone ku di kasur.
"Tau apa dia soal aku dan Debo!" gerutuku.
***
MARIO P.O.V
"Tak memiliki hak? Aku mencintaimu dan aku berhak menjagamu dari segala macam penghianat yang akan menykitimu Fy!"
Balasku padanya. Heran bagaimana bisa dia sebodoh itu?
5 menit...."Fy.... "
8 menit....
"Kamu marah?"
14 menit....
"Balas lah Fy!"
"Shit!" umpatku dalam hati.
"Tutt... Tuttt.... Tuttt...."
Hanya nada sambung yang di biarkan. "Angkat fy..." ucapku pada ponsel, seolah-olah Ify akan mendengarnya.
Sepuluh kali aku mengubunginya, dan sepuluh kali pula hanya operator sialan yang menjawabnya.
"Ify..."
"Ify..."
"Ify..."
26 kali aku mengirim pesan yang sama padanya. Sampai akhirnya satu pesan kembali aku terima.
"Apa! Aku mengantuk Mario. Berhentilah menggangguku."
Isi pesan darinya yang ku terima.
"Aku tau kau tidak mungkin tidur jam segini Fy. Aku mencintaimu dan aku tentu saja mengetahui tentang dirimu. Bahkan kebiasaan insomnia parahmu itu!"
Notification 'pesan terkirim' ku baca dengan menyunggingkan senyum. Tanda kemenangan.
"Tau lah! Berhenti menggangguku."
Balasnya, singkat. Dan aku benci itu.
"Sampai seribu kali kau menyuruhku berhenti, maka dua ribu kali kakiku akan melangkah padamu. Cinta itu tuli Ify Alyssa, kau yang menuliskannya sendiri di beberapa tulisanmu, apa kau lupa?"
Aku tersenyum simpul. Membayangkan sumpah serapah yang sedang di lontarkan oleh bibirnya yang ranum itu.
"Cowok stres ! Sinting ! Gila !"
Isi pesan yang Ia kirim padaku.
"Jangan marah. Karena aku sedang membayangkan wajah cantikmu ketika kau marah. Dan itu membuatku semakin jatuh cinta padamuuuuuuuuuu."
Terkirim dan tidak ada balasan lagi dari Ify.
Kurebahkan tubuhku, kupejamkan mataku untuk melihat siluet-siluet wajahnya.
Aku mencintainya karena dia adalah perempuan istimewa. Saat-saat melihat wajah serius kala ia menulis adalah waktu dimana ingin kuhentikan tiap jarum detiknya.
Dia cantik, dan akan selalu cantik dimataku.
Matanya yang meneduhkan itu membuatku ingin selalu menghajar Debo karena telah membiarkannya sembab dalam beberapa waktu.
"Seandainya aku mengetahui bahwa dengan bersama Debo membuatmu patah hati dan bodoh seperti ini, sejak awal aku tak akan membiarkannya Fy", ucapku dalam helaan nafas panjang.
Andai aku punya sedikit keberanian untuk menyakitimu dan melihatmu patah hati kembali, pasti sudah kubeberkan apa yang aku lihat kemarin. Melihat laki-laki yang kau agung-agungkan itu tengah mencium mesra pipi gadis lain di sebuah cafe.
"Dia brengsek fy! Bukalah matamu...." desisku pelan.
"Jika dia baik untukmu, aku pasti akan sangat membiarkan dia untuk membahagiakanmu. Jadi gunakan akal sehatmu untuk berfikir mengapa aku bisa sampai membenci Debo seperti ini. Karena ketika aku telah mencintai, maka aku tak akan membiarkan siapapun melukai gadis yang kucintai itu."
Kukirimkan voice note padanya. Sebagai penutup segala pesan khawatirku yang Ia anggap sebagai angin lalu begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because 'I LOVE YOU'
Short Story"Jika dia sudah muak denganmu. Hubungi aku". Satu pesan yang cukup mengagetkanku. *** Tentang Mario yang mencintai Alyssa-nya dan tentang Alyssa yang selalu percaya pada Debo-nya.