Terkadang aku bertanya-tanya di dalam hati,
Mengapa kau selalu bisa menemukan segala hal yang kusembunyikan dari dunia luar?
Bagaimana bisa kau menjadi seseorang yang paling mengerti tentangku?
Sedang setiap saat kita bertatap muka hanya pertengkaran saja yang ada..
.
.
.
"Ya, Kim Jaejoong! Jadi ke kantin tidak?"
Namja cantik itu menolehkan kepalanya, memandang Park Yoochun—sahabat dekatnya—yang sedang berdiri di pintu kelas bersama Changmin—yang juga sahabat dekatnya—.
Jaejoong tersenyum lebar seraya merapikan peralatan tulisnya ke dalam tas.
"Jadi!" Seru namja cantik itu memakai tas ranselnya.
"Aku ikut! Tunggu aku!" Teriak Junsu yang duduk tidak jauh dari Jaejoong.
Namja imut itu memasukkan seluruh barangnya ke dalam tas tanpa menyusunnya terlebih dahulu. Membuat Jaejoong berjengit menatapnya.
"Ya, Kim Junsu, neo micheosseo? Kau bahkan tidak memastikan apakah pulpenmu sudah tertutup atau belum" Tegur Jaejoong seraya menghampiri Junsu.
"Gwenchana, kita kan tidak ada kelas lagi setelah ini, hahaha" Tawa Junsu yang sudah memakai tasnya.
Yoochun dan Changmin hanya saling melirik satu sama lain kemudian menatap jengah namja imut itu. Junsu memang selalu tidak peduli terhadap hal-hal kecil. Taruhan, pria imut itu pasti akan lupa untuk membereskan isi tasnya yang berantakan di rumah nanti sehingga besok ia akan panik karena tidak bisa menemukan apa yang ia cari di dalam tasnya. Sudah menjadi keseharian Junsu sejak awal perkuliahan dimulai.
"Yo! Lama sekali kalian keluar!" Seru Jonghyun melambaikan tangannya.
Jaejoong yang melihat teman-teman kampusnya sudah berkumpul di satu meja segera tersenyum ceria.
"Profesor Kang itu lama sekali mengajarnya, menyebalkan sekali" Gerutu Changmin yang sudah mengambil kursi di samping Taemin.
"Kelasku tidak masuk hari ini, hahaha, dosennya tidak datang" Ujar Seungyoon tertawa.
"Apanya yang tidak datang eoh? Kau memang tidak pernah ada kelas, jurusan musik memang selalu sesukanya" Ledek Junsu mendelik.
Seungyoon berdecak seraya mengangkat sumpitnya seolah-olah ia akan memukul pria imut itu.
"Bubur abalone? Kau seperti bayi saja"
Eoh?
Jaejoong menghela nafas kesal ketika suara bariton itu menyapa telinganya. Demi dewa gajah, Jaejoong sudah bosan mendengar suara si mahasiswa kelas bisnis yang entah bagaimana bisa menjadi bagian dari teman-teman perkumpulannya di kampus. Jung Yunho tidak pernah bisa berhenti mengganggunya sejak hari pertama mereka bertemu.
"Diamlah Jung Yunho, mulutmu itu seperti ahjumma penggosip saja" Gerutu Jaejoong tidak senang.
"Apa gigimu sudah tidak ada lagi? Siang-siang begini makan bubur" Balas Yunho seraya duduk di samping Jaejoong, sementara anak-anak yang lain sudah sibuk dengan makanan mereka.
"Ya, gigiku sudah tidak ada lagi, hilang, hilang semuanya"
"Hahaha, lucu sekali, kau begitu sensitif seperti wanita"
"Apa kau tidak punya telinga dan ingatan eoh? Sudah berapa kali kuberitahu jangan menyebutku seperti itu! Kau ini benar-benar—"
"Tampan dan mengagumkan, ya, aku tahu itu"
KAMU SEDANG MEMBACA
SAVIOR
FanfictionTerkadang aku bertanya-tanya di dalam hati, Mengapa kau selalu bisa menemukan segala hal yang kusembunyikan dari dunia luar? Bagaimana bisa kau menjadi seseorang yang paling mengerti tentangku? Sedang setiap saat kita bertatap muka hanya pertengkara...