Now and Here

85 6 12
                                    

Lampu-lampu di sepanjang lorong rumah sakit menghiasi pandangan Dania yang kabur karena matanya yang terlalu sering mengerjap. Remaja yang selangkah lagi menginjak dewasa itu menahan sakit yang dirasakannya. Sakit yang teramat sangat. Sekujur tubuhnya penuh dengan butiran bening yang bercucuran sedari tadi. Ia menahan rasa sakit akibat makhluk kecil yang menumpang di tubuhnya meronta-ronta ingin keluar.

Tiba-tiba pandangan Dania yang awalnya berisi deretan lampu, berubah menjadi bayangan masa lalunya.

"Siapa nama kamu?" Bocah laki-laki bertumbuh gempal dengan lollypop di tangannya datang menghampiri Dania kecil yang sedang menangis.
Hening, tak ada jawaban. Hanya isakan yang terdengar. Bocah gempal itu pun semakin mendekat "namaku Andi, aku bukan anak nakal. Kenapa kamu menangis disini? Siapa nama kamu?" Celoteh polos keluar dari mulutnya.
Perlahan air mata Dania berhenti mengalir, ia pun mengusap kedua matanya sambil sesekali menarik napasnya yang tersengal-sengal. "Aku Dania" akhirnya jawaban yang ditunggu Andi terdengar.

Andi tersenyum dan mengulurkan tangannya, mengajak Dania berjabat tangan. Namun Dania diam tak bergerak. Tanpa disuruh, tangan Andi pun menghampiri tangan Dania "kita bisa temenan mulai sekarang".
Dania memiringkan kepalanya, heran melihat bocah asing itu bersikap baik padanya.
"Oh ya, kenapa kamu sendirian disini? Kenapa kamu menangis?" Rasa penasaran Andi tak bisa dibendung "orang tuamu kemana?".

Mendengar pertanyaan terakhir Andi, kepala Dania yang diselimuti rambut hitam berkepang dua menunduk. Suara yang sedikit serak akibat menangis keluar dari mulut mungilnya "aku ga tau".
"Maksud kamu apa?" Andi tampak tidak mengerti dengan jawaban bocah perempuan di hadapannya.

Dania memainkan jarinya yang gemetar "tadi orangtuaku marahan, terus mereka menyuruhku diam disini, lalu.." Dania tidak melanjutkan kalimatnya, seperti ada sesuatu yang berat untuk diungkapkan.
"Lalu apa?" Andi benar-benar ingin tahu. Tapi dia mengerti bahwa Dania tidak bisa mengungkapkannya sekarang. "Kamu tinggal dimana? Aku anterin kamu pulang ya" perhatian tulus dari bocah bertubuh gempal itu selalu meluncur.
"Aku ga tau tempat ini, aku ga tinggal disini. Rumahku kayaknya jauh dari sini" mata Dania melihat sekeliling.
"Memangnya kamu darimana?" Entah pertanyaan keberapa yang sudah keluar dari mulut Andi.
"Aku tinggal di Yogya, mama bilang, kita kesini mau liburan. Tapi.." lagi-lagi kalimatnya terhenti.

Diam, Andi sekarang mematung. YOGYA, ratusan kilometer jauhnya dari tempat ini. Jakarta-Yogya, tidak mungkin ia bisa mengantar Dania pulang, kembali ke rumahnya. Yang bahkan Andi sendiri pun tidak memiliki.
Kini gantian Dania yang penasaran dengan Andi yang tiba-tiba mematung "kamu kenapa Andi?" Ketenangan didapat Dania setelah bertemu Andi. Tidak seperti tadi saat dia menangis sendirian tanpa ada satupun orang mempedulikan keberadaan gadis mungil itu.

Yap, ketenangan pun kini mengalir pada diri Dania yang mengingat kejadian masa lalunya dengan Andi, si pemilik lollypop.
"Andi.. Thanks for everything" gumam Dania yang sekarang tengah dibawa ke ruang persalinan.

. . .

"Ma, tas Ni kegedean ga sih?" tanya seorang perempuan yang sibuk membetulkan posisi ransel yang bertengger di bahunya.
Tatapan meyakinkan terpancar dari kedua mata sang mama "Engga ko, tuh yang lain banyak yang bawaannya lebih dari Ni". Mama mengantar Rania ke truk yang akan membawanya ke sebuah perjalanan bernuansa baru. "Jangan lupa baca doa, makan yang bener,.. kalo sakit langsung minum obat, ga usah nunggu-nunggu" kalimat pengantar dari mama sebelum akhirnya Rania naik ke truk.
"semoga seru.. Ma, Ni pasti kangen mama" hati kecil Rania mendemokan suaranya.

Roda truk berputar menyusuri jalan. Rania duduk diam tanpa suara. Tubuh nya ikut terhuyung dengan pergerakan truk yang tidak selalu mulus. Tanpa sepengetahuan Rania, sepasang bola mata memerhatikannya dalam diam. Mencoba memastikan bahwa kondisi Rania baik-baik saja. Sementara mata Rania perlahan terpejam tak kuasa menahan kantuknya.

MemoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang