One - Halo

26 2 6
                                    

A U T H O R

"Nina! Lo darimana aja ha?" suara berat nan seksi terdengar seantero parkiran. Untung saja suasananya sepi.

"Habis beliin pak Joko ayam penyet. Kenapa? Lo kangen ya?" Jawab seorang gadis yang bernama Nina itu pede.

"Kangen pale lu. Lo suruh gua nunggu daritadi. Lo nya malah keluyuran. Enak banget hidup lo ya?" balas si laki-laki itu sambil melipat tangannya di depan dada. Tatapan tajamnya itu seakan mampu merobekkan apapun.

Nina memutar bola matanya malas lalu membalas tatapan laki-laki itu. Nina sedang malas berdebat sekarang. Moodnya benar-benar jelek karena ia susah mendapatkan chemistry dengan pelajaran chemistry tadi. Rumus-rumus yang tadinya berteman baik dengan otaknya kini mengkhianatinya, mereka berubah menjadi monster mengerikan.

"Gio, gue lagi ga mood berdebat oke? Lo mau ngapain suruh gue kesini?" tanyanya pada akhirnya.

"Etdah buset. Amnesia lo kambuh nyet? Harusnya itu gue yang nanya, lo NGAPAIN suruh gue kesini?" pria bernama Gio itu memberi penekanan pada pertanyaannya untuk memberi kesan bahwa ia merasa terganggu.

"Lo kira amnesia itu asam lambung apa bisa kambuh." jawab Nina sekenanya. Ketika ia bersiap melangkah meninggalkan area parkiran, sebuah tangan besar menggapai lengannya. Ia berhenti dan berbalik.

"Mau kemana, Na?" suara berat nan seksi itu terdengar lagi, kali ini sedikit lembut.

Gio yang notabenenya adalah pria dingin tidak akan bisa membuat dirinya menjadi es jika sudah berhadapan dengan Nina, gadis periang yang cantik dan agak gila itu. Gio dan Nina diibaratkan es dan api. Gio tidak selalu tahan didekat Nina, sebaliknya Nina, ia tidak selalu tahan dengan Gio

"Ya mau baliklah. Revisi dulu gih pertanyaan lo" jawab Nina ketus.

"Oh yaudah, gue revisi. Lo mau balik naik apa? Jalan kaki 15 km?" sergah Gio. Nina menatap Gio kesal, yg ditatap malah menaik turunkan kedua alisnya iseng.

"Ya sama lolah. Kan tadi gue suruh lo nunggu buat tebengin gue." jawaban Nina berhasil membuat Gio membelalakan kedua matanya kaget.

"Ayok pulang, cepetan. Laper nih gue. Yang ada gue makan lo entar." sambungnya dan berjalan duluan ke arah mobil putih di seberang.

"Untung sayang, kalo gak udah gue obral juga tu cewek ke pasar loak" gerutu Gio yang tak terdengar oleh Nina. "Astaga mulut gue!"

****

"Cause i know i can treat you better, than she can. And any boy like you deserve a feminist" suara cempreng milik Nina menggelegar se-antero mobil. Gio yang disampingnya hanya bisa mengelus-eluskan dada tanda sabar.

"BETTER THAN SHE CAAAN" sambung Nina dengan suara kuat. Dia tersenyum bangga lalu mulai mengotak-atik saluran radio, mencari-cari mana kala ada lagu yang asik lagi.

"Eh, suara lo ya. Bisa pekak telinga gue dengernya" protes Gio. Nina menatapnya tajam lalu mengeluarkan sumpah serapah andalannya.

"Emang lo pikir suara lo kayak mana ha? Suara kayak klakson dapur 12 aja sok-sok protes!" balas Nina tak mau kalah. Mulut Gio menganga lumayan lebar. Dapur 12? Benda macam apalagi itu?

"Eh, setidaknya suara gue khas ya. Suara lo apa coba?" jawab Gio sambil mengambil minum di sebelah kanan stir.

"Iya, khastafirulloh." balas Nina  menggelengkan kepalanya lalu ia tertawa.

"Puas lo ngata-ngatain gue. Untung sayang kalo gak udah jadi apa lo?" kata Gio.

"Ulululuu, io sayang ina ya?" goda Nina lalu bergelut di tangan kiri Gio.

"Ehh, apaan ni orang. Awas lo gue lagi nyetir. Ntar nyempil ke paret, gue seret lo ke penghulu" sergah Gio sambil melepaskan tangan Nina.

Nina diam sebentar memikirkan perkataan Gio. Seperti ada yang salah. Kalo masuk ke paret kan ya, ke rumah sakit gak sih? Kok ke penghulu? Kok gue bego?

"Penghulu umur lo panjang. Mau ngelawak ya? Receh lo!" ucap Nina lalu melipat kedua tangannya di depan dada pertanda bahwa ia sedang kesal.

Gio melirik Nina dengan ekor matanya. Nina sedikit memajukan bibirnya. 'Kuatkan hamba-Mu ya Tuhan' batin Gio bercakap-cakap. Kalo situasinya begini, Gio paling suka menyogok Nina dengan sesuatu yang perempuan itu sukai. Apalagi kalau bukan ice cream vanilla.

"Ina. Gue pengen yang manis-manis deh. Apa ya kira-kira?" Gio membuka percakapan baru. Yang ditanya malah membuang muka, menatap pinggiran jalan seakan ada yang menarik.

"Ina. Ninaaa." suara Gio dibuat semanis mungkin.

"Najis njir" Nina membuka suara. Gio tahu Nina paling benci ketika ia sudah berubah menjadi lekong tingkat Pak Ondar, guru termanis sepanjang koridor.

"Apa ni yang manis selain kamu?" Gio menaik-turunkan alisnya jahil. Pipi Nina yang melihat Gio bersemu merah. Panas dirasanya, cantik dirasa orang.

"Kok pipi lo merah? Lo sakit ya?" Gio berubah manis. Telapak tangan besarnya memegang jidat Nina lalu di tempelkannya ke bokongnya. "Gak panas kok" sambungnya.

"Apaan sih. Gue lempar ke kandang gibon sumatera loh baru tau" Nina memukul tangan Gio lalu membuang muka, takut-takut pipinya yang merona itu dilihat Gio. Bisa-bisa dia kepedean lagi.

"Ice cream cafe biasa yuk?"

Nina memalingkan muka menghadap Gio dengan mata berbinar-binar. Betapa senangnya dia, membayangkan ice cream vanila yang manis  itu lumer didalam mulutnya dan jangan lupakan saus caramel dan chocochips. Dah, ahh. Tak bisa dipungkiri kenikmatan tiada tara. Surga dunia.

"Kuy." kata-kata yang diharapkan Gio lolos dari mulut Nina. "Your treat right? Oh yes of course. Okay" ia bercakap-cakap sendiri dan menirukan suara Gio seolah-olah ia yang menjawab

Gio tersenyum puas. Tawarannya memang selalu berhasil tapi terkadang Nina susah ditebak. Apalagi kalo soal urusan mood.

"Sok inggris lo. Belepotan juga." Sindir Gio. Nina yang merasa tersindir kembali menatap Gio.

"Lambe mu iku loh mas. Tak potong nanti!" yahh bahasa daerahnya keluar.

Gio tertawa pelan, hampir tak terdengar. Gio mengehela nafas.

'Nin, selera lo jangan berubah ya. Nanti mahal' batin Gio.

Maklum anak IPS.

********

Hai semua. Ini first partnya loh. Btw, cerita pertama di hapus karena gajelas😂 (padahal ini sama aja).

Oh ya, aku juga bingung sama karakternya.
Kalian para reader tersayang comment ya siapa karakter tercocok buat Gio dan Nina.

Vote, comment and share ya!

Love y'all💕.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 29, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

This I BelieveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang