Langit yang awalnya cerah kini tertutup awan hitam yang pekat. Para warga yang berjalan kaki pun menambah kecepatan jalan mereka. Bergegas untuk sampai kerumah masing-masing ataupun untuk mencari tempat untuk berteduh. Akan tetapi berbeda dengan dua orang berbeda gender yang umurnya kurang lebih 17 tahun yang sedang berada di taman kota.
"Berhentilah mengejarku! Itu percuma saja!" bentak seorang gadis kepada pemuda yang berada tepat didepannya.
"Aku tahu itu... tapi sulit bagiku!" laki-laki itu mengucapkannya dengan nada yang tegas.
"Kau bisa Ren! Percayalah padaku!"
"Tetap saja itu sulit. Aku sudah mencintaimu bertahun-tahun."
Gadis itu memalingkan pandangannya kearah lain. "Tapi tetap saja Ren. Maafkan aku... aku tidak bisa mencintaimu... kau sudah tahu kan... aku mencintai orang lain."
"Tak bisakah kau membuka sedikit hatimu untukku... " Ren mengatakannya dengan nada memelas.
"Tidak Ren. Sama juga denganmu yang mencintaiku dari dulu. Aku juga mencintainya dari dulu."
"Walaupun kau mencintainya dari dulu, tetapi bagaimana responnya? Dia bahkan tidak nampak memberikan harapan sama sekali padamu. Apa kau tak bisa memberi sedikit harapan padaku. Aku akan berusaha membuatmu jatuh cinta padaku."
"Tetap saja tidak bisa!!! Aku menyayangimu bukan sebagai seorang perempuan yang menyayangimu sebagai laki-laki. Akan tetapi rasa sayangku ini rasa sayang terhadap sahabat."
"Tapi-"
Dengan cepat perkataan Ren dipotong oleh gadis itu. "Sekali tidak bisa tetap saja tidak bisa!" gadis itu membentak Ren kembali.
"Pergilah!!!" denga cepat gadis itu menunjuk sebuah jalan. "Aku sudah bosan dengan pernyataan cintamu itu!"
Ren menundukkan kepalanya. "Baiklah jika itu maumu." ia membalikkan arah tubuhnya. Berjalan menjauh dari taman.
- - -
Air turun dari langit dengan cepat. Membasahi setiap penjuru kota yang berkilau karena cahaya dari lampu jalan dan juga lampu kendaraan. Air hujan pun juga mengguyur laki-laki yang berjalan gontai di trotoar ini. Membiarkan dirinya diguyur air bersama dengan angin yang berhembus dingin. Suasana hati laki-laki yang bernama Ren itu sama persis dengan cuaca hari ini. Hatinya menangis. Air matanya turun dengan deras, akan tetapi tertutupi dengan derasnya hujan. Sekuat apapun pria pasti bisa menangis bukan?
Ren membuka pintu rumahnya. Petang dan sepi. Itulah kesan pertama ketika masuk rumahnya. Ren menekan sakelar yang berada di dekat pintu. Dengan sekejap ruangan itu terang benderang. Nampak Ren yang keadaannya basah kuyup. Ren itu melepas sepatunya yang basah. Meletakkannya pada rak sepatu dan pergi kedalam tanpa menghiraukan kaos kakinya yang basah.
Kilat tajam nampak dengan jelas. Bahkan suaranya dapat membangunkan orang yang tidur. Nampaknya hujan kali ini akan bertahan lama karena langit memang benar-benar gelap.
Ren bersandar pada tembok. Menghadap kearah luar. Melihat kilat-kilat yang tercipta diantara hujan.
CTARRRR
Salah satu kilat menyambar penangkal petir yang dipasang pada tower signal. Ren menatap kejadian tersebut dengan tenang. Bagaimana ia bisa setenang itu? Tentu saja karena headphonenya sudah ia gunakan dari tadi. Jadi suara keraspun tidak terdengar dengan jelas.
Ren membuka cendela kamarnya. Angin kencang yang dinginpun masuk tanpa permisi. Beberapa bulir air juga masuk terbawa angin tersebut. Ren memejamkan matanya. Membiarkan angin mengibaskan surai hitamnya.
- - -
KRIIINGG KRIIING KRIIING
Suara deru ponsel terdengar sangat jelas. Ren memiringkan posisi berbaringnya. Mengambil ponsel yang berada di meja kerjanya. Beruntung sekali ponselnya anti air sehingga sampai sekarang masih bisa digunakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bertepuk Sebelah Tangan
RomanceKetika cinta bertepuk sebelah tangan. Apakah itu hal biasa?