Aku tak berani menatap matanya. Kuarahkan pandanganku ke lantai marmer di bawah kakiku."Kenapa Din?" tanyanya. Aku bisa mendengar kepedihan yang dimuntahkannya lewat kalimat itu. Aku merapatkan mulutku. Semakin tidak berani untuk mengatakan apapun.
"Kukira kita sahabat! Kenapa kau mengkhianatiku Din? Jawab!"
Kugelengkan kepalaku berkali-kali. Segala kejadian yang terjadi kemarin bermunculan di kepalaku. Lantai marmer di bawah kakiku mulai terlihat buram. Aku bisa merasakan bulir air mata jatuh dari kedua mataku dengan deras.
Aku sudah tidak lagi menundukkan kepalaku. Sekarang, tatapanku kuarahkan ke perempuan di depanku. Seorang sahabat yang selalu ada di sisiku setiap saat. Seseorang yang selalu setia menjadi temanku selama 16 tahun lebih. Dan sekarang aku menghancurkannya.
Aku mengkhianatinya.
Kubuka mulutku dengan ragu. Aku bisa merasakan tenggorokanku sesak akibat penyesalanku.
Sebelum aku sempat berbicara, ia berjalan mendekatiku. Lalu ia berbisik di telingaku.
"Kenapa harus kamu yang menjadi selingkuhan pacarku, Din?"
Aku hanya bisa diam dan termenung mendengar perkataannya itu. Aku bingung. Sekarang hanya bisa menyesali perbuatanku terhadapnya. Sahabat baikku yang selama ini selalu bersamaku.
Bukan maksudku untuk melakukan ini. Aku hanya merasakan kenyamanan saat bersama Dirga, pacar sahabatku. Dirga sangat baik kepadaku. Aku tak mau menghianatinya, tetapi aku juga ingin tetap dekat dengan Dirga, pacarnya.
Aku merasa seperti gadis bodoh yang berusaha merebut pacar orang lain. Tapi apa boleh buat? Dirga sepertinya menyukaiku.
3 bulan hubungan mereka sudah terjalin. Aku sudah dekat dengan Dirga selama kurang lebih 1 bulan ini. Dia selalu saja membuatku merasa senang. Kami sering mengobrol dan bercanda dengan mesra dibelakang Sherly, sahabatku itu.
***
Suatu malam, Dirga mengirimkan beberapa pesan BBM kepadaku. Aku yang merasa sangat senang itupun dengan sigap langsung membuka handphone yang ada di meja kecil sebelah kasurku.
"Hai Din, lagi ngapain nih?"
Aku kemudian mengerjabkan mataku beberapa kali. Pasti Dirga salah mengirim pesan, karena ia hanya berkomunikasi denganku di sekolah. Walaupun kami akrab, tapi kami jarang berhubungan di sosmed.
Walau jantungku berdegub kencang karena pesan BBM darinya, aku memilih untuk tidak mengacuhkan pesannya dan berkutat kembali dengan buku pelajaranku. Aku hanya tidak ingin kecewa jika saja pesan yang dia kirim bukan untukku. Bisa jadi ia mengirim pesan untuk temannya yang bernama "Din" yang lain, kan?
Handphoneku berbunyi lagi dan aku dengan sigap meraihnya.
Pesan dari Dirga lagi!
"Kenapa kamu hanya membacanya, Din?"
"Aku menunggu balasanmu nih."
Sekarang ini bukan hanya jantungku yang menggila, aku bahkan merasakan darahku terpompa dengan cepat, mengalir di pembuluh darahku seperti lava pijar dan berakhir di pipiku yang mulai terasa panas.
Apa yang harus aku jawab? Aku tidak begitu mahir dalam membalas pesan dari lawan jenis.
Akhirnya aku putuskan untuk menjawabnya. "Aku kira ada yang salah dengan hp ini..."
"Kamu lucu juga ya, Din hahaha...."
Apa? Aku lucu? Seketika pipiku memanas lagi. Mungkin sekarang wajahku sudah seperti tomat yang sangat sangat matang.
YOU ARE READING
Story Event WWFF Grup
Teen FictionKata orang, mencintai itu adalah sebuah karunia. Tapi, bagiku hal itu tidak lain hanyalah sebuah musibah. Mencintai membuatku harus memilih. Persahabatan yang sudah terjalin selama bertahun-tahun atau perasaan yang sudah lama kupendam untuknya. ...