Bab 1 - Erfan

37.5K 2.3K 213
                                    

Ada banyak permintaan buat repost you sama she. tapi maaf aku cuma bisa repost yang you aja. Novel ini udah lama banget. makanya aku repost lagi. itung-itung nostalgia. happy reading ya ....

-----

Erfan menghempaskan tubuhnya ke sofa dengan cukup keras. Hingga tulang punggungnya berderit karena terbentur punggung sofa. Laki-laki itu hanya memejamkan mata menahan sakit, tapi tak mengeluarkan suara sedikitpun. Lama kelamaan sakit itu menghilang. Baru setelah itu Erfan menghela nafas lelah dan fokus pada emosinya tadi.

Hasil penjualan tidak begitu bagus. Selama dua tahun masa kepemimpinannya bahkan selama lima belas tahun perusahaan berdiri, hasil bulan inilah yang paling rendah. Dan ini berada pada masa jabatannya. Apa yang terjadi?

Pintu diketuk pelan dan Erfan menoleh menatap pintu dengan pandangan marah. "Masuk." katanya. Tak ada dua detik, pintu terbuka dan semua kepala divisi masuk satu persatu. Erfan tak mengatakan apapun. Dia hanya menatap tajam setiap mata yang pelan-pelan menunduk semua.

"Hanya karena saya tinggal dua minggu, semua jadi berantakan!" katanya tenang, namun getas. Aura kemarahan Erfan menyebar perlahan. Menguasai. Hingga semua muka-muka di hadapannya memucat. "Jadi benar, saya tidak bisa mempercayakan pada kalian semua yang seharusnya menjadi tanggung jawab masing-masing? Hebat!"

"Pak ... kami," Terhenti. Pak Raharjo, kepala bagian pemasaran mencoba bicara, namun saat atasannya menatapnya dengan pandangan tajam, semua kata-kata pembelaan dirinya hilang dari ingatan.

Tak hanya Pak Raharjo. Rekan-rekannya yang lain pun tahu, suasana hati Erfan memang sedang sangat buruk. Sangat, sangat buruk! Walaupun dia berusaha mengendalikan emosinya, kalau tak bisa dibilang menahannya, tapi emosi itu tetap kentara.

Erfan sendiripun bisa merasakan segala amarah yang sebenarnya sudah menggelegak di dalam. Bukan hanya kekecewaan pada staf-stafnya, tapi juga beberapa masalah keluarga yang selalu mengganggu konsentrasinya.

Baiklah, batin Erfan lelah. Dia mencoba lagi untuk mengambil kontrol emosi dan mengendalikannya. Selama ini itulah keahliannya. Hanya dengan memejamkan mata beberapa detik, dia sanggup menguburkan emosi dan menenangkan hatinya. Tinggal pikirannya yang bekerja.

Sedetik setelah pikirannya menjernih, dia menatap semua kepala bagian. "Ambilkan saya sample cokelatnya." katanya. Lalu dia menatap ke jendela dan beberapa rencana sudah tersusun kembali. "Buatkan saya laporan terperinci dari awal sampai akhir proses bulan ini setengah jam lagi. Setelah itu kita rapat." katanya tandas.

Tujuh wajah itu tiba-tiba tersenyum mendengar perintah Erfan. Karena mereka sangat-sangat merasa bersalah, tanpa diminta dua kali mereka langsung mengangguk dan keluar ruangan untuk mengerjakan laporan masing-masing.

Salah seorang mengambilkan sampel cokelat produk baru mereka lalu membawakannya ke ruangan Erfan. Erfan menatap kemasan cokelat yang sama persis dengan desain yang telah mereka sepakati bersama. Tanpa buang waktu, dia mengambilnya lalu membuka kemasannya. Perlahan, dia menggigit ujung cokelat dan merasakannya dengan pelan di lidah.

Rasa manis langsung menyambutnya. Dan Erfan langsung tahu, kalau cokelat ini ada yang kurang. Bukan seperti produk-produknya yang biasa. Masih ada rasa asam yang tertinggal. Erfan langsung membuang cokelat itu ke atas meja.

"Keluar," kata Erfan pada sekretarisnya yang tadi membawakannya cokelat. Dengan takut, sekretarisnya itu mohon diri dan pergi dari sana. Sekali lagi Erfan menghela nafas lelah. Kursinya berputar menghadap jendela seluas setengah sisi dinding bagian atas. Matahari sungguh sangat terik walaupun jam masih menunjukkan jam setengah sebelas. Laki-laki itu masih tertunduk sambil mengurut pelipisnya.

You (Repost)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang