Suara Rindu

44 1 0
                                    

" buk, aku berangkat" hari ini aku sedikit kesiangan sampai-sampai tak sarapan, rambut juga belum sempat aku sisir. dengan handphone ditangan aku berusaha mengikat tali sepatu didepan teras rumah. bersandar pada dinding pintu agar tidak jatuh, kebiasaan buruk ku adalah lupa menggunakan kaos kaki tapi kali ini sepertinya aku ingat haha. mungkin hari ini adalah hari dimana aku harus semangat, ini pertama kalinya aku bekerja di sebuah perusahaan Design arsitektur. 

"sarapan dulu, nanti kamu lapar loh," ibu menghampiriku dengan menggunakan kemeja polos berwarna coklat terlihat sangat cantik, ibu menikah diusia yang bisa dibilang sangat muda, 17 tahun. enggak kebayang masa remajanya hilang karena pernikahan dini. katanya sik ayah yang ngebet banget pengen nikahin ibu. pertemuan mereka juga bisa dibilang unik, pandangan pertama mereka di pasar tradisional, waktu itu ibu sedang membantu nenek berbelanja. eh, enggak sengaja ayah lewat di depannya. waktu itu ayah malu kata ibu kalau dibalas tatapannya karena sedang mengangkut beras. ayah sangat tampan walau dengan kain sarung kusamnya.

aku asli orang madura, tapi lahir disurabaya dan dibesarkan dijakarta. eh, enggak juga sik. aku pernah tinggal dimadura cukup lama.

"enggak buk, nanti aku telat. ini pertama aku kerja loh" mencium tangan ibu.

"pelan-pelan bawa motornya, jangan ngebut" 

"iyah buk, Assalamualaikum" 

aku berdoa hari ini adalah hari pertama yang menyenangkan dikantor pertamaku. walaupun ibu berpesan jangan ngebut-ngebutan bawa motornya, sepertinya aku harus melanggar karena jam tangan ku sudah menunjukan 07:20 WIB sedangkan jam 08:00 aku harus sudah di kantor. mana perjalnannya macet banget. perjalanan menuju kantor terasa sangat melehkan mungkin karena mengejar waktu.

"buk, maaf." seorang laki-laki berseragam putih menghampiri ku dengan senyum menghentikanku.

"iyah pak ada apa" membuka kaca helm

"ibu, mau interviwe atau karyawan baru disini"

"karyawan baru pak, hari ini saya mulai bekerja. kenapa yah pak?" 

"berarti parkir motornya bukan disini buk, tapi disana". menunjuk ke arah parkiran yang terdapat tulisan Karyawan.

aduh cerobohnya aku, mungkin karena terburu-buru Text yang cukup besar tidak terlihat.

"maaf pak, kalau begitu terimakasih yah pak" meringis melempar senyum, malu rasanya. 

rasanya deg-deg kan banget, karena aku hanya coba-coba melamarkerja sebagai asisten arsitek. sebelumnya aku bekerja diperusahaan rebranding. dibilang berbeda dengan pekerjaan yang sekarang tidak juga, karena masih bersangkitan dengan kata desain jadi aku coba akan menikmati seperti apa pekerjaan baru ku ini.

orang-orang yang aku lihat sangat ramah, hampir semua tersenyum atau mungkin mereka menyambut ku. aku merasa sangat gugup, karena aku belum tahu seperti apa arsitek yang akan disandingkan dengan ku, disandingkan? nikah kalik disandingkan.

"pagi mbak, saya ana. yang tiga hari lalu interviwe, hari ini saya bekerja dan disuruh menemui bapak bian nogrohokusuma" resepsionisnya sangat tinggi, sampai aku harus meninggikan pandangan, sambil melihat kearah sekeliling.

"sebentar ya mbak saya telfonkan pak bian" tersenyum sambil menekan tombol telpon berwarna hitam. dengan rambut tersanggul "keza" nama yang tercantum di nametagnya.

aku harus menunggu beberapa menit dengan posisi yang masih berdiri didepan resepsionis itu. apa selama itu perbincangan mereka? apa susahnya menyuruhku masuk menemui pak bian itu.

"menyebalkan, perut udah mulai perih. jika seperti ini jadinya mending tadi pagi aku sarapan dulu". gumamku dalam hati. duh, seperti aku harus melakukan sesuatu agar pembicaraan mereka slesai.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 16, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pelukan LembutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang