Prolog . . .

247 9 0
                                    

Bu ! Lihat, ayah ada di tv !" teriak anak kecil itu kegirangan.
Mata anak itu tak lepas dari layar tv, dia benar-benar merindukan ayahnya. Sudah beberapa hari ini ayahnya tak pulang kerumah. Sepertinya ada masalah besar yang telah terjadi tanpa anak itu ketahui.
"Matikan tvnya Azura!" kata seorang wanita yang kemudian menyambar remote tv yang ada di tangan anak kecil itu dengan kasar.
"Kenapa ? Aku ingin melihat ayah di tv!" katanya sambil merebut kembali remote tv dari tangan wanita itu.
"Kak, sudahlah. Tidak perlu dilihat," kata wanita itu sambil merangkul pundak seorang wanita yang dipanggilnya kakak itu.
Wanita muda itu tetap terlihat cantik walaupun wajahnya sudah memucat dan matanya membengkak. Wanita itu kemudian berjalan agak sempoyongan namun tak berkata apa-apa tapi sorot matanya seakan ingin berteriak marah. Matanya mulai berkaca-kaca dan butiran air mulai membasahi pipinya. Entah apa yang sedang terjadi. Sejak suaminya tak pulang beberapa hari ini wanita itu terus mengurung diri di kamarnya. Putri kembarnya juga tak diperbolehkan sekolah, mereka tak boleh keluar dari rumah. Dan sekarang suaminya muncul di tv yang membuatnya semakin menangis tersedu-sedu. Tak ada yang berani bicara sepatah katapun. Semua orang hanya dapat menonton kesedihannya.
"Suamiku bukan koruptor!!" wanita itu tiba-tiba berteriak dan menangis tersedu-sedu.
"Ibu . . ." panggil anak kecil itu dengan setengah menangis.
Tangannya gemetar melihat ibunya menangis begitu kencang. Suara tangisnya terdengar seperti marah. Semua orang tampak bingung melihat ibuya yang mulai mengamuk tak jelas. Kakaknya menarik adiknya untuk menjauh dari kekacauan itu. Dia membawanya lari menuju kamar dan dia menguncinya, sedangkan adiknya masih syok mengingat raut wajah ibunya yang terlihat begitu marah.
"Sebenarnya apa yang terjadi ?" tangannya tak berhenti bergetar.
"Jangan dipikirkan. Semuanya akan baik-baik saja ," kata kakaknya sambil memeluk adiknya erat. "Sekarang kamu tidur jangan hiraukan keributan diluar. Mengerti ?" katanya lagi sambil menatap adiknya.
"Aku benar-benar tak mengerti, sebenarnya apa yang terjadi ? Kenapa ayah tak pulang? Kenapa ibu terus menangis ? Kenapa ibu bilang ayah bukan koruptor? Kenapa? Ada apa sebenarnya?" tanyanya pada kakaknya.
Aku benar-benar sudah tak tahan melihat apa yang terjadi, tak seorangpun menjawab pertanyaanku. Semua orang menyembunyikannya. Usiaku memang baru 10 tahun, tak adakah hak untuk aku mengetahui apa yang sedang terjadi. Mengapa keluargaku yang begitu tenang tiba-tiba penuh dengan tangis dan teriakan yang aku tak mengerti,batin anak kecil itu sambil menangis.
"Azura, dengarkan aku. Ayah sedang dalam masalah," kata kakaknya sambil menghapus air mata adiknya.
"Masalah apa ?" tanyanya tak sabaran.
"Aku dengar dari tante Lucy, kalau ayah dituduh melakukan korupsi dan penyuapan. Aku tak mengerti maksud dari kata-kata itu. Tapi, sepertinya itu tindakan yang tidak baik. "
"Sekarang ayah ada dimana ? Kenapa ayah tidak pulang?"
"Entahlah, pembicaraan terakhir yang kudengar, om Joe bilang dia akan segera ke kantor polisi. Aku tidak tahu ayah ada di sana atau tidak," katanya yang kemudian tertunduk lesu.
"Kak, apakah ayah kita orang jahat ?" tanyanya pada kakaknya.
"Tidak! Ayah kita bukan orang jahat. Jadi, jangan pernah berfikir kalau ayah kita orang jahat. Mengerti ?" anak itu mengangguk paham. " Sekarang kamu tidur, aku akan keluar melihat keadaan ibu. Nanti aku akan kembali lagi," anak itu mengangguk lagi dan menuruti perintahnya.
***

I CAN READ YOUR MINDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang