bag 31

37.5K 2.7K 36
                                    

Tangan kanan Satria memegang kuat stir mobil, kedua matanya menatap lurus ke jalan yang dilaluinya, sedangkan tangan kirinya mencoba merogoh kantong celana mengeluarkan handphonenya.

Begitu handphonenya bisa dikeluarkan Satria menatap layar handphonenya, membuka log dan mencari nomor Sasti, begitu nomor Sasti ia dapatkan segera Satria menelpon Sasti dan matanya kembali menatap ke jalanan.

Terdengar nada tersambung, namun panggilan tak kunjung diangkat. Sasti tidur kali ya batin Satria.

Lelaki itu tidak menyerah, kembali ia mencoba menelpon Sasti, ia butuh penjelasan mengenai Naresh. Dan Satria yakin Sasti pasti bisa memberikan penjelasan yang ia inginkan.

Tapi penjelasan apa yang ku inginkan? batin Satria. Apa yang harus aku lakukan kalau Naresh memang anakku bukan anak Sasti? Atau selama ini Sasti memang bersekongkol dengan Ayasha? Tapi kenapa? berbagai pertanyaan mulai bermunculan dikepala Satria.

Apa yang Ayasha rencanakan??

Berarti suara anak kecil yang aku dengar saat Ayasha meminta untuk bertemu benar adalah suara Naresh, berarti Sasti sudah berbohong dia bilang Naresh menginap ditempat ibunya tapi ternyata??

"Aaarrgh! Sial!" Satria memukul stir mobil melampiaskan emosi menggunakan tangan kanannya, lalu tangan kirinya melempar begitu saja handphonenya ke jok disebelah kirinya.

Jalan tol yang begitu lancar membuat Satria bisa sampai dengan cepat ke rumah sakit milik omnya.

Satria memicingkan matanya saat melihat ke arah area parkir yang memang khusus diperuntukan untuk tamu VIP, kalau mamanya benar kesini pasti mobilnya akan terparkir di parkiran tersebut.

Dan benar saja, mata Satria memancarkan kelegaan saat melihat Toyota Alphard berwarna hitam dengan no polisi B 4 MBR yang terparkir di dekat pohon beringin.

Satria segera memarkirkan mobilnya di area parkir VIP tak jauh dari tempat mobil milik Ambar terparkir. Setelah mobilnya terparkir dengan baik, Satria langsung turun dari mobil lalu berlari masuk ke dalam rumah sakit.

Bagian anak-anak kalau tidak salah di lantai 3 batin Satria saat berdiri menunggu lift.

--

*Ayasha Pov*

Aku tak tahu apa yang harus kulakukan saat dokter Anita memeriksa keadaan Naresh. Anak itu demam tinggi sejak kemarin sore, aku fikir setelah memberikan parasetamol demamnya akan turun tapi dugaanku salah.

Baru 3 hari anak itu terpisah dari Sasti tapi kenapa keadaannya bisa sampai seperti ini? Apa tak ada kesempatan bagiku? batinku tak terima.

Mataku mulai terasa panas, aku menggigit bibirku kuat berusaha menahan agar air mataku tak mengalir. Tapi apa yang kudapat? Bibirku malah berdarah dan air mataku mengalir begitu saja tanpa hambatan.

Aku hanya menginginkan anakku kembali kepadaku? Apa itu salah?

dokter Anita telah selesai memeriksa Naresh, aku langsung menarik kursi yang ada di dekat kasur lalu duduk sambil mengelus pelan tangan mungil Naresh.

Ada rasa sakit yang menusuk hatiku melihatnya terbaring tak berdaya dengan jarum infus yang menusuk tangannya.

Obrolan antara dokter Anita dengan tante Ambar benar-benar membuatku terkejut. Maafkan mama sayang, mama tidak bermaksud membuatmu sakit seperti ini.

Dadaku terasa begitu sesak membuatku tak bisa bernafas dengan baik, ku coba menarik nafas panjang agar hatiku tenang tapi tetap saja yang kurasakan hanya satu, sakit!

dokter Anita pamit undur diri, sepertinya tante Ambar mengantarnya, biarlah aku tak perduli.

"Apa yang sebenarnya terjadi? Apa yang kamu lakukan sampai anak ini menjadi seperti ini?" tanya tante Ambar yang entah sejak kapan sudah berdiri dibelakangku.

DIA (BANYAK DIHAPUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang