Ku tahu, diri ini hanya seorang wanita akhir zaman, tak layak engkau sebut dengan ingatan masa lalu. Saat diri beranjak meninggalkan serpihan kecil yang pernah engkau torehkan perlahan namun tak sedikit pun niatan melawan rasa sakit itu. Sentak terdiam membisu apakah harus aku yang lari dari pijakan kakimu yang pernah kita lalui bersama.
Dulu saja, di sebuah perjalan indah kita impikan cerita bahagia. Namun ku sadar memikirkan dirimu sebuah hal terbodoh yang sering ku katakan pada diriku. Di tengah senyuman kecil ku lemparkan seberkas kebencian terhadapmu. Tak sadar diri dan dirimu pernah melakukan hal yang tak seharusnya kau lakukan untuk diriku.
Wanita yang mencintaimu tanpa balas, namun akhirnya pergi hanya ingin melihat engkau bahagia.°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°
Senja menyapaku kembali dengan hiruk suara yang damai. Ia seolah tak peduli dengan keadaan yang hancur bak puingan kaca berantakan.
Kala cintanya pun datang ku hanya diam membisu menatap sudut ruang yang ku sebut Qalbu. Kendati perasaan itu silih berganti menghantui namun ku tetap merelakan hatiku, merelakan semua. Ku masih punya pelangi yang hanya muncul ketika sehabis bernyanyinya hujan.
Sama halnya sebuah cinta ia datang ketika rasa sayang sudah tak bisa terbendung lagi.
Cinta dan sayang tak bisa di pisahkan. Tapi semua itu harus berakhir sampai senja menutup pekatnya sore dan menghilangkan seberkas sinar merah menggantikannya dengan hitam kelam.
Dan akhirnya ku relakan semua demi dirimu. Cinta yang pernah tumbuh bersemi di hati dengan terpaksa terkubur dalam peti.
YOU ARE READING
Ketika Senja Beranjak Pergi
Short StoryDi ujung petang ia berjalan menapaki hati yang telah usang. Menemani gelap tak menyapa lagi hingga petang menggulung seberkas sinarnya.