Notes:
Cerita ini dibuat lebih untuk kepuasan pribadi karena menuangkan apa yang ada di pikiran setelah membaca berbagai cerita orang lain. Jika ada kesamaan tokoh, nama, tempat, atau bahkan adegan, jalan cerita, dan bahasa yang familiar, maka itu bukan suatu kesengajaan dan saya rasa wajar. Karena saat ini jarang sekali ada ide yang original, sedikit banyak pasti dipengaruhi oleh ingatan dari tulisan yang pernah kita baca.
Nama jalan dan tempat dalam cerita ini hanya karangan tanpa browsing lebih dulu. Mungkin antara gambar dan deskripsi tidak sepenuhnya sama, tapi diusahakan semirip mungkin.
********************************
Seorang pria tengah mengendarai audi silver nya dengan laju sedang. Saat ini dia berada di Busan dan dalam perjalanan untuk meninjau cabang perusahaannya. Ada sedikit masalah di sana, sehingga dia sendiri yang turun tangan. Biasanya dia akan membawa supir pribadinya, tapi kali ini supirnya ia tugaskan untuk hal lain.Getaran ponsel berasal dari saku kemeja pria itu. Setelah melihat pemanggilnya, pria itu menghentikan mobilnya karena dirasa pembicaraan penting dan sedikit panjang. Han Jisoo, asisten sekaligus supir pribadinya yang dia tugaskan di suatu tempat. Pasti ada yang akan dilaporkan. Pria itu kemudian menekan tombol terima dan mendekatkan ponsel itu di telinganya.
"Tuan Kyuhyun?" Sebuah suara langsung menyapa dari seberang telepon.
"Ya, ini aku." Jawab pria itu datar. Bukan berlagak dingin atau menakuti bawahannya. Tapi begitulah sifatnya, cenderung berbicara seadanya dan minim ekspresi. Han Jisoo sudah tahu hal ini.
Han Jisoo melaporkan apa yang sudah dia kerjakan dan menanyakan keadaan Kyuhyun saat ini, apakah perlu dijemput atau tidak.
"Tidak perlu. Aku sudah berada di...." Kyuhyun menggantung ucapannya selagi dia mengedarkan pandangan ke sekelilingnya untuk melihat posisinya.
Yang dia lihat ada deretan bangunan ruko di sepanjang jalan itu memiliki bentuk hampir sama, hanya berbeda karena modifikasi. Ada restoran, mini market, coffee shop, toko boneka, toko baju, toko sepatu, bahkan klinik. Pandangan Kyuhyun terpaku pada papan nama di depan atap klinik itu.
'dr. Park Channie'
Sekilas tidak ada yang salah dari klinik itu, tapi ada yang menarik karena biasanya sesuatu yang berhubungan dengan kesehatan itu warna putih, sementara bangunan dengan dua lantai itu didominasi dengan warna putih dan aksen pink di beberapa bagian. Dan yang paling membuatnya menarik adalah di papan nama itu tertera kata Free. Gratis? Dermawan atau bodoh? Dokter macam apa itu?
"Tuan?"
".... Ehm. Jalan Sakura, daerah Giondang. Sebentar lagi sampai." Lanjut Kyuhyun setelah menemukan petunjuk di persimpangan jalan.
"Giondang? Anda perlu menempuh setidaknya satu jam lagi untuk sampai pabrik"
"Tidak masalah. Kau pantau saja yang di sana"
"Baik, Tuan"
Kyuhyun memutuskan sambungan dan berniat melajukan kembali mobilnya. Tapi sesuatu mengusiknya. Hingga tanpa dia sadari, kakinya urung memijak pedal gas.
Seorang gadis lewat di samping mobilnya, berjalan santai di sepanjang trotoar. Kyuhyun awalnya hanya melihat dari sudut matanya. Saat dia menoleh, yang terlihat olehnya kini hanya tubuh yang tampak bagian belakang. Wanita itu menyandang tas di tangan kiri dan menenteng paper bag bertuliskan seafood di tangan yang lain.
Tubuh itu langsing dan ditaksir tingginya mencapai dagunya. Rambut panjang sedikit ikal di ujung, berwarna coklat pirang yang tergerai indah hingga pinggang, sepertinya lembut jika disentuh jemarinya. Pantat yang meskipun tidak besar, tapi padat dan sepertinya reaktif jika disentuh. Rok putihnya yang di atas lutut menampakkan sebagian paha putih dan mulus, serta kaki yang jenjang. Bagaimana jika kaki itu melingkar di pinggangnya?
Astaga! Sejak kapan dia memperhatikan wanita hingga seperti ini?
Gadis itu mengenakan mini dress putih yang dilapisi blezer putih dengan aksen pink, senada dengan bangunan yang hendak dia masuki. Klinik itu? Jadi dia dokter Park Channie?
Wanita itu hendak masuk ke klinik tapi berhenti melangkah ketika seseorang memanggilnya.
"Dokter Park!" Channie menolehkan wajahnya mencari sumber suara yang memanggil namanya. Tiga orang pria berseragam sekolah menengah menghampiri Channie. Satu orang terluka dengan wajah siswa itu babak belur dan berjalan pincang yang dipapah dua orang di kedua sisinya. Channie mengerutkan dahi melihat melihat mereka.
"Kalian? Apa yang terjadi? Yak! Kalian tawuran lagi?" pekik Channie. Dia kenal dengan anak-anak itu, karena beberapa kali datang ke kliniknya.
"Kali ini bukan salah kami, dokter" Kata salah satu siswa dengan ekspresi sedikit takut.
"Iya, dokter. Mereka menyerang lebih dulu. Kami hanya membela diri" Siswa yang lain turut membela.
"Dasar! Kalian kan bisa lari lalu melaporkan pada guru." Kali ini Channie menjewer satu persatu siswa itu membuat ketiganya meringis.
Si pria yang mengamati interaksi sang dokter dengan para siswa dari mobil itu menyeringai geli. Gadis itu tadi tampak lembut, tapi bisa juga marah-marah ternyata.
"Kami kan pria, dokter. Jika kami lari, artinya kami pria pengecut."
"Ck. Alasan! Ya sudah, masuklah. Sekali lagi kalian datang kesini dengan luka karena berkelahi, aku akan meminta bayaran mahal pada kalian." Ancam Channie yang memberengut sambil berkacak pinggang. Lalu Channie masuk ke klinik diikuti tiga siswa itu.
Kyuhyun, berapa kali dia mengurungkan niat untuk pergi dari tempat itu, dan tampak betah mengamati mereka. Ah, tepatnya mengamati dokter Channie. Kyuhyun menyeringai. Bahkan ekspresi memberengut dokter itu tampak menggemaskan.
Kali ini Kyuhyun benar-benar pergi, karena objek yang menarik perhatiannya sudah hilang dari pandangan.
###
Tbc