#4

1.4K 23 1
                                    

Keesokan harinya ketika sampai disekolah. Ian berpapasan dengan Dila yang pada saat itu menuju ruang kelas nya. Namun berbeda dengan hari kemarin, Ian tidak menunjukan senyuman kepada Dila yang membuat segudang pertanyaan Ada apa dengan nya? Apa ada yang salah? Hanya itu yang terbesit di hati Dila saat Ian melewati nya tanpa melihat dirinya.

Jam pelajaran pertama telah usai. Namun Dila sangat tidak bersemangat untuk hari ini. Padahal hari ini bukan lah hari senin dan hari ini juga tidak ada pelajaran yang sangat dibenci Dila. Dia hanya masih memikirkan kenapa Ian diam padanya.

Disaat ia mulai menyukai orang lain. Disaat itu pula orang yang disukanya malah tak menganggapnya.

Astaga, apa Ian tau bahwa Dila suka padanya? Tapi bagaimana? Dan dari siapa? Tidak, ini bukan lah perbuatan Via. Namun hati kecil Dila tertuju kepada Via. Karena sampai detik ini yang tahu mengenai perasaan Dila hanya Via.

Bell istirahat berbunyi dan tanpa kata kata Dila menatap mata teman sebangku nya itu dengan penuh amarah.

"Ke...napa... Lo liat gua begitu?"

Namun tak ada jawaban yang keluar dari mulut Dila. Hanya tatapan yang sangat tajam yang terus menatap mata Via.

"Gua... salah ya.. sama lo?"

"Iya!!" jawab Dila dengan sangat marah.

"Gua... salah apa ke.. (glek) lo?" sambil menelan ludah yang sekarang malah menghalangi perkataan Via.

"Gua tau lo memang suka sama dia!! Tapi bukan gini cara main lo. Busuk kaya sampah!!"

Dila pun beranjak dari bangku nya sambil menggebrakan meja dan keluar dengan sangat marah. Dan meninggalkan Via dengan banyak tanda tanya di fikiran nya saat ini.

Tanpa pikir panjang Via berlari mengejar Dila yang langsung menutup telinganya seakan tidak ingin mendengar Via dan kembali berlari kecil agar terjauh dari Via.

Kini Via sudah berada di depan Dila sambil membentangkan tangan dengan nafas yang terpenggal penggal.

"Jangan... jalan.. dulu." ujar Via sambil mengatur nafas nya.

"Huuuuhhh... Apa salah gua ke lo? Terus siapa yang gua sukain? Gua gak ngerti apa yang lo omongin tadi La."

"Jangan sok gak ngerti lo ya. Kemaren sore baru kita omongin terus pagi nya lo udah ngomong yang aneh-aneh ke orang yang bersangkutan. Apa maksud lo?"

"Tunggu tunggu... Siapa yang kemaren diomongin? Dan emang gua ngomong ke siapa?"

"Ngomong apa lo ke Ian? Sampe dia singut ngeliatin gua."

"Apa??? Ian?? Semalem dia minta pin lo ke gua terus ya gua fikir ini awal pdkt lorang. Emang lorang gak BM-an semalem? Tapi kenapa dia bisa singut ke lo?"

"Pin? BBM? Chat? Mampusss gua.. yang semalem itu.." ucap Dila terbata bata sembari mengeluarkan handphone dari saku bajunya.

"Aaaaaaaaaaaaaarrrrggggg..... Gua begoo gua begooo." jerit Dila yang langsung membuat Via penasaran dengan apa yang terjadi.

Via pun menarik ponsel pintar milik Dilla dan mulai membaca nya. Via akhirnya balik melototi Dila dengan sangat kesal.

"Lo yang salah, gua yang disemprot. Sialan lo yak!!" ujar Via sembari memukul mukul Ila dengan tangan nya.

"Ett dah.. Ampunn... Vi.. Sakitt bengak.."

"Bodok amat... Tuh lo rasain tuh... Hukuman buat lo tuh."

"Iya ampun.. ampun.. Gua gak tau.. aww udahan dong.."

"Gak tau apa, ha? Lo tau gak sih tu orang mintain pin lo ke gua sampe ngemis-ngemis. Gua udah mikir pasti bakal lo kacangin makanya gak gua kasih-kasih. Sekarang bukan lo kacangin tapi lo bohongin. Nih buat lo yaa. Nihhh."

"Aaaawwww... Sakeeetttt... Gua mau ngomong.... tapi udahan mukulin pantat gua."

"Apa, ha? Lo ngomong apa?" tanya Via sambil berkacak pinggang.

"Aduh.. Abis gini badan gua sama lo. Gua gak tau kalo dia Ian. Gua kira dia Aldi. Jadi gua bilang aja begitu biar dia gak ganggu gua lagi. Gua ngerti kenapa dia gak langsung nanya "Di" itu siapa? Karna nama dia Diansa. Jadi dia mikir itu buat dia."

"Lo harus jelasin itu semua ke dia, La. Supaya dia gak salah faham ke lo."

"Tapi... gimana caranya? Nanti dia kira gua murahan lagi."

"Tenang. Gua bisa bantu lo supaya lo bisa deketin dia terus lo jelasin ke dia. Kita bermain... secara perlahan..." ucap Via seakan dia mengerti isi pemikiran Dila.

"Yakin lo?" tanya Dila dengan penuh hati hati.

"Serahkan kepada Via Folantina ini."

Hay guys. Jangan lupa vote dan comment cerita ini ya. Dan jangan sampai ketinggalan kisah selanjutnya (;

-Partner-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang