Cooking? Cooking!

6.6K 381 87
                                    

Disebuah kelas saat istirah berlangsung. Hampir semua penghuni kelas pergi keluar. Tersisa tiga penghuni yang lebih memilih menetap dikelas.

Penghuni tersebut ialah seorang pemuda berambut biru muda, ia tengah menyesap minuman favotitnya sekaligus makan siangnya.

Pemghuni kelas lainnya ialah seorang model berambut pirang. Ia mengaku sedang berdiet sehingga tidak keluar untuk makan siang, alasan lainnya ia ingin melihat wajah pemuda berambut biru muda lebih lama.

Dan penghuni kelas terakhir ialah seorang pemuda berkulit gelap dengan surai biru gelap. Kepalanya terkulai lemas diatas meja, ia sangat lapar, namun ia tidak bisa kekantin membeli makan siang. Terkutuk lah Majalah Mai-chan, ia lebih rela kelaparan daripada ketinggalan edisi terbaru Mai-chan. Uang jajanannya tekor gara-gara majalah nista itu.

"Oi, Kise. Belikan aku makan siang!" Pemuda kuning yang merasa dipanggil mengalihkan perhatiannya dari pemuda biru muda ke yang lebih gelap.

"Apa? Aominecchi beli sendiri saja Ssu~" jawab pemuda kuning tersebut. Kembali memfokuskan perhatiannya pada teman baby blue nya.

"Kalau begitu pinjamkan aku uang mu."

"Tidak mau! Aominecchi tidak pernah bayar hutang ssu~"

"Kau pelit sekali. Kau kan model, uangmu banyak. Membelikanku makan siang tidak akan membuatmu miskin."

Dua orang berisik itu terus bertengkar. Satu-satunya pemuda yang tak bersuara hanya diam tak terganggu dengan tingkah kedua temannya.

Tiba-tiba ia teringat. Lalu ia mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Sebuah kotak.

Sebenarnya benda tersebut dia buat khusus buat seseorang yang spesial baginya. Tapi tidak apalah, sahabat baiknya sedang kelaparan, anggap saja ia sedang melakukan percobaan. Jujur saja ia kurang pede memberikannya pada orang yang ia tuju. Ia bisa meminta pendapat sahabatnya apa itu layak diberikan pada orang spesial itu.

"Ano.. aku membuat ini dirumah. Kalau Aomine-kun mau, makan saja." Ucap pemuda biru muda tersebut. Menyodorkan sebuah kotak bekal. Dengan antusias Aomine membuka tutup bekal itu. Seketika matanya berbinar-binar.

"Aku baru pertama kali membuatnya. Jadi aku tidak menjamin rasanya." Ucap pemuda imut itu malu-malu.

"Wuah, kau sendiri yang membuatnya? Aku tidak tahu kau bisa memasak. Dilihat dari penampilannya saja sudah menjanjikan" ucap Aomine senang. Sudut bibirnya sudah mulai meneteskan iler. Bento itu terdiri dari nasi dan berbagai lauk pauk yang terlihat lezat dimata Aomine.

"Aku juga ingin makan masakan buatan Kurokocchi~" Sipirang mencoba merebut bekal yang dalam kuasa Aomine.

"Apaan?! Kau kan sedang diet. Tetsu kan memberikannya padaku!"  Aomine tidak mau berbagi.

"Kau pelit ssu~ sedikit saja..." Aomine tetap tak mau berbagi
Bahkan saat Kise sudah menampilkan wajah memelasnya lengkap dengan linangan air mata yang bisa jatuh kapan saja. Pada akhirnya Aomine tidak bisa tahan. "Baiklah sedikit saja!" Aomine menyodorkan kotak itu kedepan Kise. Dengan semangat Ia mengambil sepotong telur gulung dengan tangannya. Sementara Aomine manyuapkan nasi kedalam mulutnya. Bayangan akan kelezatan makanan buatan Kuroko Tetsuya seketika buyar ketika makanan tersebut terkecap indera perasa mereka.

Sementara sang kreator masakan tersebut menatap mereka dengan rasa ingin tahu. Wajahnya mungkin datar, namun sarat akan harapan.

"Bagaimana Aomine-kun? Kise-kun? Apa masakanku enak?" Tanya si imut.

Duo berisik itu tak langsung menjawab. Bersusah payah menelan makanan yang tidak mau masuk kedalam tubuh mereka. Kuroko masih menunggu. Sedang mereka berdua bingung, jujur saja masakan Kuroko sangat parah. Bahkan mereka yakin kalau mereka bisa memasak lebih baik darinya. Masa nasinya berasa sangat manis, itu nasi atau cake Kuroko? Bumbu apa yang kau pakai Kuroko? Biasanya nasi tak perlu tambahan bumbu sudah nikmat. Itu pertanyaan batin Aomine.

Kiseki No LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang