"Seperti mentari yang bersinar menghiasi indahnya pagi ini. Kamu yang hadir dengan senyum indahmu namun sayang... senyuman itu bukan untukku."
CAHAYA mentari pagi menelusup masuk ke dalam kamar bercat biru muda ini. Sheryl yang masih berbaring di atas kasur beberapa kali mengerjapkan mata. Dia menoleh ke samping lalu menyipitkan matanya ke arah jam yang berada di atas nakas.
"Mampus gue telat!" teriak Sheryl sambil beranjak dari kasurnya.
Hanya butuh waktu lima menit bagi Sheryl untuk bersiap-siap ke sekolah. Hanya menggosok gigi dan cuci muka saja sudah cukup bagi Sheryl. Toh, tidak mandi sehari ini saja tidak akan membuat masalah bagi dirinya. Bodo amat deh penilaian orang lain.
Sheryl yang terbirit-birit ketika melewati tangga, tanpa disangka kakinya yang mungil itu tersandung ketika hendak menginjak pijakan anak tangga kelima. Alhasil, Sheryl terjatuh dengan posisi telungkup dan menimbulkan suara yang cukup keras.
Bunda Sheryl, Syahnaz yang berada di dapur langsung menghampiri Sheryl dengan tergopoh-gopoh. Bunda menatap khawatir Sheryl yang terjatuh."Astagfirullah! Kamu tuh ya ceroboh banget," cerocos Bunda sambil membantu Sheryl berdiri. Sheryl membalasnya dengan cengiran khasnya. Setelah itu, Sheryl mengalihkan topik pembicaraannya.
"Bunda kenapa nggak bangunin aku sih? Aku jadi telat kan sekarang," kata Sheryl sambil memanyunkan bibir.
"Bunda udah bangunin kamu dari jam 5 pagi! Makanya jangan terlalu sering begadang karena hal tidak jelas," celoteh Bunda sambil menggeleng-gelengkan kepala. Bundanya tiap hari menasehati agar anaknya itu merubah kebiasaannya. Namun, Sheryl tetaplah Sheryl, dia hanya mendengarkan tapi tak pernah mau menurut. Anak yang keras kepala.
"Iya iya Bun. Kalau gitu aku pergi dulu yaa," kata Sheryl sambil menyalami Bunda nya. Sheryl melangkah keluar rumah dengan langkah yang tertatih.
Keadaan jalan raya saat ini cukup lengang sehingga memudahkan Sheryl agar cepat tiba di sekolah. Setiba di depan gerbang sekolah, Sheryl mengembuskan napasnya kesal. Kayaknya nggak ada keberuntungan deh di kamus hidup gue, rutuk Sheryl dalam hati. Gerbang sekolahnya sudah dikunci.
Sheryl terduduk lemas di pos satpam karena harus menunggu satu jam pelajaran. Tiba-tiba suara bariton milik Pak Anton yang menggelegar membuat Sheryl langsung berdiri tegap. Dengan perasaan gugup, Sheryl memberanikan diri menatap ke arah Pak Anton yang juga sedang menatapnya tajam sambil bersedekap.
"Kamu lagi, kamu lagi! Setiap hari datang telat, mau jadi apa kamu kalau sudah besar nanti?" kata Pak Anton, membuat Sheryl langsung tertunduk.
"Maaf Pak, saya tidak akan mengulanginya lagi,"
"Kemarin juga kamu bilang seperti itu. Sekarang kamu sudah kelas 12, harusnya kamu mempersiapkan diri untuk ujian nanti, ya sudah sekarang kamu keliling lapangan 15!" cerocos Pak Anton, tak ada pilihan lain Sheryl langsung menuruti perintah Pak Anton.
"Ba-baik Pak!"
Dari jendela kelas XIIMIA3 terlihat Nevan sedang memperhatikan Sheryl berlari dengan kaki tertatih.
"Tuh anak nggak pernah kapok ya, tiap hari dapet hukuman mulu," gumam Nevan.Dimas yang sedari tadi berada di samping Nevan langsung menoleh ke arahnya sambil menaikkan alisnya.
"Lo lagi lihat apaan sih, Van? Serius amat," ujar Dimas penasaran. Dimas pun mengikuti arah pandangan Nevan.
"Oh, Sheryl? Tumben peduli biasanya juga nggak," celetuk Dimas, membuat Nevan mendelik tajam ke arah nya. Dimas yang tidak ingin bermasalah, lalu mengacungkan dua jarinya. Nevan membalasnya dengan mengedikkan bahunya acuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Go
ChickLitKetika terlalu lelah berjuang Shireen Arveylia akhirnya memilih untuk pergi.