Dua

22 4 1
                                    

"Dear Athena,

Aku pergi dulu, Thena. Aku bakal cepet balik.

Tunggu ya...Jangan deket sama yang lain.

Hug, Ares"

(anggap aja tulisannya jelek ya. Hehe...)

"Ares? Who the hell is he?" gumamku pelan.

*****

"Ah...mungkin teman kecil? Tapi...masa sih?" gumamku pelan.

Aku benar-benar pensaran dengan si Ares-Ares ini. Masa sih dia temen kecilku? Ato...dia sodaraku? Tapi, pas perkumpulan dia gak nyapa ato muncul di depanku. Lah terus, dia pergi kemana?

Kenapa dia pergi?

Kemana dia pergi?

Dimana dia sekarang?

Apa dia belum balik sampai sekarang?

Siapa dia sebenarnyaa?!

Pertanyaan utamanya adalah kenapa papi gak mau aku tahu tentang kehidupan masa lalu aku?—Oke, ini sedikit enggak nyambung tapi ini kenyataannya. Sumber segala kebingunganku adalah ultimatum yang dikeluarkan papi itu.

Kenapa sih harus ada yang dirahasiain dari aku? Kenapa di dunia ini ada kata 'rahasia' sih?!

Setelah 3 jam mencoba mengingat sambil membaca buku, hasilnya tetap nol. Aku tetep nggak ingat. Aku cuma ngerasa kayak pernah ngelakuin hal yang tertulis di buku diary itu. Kind of de javu.

Dari dua buku yang aku baca, aku akhirnya tahu siapa Ares yang bikin penasaran itu. Dugaanku benar, Ares itu temen kecil aku yang sejenis 'posessif'. Dia gak biarin aku main sama yang lainnya. Dia maunya cuma aku sama dia, kita berdua. Iya, kecil-kecil udah posesif gitu. Gimana gedenya? Baru temen aja kayak gitu, gimana kalo pacar? Jangan-jangan diborgol tangan ceweknya sama dia biar bareng mulu kemana-mana. Oke, pikiranku memang suka keluar dari jalur cerita. Aku punya imajinasi yang menggelikan.

Jadi, aku mainnya CUMA sama si Ares. Bego ya aku dulu, mau aja diposesifin kayak gitu. Oke, maaf Ares. Sampai suatu saat si Ares-Ares ini pindah dan dia janji bakal balik. Lalu habis itu aku selalu menunggunya di taman bermain dekat rumah, dan gak diterima main sama yang lain soalnya aku selalu berdua sama Ares doang. Dia yang bikin masalah, aku yang kena getahnya. Ckckck... Nasibku sial banget nungguin si Ares itu di taman main deket rumah sendirian kayak anak hilang.

Eh...Tunggu, taman bermain di deket rumah? Setauku, komplek rumahku ini tak ada taman bermain. Apa kami pindah rumah? Tapi... kata Alex dari dulu kami tinggal disini. Hm? Ada yang janggal disini. Untuk ke sekian kalinya kukatakan, kanapa harus ada kata RAHASIA?!

Aku sudah lelah mencerna segalanya sendiri dengan otak yang tidak mengingat apa-apa.

Rasanya aku ingin membunuh orang yang menciptakan atau yang menemukan kata 'RAHASIA' itu sendiri. Aku benar-benar benci kata itu.

****

"Lexa?" panggilku.

"Apa?" jawabnya ketus.

"Mau kemana?" tanyaku. Ya jelas, dia mau keluar jam 11 malam.

"Bukan urusan lo!" ketus lagi. Idih bikin emosi ae ni mahkluk.

"Ya kan gue cuma nanya. Gausah sewot." ujarku dengan emosi yang mulai tersulut. Ya gimana enggak, orang nanya baik-baik jawabannya ketus gitu. Sebel.

"Gausah kepo makanya!" teriaknya kasar sambil membanting pintu depan. Aku terkejut sampai mulutku menganga. Syok.

"Dia kenapa sih! Dari kemaren galak mulu sama gue! Berasa ngomong sama herder gue!"

Chain of SecretsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang