Apa kebahagiaan itu?
Apa kebahagiaan itu?
Pertanyaan itu selalu terulang dalam kepalaku, terulang setiap hari, setiap waktu, setiap saat dan tidak pernah terhenti. Pertanyaan itu dilontarkan oleh guruku tepat seminggu setelah Devonna meninggal. Sata itu aku menjawab bahwa kebahagian adalah "saat kau memiliki sesuatu yang kau sangat inginkan" tapi jujur saja aku pun tiak begitu yakin. Pertanyaan itu kembali muncul laksana bunga yang bermekar pada musim penghujan dan sedikit mengangguku, aku menggigit bibirku, menyenderkan tubuhku di bangku meja belajar dan menatap langit-langit kamar sembari mengetuk ujung pena di atas kertas putih yang masih kosong. Aku menarik nafas perlahan dan melihat selembar kertas itu, sejauh ini aku belum menemukan jawaban yang tepat, aku telah bertanya ini kepada setiap orang tetapi tak pernah mendapatkan yang tepat.
Well, tidak semua orang... aku belum bertanya kepada Joe, kakak angkatku.
Aku tak pernah melihat dia merasa sedih, bahkan setelah acara pemakaman sahabatnya dia langsung hang-out bersama Jackson di toko ice-cream kesukaannya, jadi jika aku bertanya apa itu kebahagian untuknya dia pasti akan "Apa kau bodoh? Kau lihat yang di tanganku? ini Ice-cream! Kebahagiaan adalah ice-cream" dan itu juga alasan membuat aku segan bertanya padanya karena dia tidak pernah serius dalam menjalankan sesuatu. Bebricara tentang Joe sekarang dia sudah kuliah dan bekerja sambilan di toko buah-buahan segar di kota, dia selalu pulang malam dengan membawa buah-buahan dan apa kalian tahu jika kakakku itu sudah berpcaran dengan Olivia selama enam tahun? Awalnya aku juga shock, hanya saja semakin ke sini aku sadar bahwa hubungan mereka bertahan lama karena Joe begitu dungu.
Jadi kembali lagi kepada diriku sekarang. Aku melempar penaku dan segera bangkit dari kursi, sudah tiga jam tetapi aku masih belum mendapatkan jawaban yang pasti. Aku keluar dari kamarku dan berjalan ke dapur untuk mengambil segelas minuman. Joe turun dari lantai atas dengan memakai baju biru polos, boxer merah dan kaos kaki berwarna hitam. Dia mengambil segelas air dingin yang baru saja aku tuang dan meminumnya sampai tetes terakhir. Aku melihatnya dengan aneh, dia tampak gelisah, dia tidak seperti biasanya.
"Thank's Katie." Ucapnya, memberikan gelasku kembali dan segera berlari ke atas.
Aku meletakan gelasku di atas buvet―mengurung niatku untuk minum―dan segera berlari ke atas untuk melihat apa yang Joe lakukan. Aku sampai di depan kamarnya. Pintunya yang terbuka lebar membiarkan aku melihat apa yang Joe lakukan. Dia duduk di pinggiran kasur sembari membalik setiap kertas yang berada di tangannya, wajahnya terlihat kesal dan dia kembali membalik kertas itu sebelum akhirnya melempar kertas itu ke sudut ruangan.
"FUCK!" Gumamnya lalu ia beriti dan bertolak pinggang. "Why?" Dia kini berjalan kembali mengambil kertas itu dan membuka setiap halaman kembali.
"J-j-oe... Ada masalah?" Tanyaku.
Joe melihatku, kami terdiam sebentar dan saling menatap. Joe menggeleng kepalanya lalu menutup pintu kamarnya dengan sangat kencang.
"Aku harus bertanya padanya." Ucapku dalam hati

KAMU SEDANG MEMBACA
Katie Alexander [NKOTS' BONUS STORY]
NouvellesBahagia adalah... #645 IN SHORT STORY